Sementara di tempat lain
Seorang gadis berambut pirang pucat tengah menatap handphone di tangannya gelisah. Sejak memasuki supermarket di dekat rumahnya, Ia terus menerus menatap handphone miliknya. Sebuah nomor yang bertuliskan 'Naruto Namikaze'
Shion memang sempat meminta nomor murid pirangnya itu. Dan sejak tadi pagi ia berusaha menghubungi Naruto, hanya sekedar berterima kasih karena kemarin dia sudah mengantarkannya pulang. Tapi kenapa pemuda pirang itu tidak menjawab panggilannya. Apa dia belum bangun?
Gadis itu sangat berkonsentrasi dengan handphonenya, sampai tak di sangka-sangka. Keranjang yang ia bawa tersenggol oleh seseorang.
Bruk, sukses tak sampai sedetik ia kehilangan keseimbangan dan alhasil seluruh isi keranjangnya kini jatuh berhamburan. Membuatnya tersentak kaget.
"Wu..Wuaa! Ke..kenapa jatuh!" pekik Shion, seraya bersimpuh untuk mengambil kembali barang belanjaannya. Tak lupa dengan perasaan kesal ia menatap orang yang menyenggolnya tanpa bilang.
"Hei! Kalau jalan itu lihat-li-"
"Shion?"
Manik Lavendernya membulat sempurna saat melihat siapa yang ada di depannya kini, pemuda berambut merah yang hendak ikut menolongnya. Ia kenal baik siapa itu, tapi lidahnya terasa kelu. Tangannya yang tadi memegang handphone pun tanpa sadar tergeletak jatuh, menimbulkan suara yang mampu membuat gadis itu kembali ke dunia nyata.
"..."
"Ah! Ga..Gaara, kau menjatuhkan belanjaanku!" pekik Shion kesal, berusaha keras membuat suaranya terdengar keras. Gara-gara kejadian kemarin, entah kenapa ia enggan bertemu dengan pemuda merah itu sekarang.
"Gomen," tanpa aba-aba Gaara ikut mengambil barang-barang Shion yang terjatuh, sebenarnya ia agak kaget melihat gadis pirang itu ada di sini. Suatu kebetulan,
"Ti..tidak usah membantuku, kau tidak perlu menolongku. Sudah sana!" tangan mungil Shion menepis bantuan Gaara, mengadahkan wajah sekilas dan menatap kesal ke arah pemuda di depannya,
Seolah tidak memperdulikan teriakan kecil Shion, "Aku yang membuatmu seperti ini," ujarnya singkat,
"Tidak usah, sana pergi saja!"
"Tidak."
Tatapan sengit segera Shion hadiahkan pada Gaara, 'Keras kepala sekali!'
Kau juga sama
Tidak ada gunanya berdebat, Shion hanya bisa menghela napas panjang. Melirik sekilas ke arah pemuda di hadapanya, yang kini masih terlihat sibuk merapikan barang belanjaannya.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya gadis itu cepat. Sedikit aneh saat melihat Gaara berbelanja di supermarket yang dekat dengan rumahnya.
"Hanya ingin membeli kebutuhan sehari-hari." Jawab pemuda merah itu singkat.
"Kukira kau masih tinggal dengan kedua kakakmu."
"Aku tidak ingin merepotkan mereka."
"..." Shion terdiam, dia sudah tidak ingin berlama-lama lagi bersama Gaara. Entah kenapa bersama pemuda masa lalunya ini membuat gadis itu mengingat kembali memorynya dulu.
Dan setelah semua terlihat kembali rapi, dengan cepat ia berdiri, merapikan roknya yang sedikit kusut, begitu juga dengan Gaara.
"Aku tidak memintamu untuk membantuku, jadi tidak ada ucapan terima kasih." Ujarnya dingin. Berbalik pelan, dan berjalan meninggalkan pemuda merah itu di sana.
Tetapi sebelum Shion sempat berjalan jauh,
"..."
Grep, sebuah tangan kekar menghentikan gerakannya. Sontak ia terpekik kaget, "Gaara! Le..lepaskan tanganmu!" serunya kesal, saat melihat Gaara lah yang menggenggam tangannya. Mencoba mengayun-ayunkan agar tangan itu terlepas darinya, tapi nihil.
"Aku ingin bicara denganmu." Suara bariton itu terdengar penuh penekanan,
"Tidak mau! Lepas!" gadis itu meronta, bertingkah layaknya seorang anak kecil.
"Kau tahu aku tidak suka penolakan."
"Aku tak peduli!" Shion berteriak kembali, mencoba mencari-cari orang yang mungkin bisa menolongnya pergi dari sini.
Dan seperti lelah dengan tingkah laku gadis di hadapannya, Gaara semakin mengeratkan genggamannya, dan tanpa aba-aba lagi,
"Dengarkan perkataanku Shion! Tidak ada gunanya kau bersikap seperti ini terus! Memakai topengmu saat bertemu denganku!"
Deg, jantung Shion serasa mencelos, mendengar suara teriakan yang mungkin terdengar langka dari seorang Gaara. Ia tidak tahu harus berbuat apa,
Topeng? Memang itu yang ia gunakan saat pertama kali bertemu dengan Gaara, berpura-pura tersenyum. Dan bersikap layaknya tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
"..." Sukses semua perkataan Gaara membuatnya bungkam, tangannya terasa lemas. Gadis itu menunduk lemah, sampai akhirnya mengangguk kecil.
"Bagus."
Tak berlama-lama lagi, pemuda tampan itu menarik tangan Shion. Entah apa yang ada di pikirannya, ia tidak peduli. Siapapun yang melihatnya saat ini, ia tak peduli. Gaara hanya ingin menjelaskan sesuatu pada gadis pirang di belakangnya kini, menjelaskan semuanya pada Shion.
_____________________________________
TO BE CONTINUED

KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Love Him
RomanceKembali Ke Konoha ternyata tidak seberuntung pikiran Hinata, bekerja di sebagai Guru di Konoha. Pertama bekerja disana, menangkap basah seorang murid bermata Saphire yang sedang membolos, dan harus kehilangan hal yang berharga baginya. Lengkap sudah...