Siang itu, Alexa menunggu kedatangan sang sahabat di kafe. Dia memang masih berutang penjelasan pada Eleanora, karenanya mereka akhirnya merencanakan pertemuan kembali di kedai es krim.
Alexa menyendok satu es krim rasa salted caramel dari dalam gelas. Meski benda lembut meleleh itu normalnya terasa manis namun kali ini tidak juga menggugah selera Alexa.
Matanya beberapa kali menatap ke sekitar gusar, dia memainkan jemarinya mengetuk meja berulang kali. Alexa juga berulang kali menghembuskan napas kasar.
Bukan hanya karena gugup, tapi dia juga bingung dari mana harus memulai penjelasannya. Berbicara dengan sang sahabat tidak pernah sesulit ini sebelumnya.
Yang Alexa takutkan adalah ketika dia tidak bisa mengontrol diri dan berakhir terbawa emosi. Itulah yang menambah kekhawatiran lainnya.
"Maaf membuatmu menunggu."
Alexa mendongak. Kini sang sahabat sudah ada di depannya. Perempuan itu tersenyum sebelum meletakkan tas selempangnya.
"Kau sudah memesan?" tanya Eleanora, pertanyaan itu malah terdengar retoris karena tidak mendapat jawaban dari yang ditanya.
Alexa hanya bisa membuang napas sebelum mengangguk lemah. Eleanora tidak suka sahabatnya yang seperti ini, Alexa yang menjadi begitu pendiam bukanlah pertanda baik.
Eleanora memperhatikan Alexa yang sedari tadi hanya mengaduk eskrimnya. Cairan karamel kental itu telah bercampur dengan es krim, membuat warnanya kini menjadi tidak menarik.
"Okay. Aku akan memesan, kau mau yang lainnya?"
Alexa menggeleng. Setelahnya, sang sahabat pergi ke kasir dan kembali dengan membawa cola dan sundae di tangan. Sang sahabat lalu memberikan cola itu pada Alexa.
"Minumlah," pinta Eleanora.
Alexa pun membuka botol berisi cairan cokelat itu sebelum meneguk isi di dalamnya. Rasanya benar-benar menyegarkan, sensasi seperti meletup-letup di kerongkongan.
Alexa menurunkan botolnya sebelum kembali memandang Eleanora.
"Maafkan aku El." Kata itu terasa berat keluar dari mulut. Ia menyadari sekadar permintaan maaf saja tidak cukup untuk membuat suasana membaik.
Alexa mulai menceritakan alur kejadian pernikahan itu, semua penyebabnya hingga bagaimana perlakuan Sean setelah mengucap janji suci hingga saat ini.
Eleanora pun menggebrak meja setelah tahu semuanya. Membuat para pelanggan lainnya ikut memandang kedua orang itu.
Ada perasaan kecewa dan jengkel saat sang sahabat tidak mengundangnya di acara penting itu. Namun saat Alexa menceritakan perlakuan Sean, rasa kecewa itu hilang terbakar oleh rasa marah. Eleanora benar-benar tidak terima perlakuan Sean terhadap sahabatnya.
"Aku akan membunuh bast*rd itu!" Eleanora buru-buru mengemasi barang ke dalam tas. Alexa hampir saja gagal mencegatnya jika saja dia tidak segera menarik tangan Eleanora.
"El," panggil Alexa lirih. Cukup untuk menyadarkan Eleanora dari rasa marah yang berapi-api.
"Tolong dengarkan aku dulu," jelas Alexa lembut. Eleanora pun mengalihkan pandangan pada kedua netra Alexa yang berkaca-kaca.
Hatinya luluh. Dia pun kembali duduk di kursinya.
"Aku tidak bisa melakukan banyak El. Kau tahu kan. Kondisi Alyssa semakin memburuk tiap waktunya." Alexa menelan ludahnya susah payah.
"Tapi bukan seperti itu Al. Kau mengorbankan dirimu untuk bersama seseorang yang jelas-jelas tidak menerima keberadaanmu. Kau seperti menyerahkan dirimu untuk di tawan dalam sangkar oleh singa yang lapar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsweetened Marriage ✔
Romance[COMPLETED] Merasakan pahitnya hubungan karena diselingkuhi? ❌ Menjadi orang ketiga dalam status pernikahan sahnya sendiri? ✅ ~~~ Itulah realitas pahit yang harus dihadapi Alexa Wilson, wanita muda berusia 23 tahun yang terpaksa menikahi calon kakak...