SAMBUNGAN BAG.27

293 18 2
                                    

Turun dari angkot kuning itu, mataku tertuju ke mall. Langkah pasti, kumasuki departement store yang pernah aku jalani. Beli celana dalam. Iya...celana dalam dan kaos dalam, rencanaku.
Oh iya...koper kecil buat pindah nanti, otakku langsung terpikir ke sana.

Di counter koper/tas itu, menjadi malapetaka bagiku.
Seorang yang aku kenal, bersama pria pribumi usia kira kira 27 tahun, lumayan ganteng.
Hatiku mulai panas, mataku panas, jantung ini menjadi lawanku. Kuperhatikan dari jauh sambil kupilih pilih tas yang mau kubeli.

Dapat sudah. Kulihat kanan kiri orangnya sudah tidak ada. Bergegas aku ke kasir. Ternyata mereka ada disana...
Pakai kartu kredit nya..

Ketika mata kami saling bertatap, aku tidak mengucapkan sepatah katapun.
Kualihakan pandanganku, tertuju ke kasir. Ini kali ke 3 Mall ini menjadi neraka bagiku.

"Makasih ya mba" kataku ke kasir dan segera menuju eskalator turun untuk pulang.
Diujung eskalator, mereka berdiri. Tidak bisa kuhindarkan. Hatiku sudah bergolak seperti rebusan air mendidih.

"Setelah apa yang kau lakukan ke aku, memberikan ini dan itu, kupikir kau sudah berubah. Ternyata itu hanya isapan jempol belaka"

"Tulus...maaf"

"Wajahmu itu lugu, perkataanmu manis. Membuat aku jatuh ke dua kali kepelukanmu. Ternyata kau tidak lebih dari seorang penghianat" aku pergi menuju ke mangkal angkot.
Dia meraih tanganku. Orang orang melihat kami.

"Lepas tanganku. Aku gak sudi kau sentuh. Pergi sana, priamu menunggu." mataku sudah tidak panas lagi karena air yang menetes dari sana sudah tak terbendung lagi.
Denga menjinjing belanjaanku, aku keluar dari mall. Aku pasti malu bila bertengkar di parkiran angkot. Aku berjalan ke arah yang sepi.

"Tulus maaf nyei." Aku menangis tak tahan lagi.

"Disaat aku bisa melupakanmu., kau minta kesempatan ke dua. Aku tau kesetiaan itu hampir tidak ada pada orang macam kita. Aku sadar itu. Tapi didepan mataku, kau belanjakan dia dengan uangmu, itu hakmu. Tapi aku tidak bisa. Kita putus mulai detik ini. Jangan pernah ganggu aku lagi" Dia memelukku. Aku meronta. Keras sekali dia memelukku.

"Leeppaaaasskaaan akuu. Aku gak mau lagiii kau sakiiti berulang ulang" tangisku sambil meronta.
Dia menciumu kepalaku. Menempelkan wajahnya dipundakku.
"Maaf sayang, aku salah"ibanya.

"Maaf, Mr. Kim, aku telah memberikan hati dan tubuhku untuk kau miliki. Tapi kali ini, AKU BUKAN MILIKMU, Mr. KIM.
Kembalilah padanya." Kataku mau meninggalkan dia.

"Ohh, sebelum kita berpisah. Kau boleh ambil pemberianmu, karena minggu depan saya sudah tidak disana lagi. Aku mencoba cari nafkah di Jakarta. Nanti aku titipkan sama ibu yang punya kontrakan." aku pamit.
Kuseka air mataku, aku melangkah menuju parkir angkot. Pria yang bersamanya, berdiri di pintu masuk. Dia memandangku, dan berjalan menuju Mr. Kim.

Kenapa sih gue harus ke mall ini? Kenapa gue harus ketemu dengan dia orang. Orang yang kucintai segenap hati dan jiwaku, kusaksikan dengan pria lain. Air mataku makin deras...kutelungkupkan wajah ku ke koper yang kubeli. Menagis adalah satu satunya jalan meluapkan emosiku.

Karena angkotnya masih lama, aku turun, dan menyalakan rokokku. Kutenangkan pikiranku. Kuyakinkan diriku, bahwa tidak perlu ber cinta lagi.
Cinta pada orang penikmat sesama jenis, tidak mungkin lama, karena dimana pikiran berada, dia akan mencari....dan mencari....hanya kepuasan sesaat.
💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔

Dihari libur pagi itu, aku ke kontrakan Mas Hari dan mba Sri.
Aku bernasib sial, ternyata kontrakannya tertutup.

"Mas, cari siapa? Mas Hary ya?"
Ibu setengah baya, mengarah ke aku.

AKU BUKAN MILIKMU  ( Gay Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang