XXXVIII. Blue

16K 1K 59
                                    

Alexa mengemudikan mobilnya menuju apartemen barunya setelah mengantar Alyssa untuk bertemu Sean tadi. Ia memang langsung pergi setelah melihat Sean datang. Hatinya tak sanggup melihat romantisme mereka. Ternyata ia tidak sekuat itu.

Perjalanan menuju tempat itu terasa begitu singkat. Mungkin ia tak sadar telah mengemudikan mobil sampai tempat parkir apartemen. Beruntung dirinya masih sampai di tempat itu dengan selamat. Ia benar-benar kacau akhir-akhir ini.

Alexa segera memasuki apartemen dan menuju ke sofa baru yang datang hari lalu. Alexa lantas duduk dan menyandarkan punggung di sofa lembut itu. Pandangan Alexa mengedar ke sekitar, ia melihat beberapa barang yang masih teronggok dan belum dia tata. Beberapa hari terakhir ia memang diam-diam telah memindahkan barang-barangnya. Mulai dari beberapa pakaian hingga alat-alat pribadi yang dia pakai. Ia tak ingin mengundang keributan, lagi pula ini hanyalah wujud antisipasinya jika hal buruk terjadi.

Alexa mengusap rambutnya sembari memijat kepalanya pelan. Lalu Ia menengadahkan kepala, matanya terbuka lebar memandang langit-langit polos sekosong hatinya. Ia mengingat-ingat rentetan hal yang terjadi hari ini hingga di awal pernikahannya.

Begitu banyak yang terjadi, semua rasa telah dia jajal. Bersama Sean ia seolah mencicipi manisnya kebersamaan yang bercampur dengan pahitnya cinta sepihak.

Alexa teringat dengan sumpah kedua yang keluar dari mulut Sean setelah mereka mengucapkan janji suci. Lelaki itu mengatakan dengan tegas di depan altar. "Aku tidak akan pernah mencintaimu Alexa. Aku tidak bisa." Kata-kata itu kembali berdenging cukup jelas di kepala Alexa.

Tampaknya Sean benar-benar menepati sumpahnya. Lelaki itu memang tidak pernah ingkar dengan perkataan yang keluar dari mulut. Salahnya saja berharap terlalu banyak pada lelaki itu.

Alexa juga ingat percakapannya dengan Caleb malam ini. Seberapa kerasnya ia mencoba, Sean memang lebih baik tanpa dirinya. Lalu bagaimana dengan hatinya? Bagaimana dengan dirinya sendiri? Sanggupkah ia melihat sang kakak kembali dengan Sean meski kini pria itu telah menyandang status baru sebagai suaminya. Apakah dia akan baik-baik saja? Mampukah dia tetap bahagia?

"Bagaimana dengan kebahagiaanmu?" Kata-kata Caleb masih bergema didalam otaknya.

Ia bahagia dengan pilihannya bukan? Atau sebenarnya Ia hanya memaksakan diri untuk tampak bahagia.

Sisi lain dalam pikirannya mengatakan bahwa dia tidak seharusnya egois. Meski Alyssa pun memintanya bersama Sean, tapi sebagai seorang wanita Alexa tahu bahwa tindakan itu akan mengiris-iris hati. Melihat seseorang yang kau cintai bermesraan dengan wanita lain, dan wanita itu adalah saudara kandungmu sendiri. Sekelebat romantisme sang kakak dengan Sean di masa lalu terputar dalam memorinya. Apa yang sedang dilakukan mereka sekarang? Mungkin Alyssa dan Sean tengah bercanda gurau sembari menikmati hidangan makan malam romantis mereka.

Alexa menelan salivanya pahit. Ia berusaha menahan air mata yang hendak keluar dengan mengatup pelupuk matanya. Alexa mengatur napas, perlahan-lahan menikmati rasa sakit yang menusuk-nusuk hatinya dalam diam.

Setelah beberapa saat Alexa mulai merasa tenang. Otaknya tak lagi memutar kilas balik menyakitkan itu. Ia telah mencoba untuk merelakan semua yang terjadi selama ini.

Namun ketenangan yang mulai bisa dia nikmati itu tak bertahan lama tatkala ponselnya berbunyi.

Alexa buru-buru meraih ponselnya. Ia memandang kontak yang muncul di layar. Yang mengejutkan adalah nama Caleb tertulis di sana. Tentu saja itu adalah hal aneh karena Caleb tidak pernah meneleponnya kecuali untuk urusan bisnis.

Dahi Alexa berkerut. Untuk apa Caleb memanggilnya. Bukankah dia sudah menitipkan Sean dan Alyssa disana. Tidak ada kendala yang terjadi bukan?

Deg.

Unsweetened Marriage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang