XVIII. Off Balance

19.2K 1.2K 30
                                    

Udara dingin berembus, menerbangkan helaian kain putih yang bergantung di jendela. Meski udara mulai dingin, namun Alexa tidak keberatan. Ia memang sengaja membuka jendela besar yang menghadap ruangan. Alexa ingin menarik napas selega mungkin dan bersantai menikmati malam terakhirnya di Wyoming.

Alexa menggerak-gerakkan kakinya ringan. Ia lalu sedikit mengangkat sebelah kakinya yang sakit sebelum kembali meletakkannya. Kakinya memang terasa pegal karena perjalanan seharian ini. Maka dari itu, Alexa kini meluruskan dua alat geraknya dan menyandarkan badan di sofa empuk yang menghadap luar.

Sejenak Alexa menghela napas, perlahan dia menutup sepasang kelopak mata. Lalu dia pun menajamkan indera pendengaran, ia menikmati bunyi-bunyian kecil dari serangga yang ada di padang rumput. Rasanya begitu tentram, seolah rasa nyaman itu memeluknya. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama setelah suara sang suami tiba-tiba mengejutkannya.

"Kita akan pulang malam ini," ucap Sean tanpa intonasi. Kaku dan dingin adalah kesan pertama yang menggelitik indera pendengaran wanita itu.

Alexa yang kaget sontak berbalik. Dia lalu membuka mata dan menengok wajah lelaki itu, begitu datar minus ekspresi, Sean bahkan tidak menatap Alexa sedikit pun setelah menjatuhkan perkataan itu.

Kedua alis Alexa bergerak naik, pertanda bingung. "Kenapa tiba-tiba? Bukankah kita dijadwalkan pulang besok pagi?"

Alexa tidak mengerti dengan keputusan lelaki itu yang tiba-tiba berubah. Apakah ada masalah mendadak di kantor hingga membuat lelaki itu buru-buru pergi? Tetapi Alexa tahu, Sean tidak pernah seperti ini, lelaki itu selalu disiplin saat mengikuti jadwal. Dan jika dia memang ada kepentingan mendadak di kantor, sebagai asistennya seharusnya Alexa tahu. Ada apa dengan Sean, kenapa begitu terburu-buru?

Tidak ada suara yang keluar dari mulut lelaki itu. Dia tetap sibuk mengemasi barang-barang dan memasukannya ke dalam koper. Keheningan sejenak melanda, hanya kibaran gorden yang menciptakan suara kecil mengisi kekosongan.

Alexa bangkit dari duduknya, dia lantas berlalu mendekati koper dan membuka barang kotak itu. Sejenak ia melirik sang suami yang masih sibuk berkemas.

Alexa masih berpikir keras. Perubahan mood Sean yang tiba-tiba membawa tanda tanya besar dalam kepala. Sean memang tidak membuka suara sejak pulang tadi. Sebelumnya Alexa hanya mengira lelaki itu kelelahan dan membutuhkan waktu menyendiri. Tapi setelah keputusan mendadak yang diutarakan itu, Alexa tahu ada yang tidak beres dengan Sean atau mungkin tentang mereka?

Apa alasan Sean tiba-tiba berubah? Siang itu dia masih bisa bersikap hangat, tapi kenapa dia menjadi dingin dalam hitungan jam saja. Seolah sikap hangat yang diperlihatkan sebelumnya hanyalah topeng untuk menghiburnya. Lihatlah betapa Sean begitu mudah kembali ke sikap awalnya, dingin dan tidak peduli, lelaki itu bahkan tidak sudi sekadar membuang pandangan ke mukanya.

Alexa membuang napas berat. Apa ia mengucapkan sesuatu yang salah? Atau ia membuat Sean kesal seharian?

Alexa memandangi sang suami yang telah rampung mengemas isi koper. Lelaki itu bahkan tidak meminta bantuan sedikitpun. Alexa masih tidak menyangka tingkah mengabaikan sang suami akan terus berlanjut bahkan hingga berujung kepulangan mendadak.

Apa Sean tidak sudi berada dalam satu ruangan dengannya, atau dia sudah lelaki itu anggap seperti bara api yang membuat seisi ruangan panas dan terbakar.

Alexa membuang napas dalam lalu menggeleng pelan. Dia ingin menghilangkan pikiran-pikiran negatif itu. Mungkin Sean hanya lelah dan lelaki itu sangat merindukan kantor hingga ingin segera pulang. Alexa melirik sang suami sekali lagi sebelum memutuskan ikut mengemas kopernya.

****

Pukul 9 malam, mobil mereka sampai di bandara terdekat. Perjalanan dijadwalkan akan menempuh waktu kurang lebih empat jam dengan pesawat pribadi.

Unsweetened Marriage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang