BAGIAN 28

553 21 15
                                    

Seharian penuh aku mencari kontrakan di Jakarta daerah pusat, yang dekat dengan kantorku. Itu aku lakukan, sekeluarnya aku dari Kantor baruku. Orang disana menyarankan mencari kontrakan dekat kantor saja. Soalnya kalau jauh, bisa terlambat kalau ngangkot. Macet alasnnya.

Aku menemukan kontrakanku 1 rumah dengan 2 kamar tidur. Lumayan buat penghuni 1 orang.
Tapi harganya..wihhhh...habis gaji 4 bulanku untuk bayar sewa 1 tahun.
Gak papalah, yang penting dah nyaman dulu. Hanya sekali naik angkot setelah jalan beberapa meter dari rumah. Langsung aku DP in rumahnya. Dan aku minta tolong dibersihkan, karena kapan pun aku mau dalam seminggu ini, akan kutempati.

Melelahkan. Capek. Pegal. Itu yang aku rasakan setiba dikontrakanku sore itu.

"Mas...mas Tulus, tadi boss korea datang. Jam 12 an.dah datangnya, nayari mas Tulus" ibu kontrakanku melapor.

"Dia pesan apa bu"

"Hp mas Tulus dihidupkan, nanti dia telpon katanya"

"Oh begitu ya bu, terimakasih ya bu. Oh ya bu, minggu depan saya sudah pindah ke Jakarta, kantor pusat. Nanti AC dan tempat tidur saya titip dulu ya bu. Biat saya bayar buat 1 bulan lagi. Biar ada waktu mau bawa, mungkin pake pickup"

"Gak papa mas. Emang kalau ngontrak disini kejauhan ya"

"Iyalah bu. Takut terlambat sampe kantor. Pasti cape juga" kataku
"Saya masuk dulu, mau istirahat"

"Silahkan mas."
Setelah aku pikir pikir, biar AC dan lain lainnya aku bawa. Aku merasa rugi selama ini berteman dengan Mr. Kim, apa salahnya barang pemberiannya aku bawa. Sebodo amatlah. Nanti mas Pramono biar ikut sekalian, toh aku suka sama dia. Iya mas Pramonoku. Akan kubicarakan sama dia. Kalau dia benar benar suka sama aku, pasti dia akan berkorban untukku.
===========================

Dua hari terakhir ijinku, aku kekantor, pamitan sama rekan rekan sekerjaku sekaligus minta maaf atas segala kesalahanku sama pak kacab.

"Selamat pagi semuanya...hellooo..."

"Bang Tulussss...bang...""Citra berlari menemuiku.
"Sedih jadinya bang Tulus tidak ada. Perasaaan baru kemaren, gabung disini, ehhh udah diambil lagi"

"Namanya karyawan teh. Kudu nurut sama managemwntlah. Aku juga betah disini. Suasananya, kekompakannya, kalian dah gue anggap saudara semua."

"Giman persiapannya bang?" Reno rekanku

"Kemaren gue dah dapat kontrakan dekat kantor. Rencana besok atau lusa pindah. Biar ada waktu penyesuaian"

"Bisa datang gak bang kesana. Kalau kangen sama bang Tulus" Reno dengan wajah sendunya.

"Kalian boleh datang kapanpun kalian mau. Boleh nginap. Ada kamar kosong buat tamu. Lumayan luas" kataku bersemangat. Bisa bakar bakar ikan, atau apalah. Tempatnya tidak crowdet. I love it"

"Wah..kalau kita yang udah punya suami mah, gak mau lah nginap"

"Itu kalau kalian mau. Gue sih welcome aja."
Kudekati Qaufi yang dari tadi diam di mejanya.
Aku mau ngomong diluar nanti, sambil ngopi, setelah pamit dari pak kacab, bisikku. Dia mengangguk. Aku gak tau apa yang dalam pikirannya.

Setelah keluar dari ruangan pak boss kacab, kukasih kode ke qaufi. Aku duluan jalan.

"Lu tau kan gue sayang ama lu. Gue juga berat ninggalin semua yang disini termasuk lu. Lu bisa telpon gue dari kantor. Nanti pas udah kerja, gue telpon lu. Soalnya hp gue dah almarhum gue bikin. Lu tenang aja. Tiap akhir pekan lu nginap di tempat gue."

"Beneren bang. Gak bohong kan?"

"Fi, gue gak melarikan diri. Kantor kita sama cuma beda lokasi, kalau lu mau tinggal telpon aja dari kantor. Malam ini gue pengen tidur sama lu. Gue horny"

"Eehhmmm...gue gak bakal nolak lu bang. Tunggu aja."

"Kalau lu nggak datang, ingat, gia anggap lu emang gak suka ama gua."

"Iya bang. Gua usahain."

"Gua pulang ya sayangku. Jangan lupa nanti malam"
Senyum qaufi membuat aku ingin menciumnya.

"Keparkiran bentar yoook. Gua mau cipok lu."

"Bang, ketahuan nanti."
"Ke toilet parkiran. Gak papa yok. Dah pengen nih"

Di dalam toilet, aku cipok dia dengan ganas. Batangku diremas. Sudah tegang. Gak kusia siakan kesempatan, kukeluarkan batangku, langsung diisap habis.

"Udah Fi, nanti malam. Ini gue lakuin biar lu ingat nanti..Ok gua pulang dulu beres beres."
Dia menganggukkan kepalanya.
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

Jakarta, pagi yang cerah, awal yang baik bagiku memulai aktivitas. Gedung gedung pencakar langit, deru deru kenderaan, dan kesibukan masyaraktnya terasa beda sekali.

Jakarta, tempat aku melupakan kenangan indah yang pernah aku reguk, bersama kekasihku Mr. Kim, temanku Mas Pramono, Mas Hary dan sedikit kisah dengan Vivie.
Mas Pramono, sengaja tidak kukasih alamatku, karena aku takut akan bisa timbul masalah, karena Qaufilah yang bersarang di hatiku.

Daud??? Tidak akan pernah menemuiku, istrinya selalu memantau.

Jakarta, disinilah aku bisa me ikmati lobang sempit Qaufi. Membua rasa sayangku makin bertambah sama dia.

Jakarta, kehidupan sosialiasi yang baru, baik lingkungan dan kantorku.

Jakarta, akan lebih kukenal seiring dengan waktu berjalan.
Petualangan ke "gay"an ku, akan kah berlanjut!!!

Pekerjaan dan sex, seiring berjalan. Kadang, saat kerja, pikiran terbawa berpetualang kenikmataan sesaat, sex. Penting.
Disaat melakukan sex, pekerjaan beratpun terlupakan.

Satu yang aku jaga, JANGAN PERNAH KETAHUAN kelainan sexku.
Biar hanya aku dan teman mainku yang tau.

Selamat membaca sobatku.

*BILA ADA KEJADIAN, TEMPAT, DAN NAMA YANG SAMA HANYA KEBETULAN BELAKA.

karena mau bulan puasa, sengaja aku singkat ceritanya.

Nantikan cerita selanjutnya.

Terima kasih.

AKU BUKAN MILIKMU  ( Gay Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang