Berciuman

822 54 13
                                    

Tubuh Hinata serasa panas, pikirannya mulai melayang kemana-mana, antara menikmati ciuman yang di berikan Naruto dengan hal lainnya. Wajahnya memerah sempurna dan deru napasnya yang kian menipis membuat gadis itu semakin mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Naruto.

"Engh" lenguhan di sela-sela ciumannya pun terdengar, maniknya yang terpejam kini perlahan terbuka. Menampakkan sesosok wajah tan yang entah kenapa juga ikut membuka matanya, masih dalam posisi berciuman, kedua orang itu tanpa sadar terus saling memandang.

Sampai akhirnya,

Kesadaran Hinata kembali sepenuhnya, sepasang manik Saphire di hadapannya kini membuat gadis itu semakin terhisap, dan tanpa ia sadari pikirannya mulai membayangkan hal-hal lain,

'Aku sangat menyukai warna mata itu, Saphire, sebiru langit.' Batinnya kecil.

"..."

"..."

Tunggu dulu

Saphire, biru...

Blet!

Kilasan balik ingatannya kemarin malam seketika kembali terlihat, "Kalau aku memberimu pilihan, warna apa yang kau sukai. Biru atau Hijau?"

Biru atau Hijau-

Hijau,

"..."

Manik Gaara, persis berwarna Hijau.

"Kau bisa menjawab pertanyaanku itu kapan pun"

'Gaara!'

"Tidak!"

Bruk!

Tangan yang tadinya menggenggam erat lengan Naruto kini mendorong keras dada bidang pemuda pirang itu. Melepaskan ciuman mereka berdua. Dengan Naruto yang terduduk seraya mengusap bibirnya, di sertai pandangan tak mengerti terhadap gadis indigo di depannya.

"Ti..tidak..aku..aku.." tubuh Hinata bergetar, menutupi bibirnya dengan kedua tangannya. Air matanya kembali menetes, Ia benar-benar tidak sadar dengan apa yang telah ia lakukan.

"A..aku..tidak mungkin-"

Dia berciuman dengan Naruto.

Saat statusnya sekarang masih teringat jelas sebagai kekasih Gaara. Kenapa dia melakukan hal itu, bagaimana kalau seandainya Gaara melihat.

Hinata menggeleng lemah, menatap nanar tubuh Naruto di hadapannya. Pemuda pirang itu masih terdiam di sana, sampai tak ingin berlama-lama lagi,

"..."

"Kh..Khaha, benarkan! Ahahaha, kau memang tidak menyukaiku sama sekali Hinata! Buktinya ciuman yang kuberikan padamu, kau tolak, ahahaa teman-temanku memang benar"

Deg!

Tidak tahu apa yang ia dengar itu salah atau tidak, tapi yang pasti mendengar kata 'teman-teman' tubuhnya menegang sempurna. Maniknya terbelalak tak percaya,

"A..apa maksudmu Naruto?" suaranya pun kini bergetar.

Sret, tubuh Naruto perlahan bangun, masih dengan senyuman di wajah tannya. "Semua teman-temanku bilang kalau aku memberimu ciuman seperti tadi, kau akan luluh. Ahaha, tapi ternyata tidak sama sekali Sudahlah, mungkin memang lebih baik aku tidak menyukaimu lagi Hinata-sensei"

Tess, air mata Hinata kian menetes, Ia masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Gadis itu menggeleng lemah, "A..aku tidak salah dengarkan Na-"

"Tidak, dari awal aku mencoba memang tidak ada gunanya sama sekali. Godaan maupun ciumanku sama sekali gagal"

"..."

Apa dia bilang, ciuman, godaan, teman-temannya..

"Ja..jadi.."

Selama ini dia hanya bermain-main saja, setelah melihat tingkahnya. Hinata tidak percaya, "Kau menciumku, hanya untuk-"

"Ya, hanya sekedar mengetes."

"..."

Mengetes?

"..."

"U..ugh, ka..kau Na..Naruto.." perlahan tapi pasti, Hinata bangkit dari posisinya. Gadis itu berjalan lemah mendekati Naruto, wajahnya yang tadi menunduk pelan-pelan mengadah. Memperlihatkan maniknya yang terlihat sangat kecewa.

Kecewa dengan semua perbuatan Naruto, godaan serta ciuman. Dan kecewa dengan dirinya sendiri.

Tess, "Ka..kau."

Tanpa aba-aba lagi, tangan kanannya terangkat. Bersiap-siap menampar pemuda pirang di depannya. Saat,

"..."

"..."

Gerakan tangannya terhenti, melihat Naruto yang kini terpejam, seakan-akan bersiap untuk menerima tamparannya. Sebagai seorang yang sudah lama mengenal muridnya ini, ditambah dengan kepintaran otaknya yang melebihi rata-rata, Ia tahu sekali dengan sifat Naruto. Sejak kecil, sejak pertama kali ia bertemu.

Hinata masih percaya kalau Naruto bukanlah orang yang akan berbuat dan berkata seperti itu tanpa alasan.

"..."

Tangan Hinata yang tadinya menegang perlahan melemah, dan tanpa ia sadari..

Sret,

"..."

"Gomenne, Naruto-kun"

Hinata mengelus lembut pipi tan Naruto, beberapa saat. Membuat sang empunya membuka matanya tak percaya,

"A..apa yang kau bicarakan Hinata, aku ini sudah mempermainkanmu! Pukul aku, tampar, benci aku!"

Gadis itu menggeleng kecil, mencoba untuk tetap tersenyum,

"Um, untuk apa kulakukan." Ujarnya.

"Hinata!"

Perlahan Hinata kembali menarik tangannya, menundukkan wajah sekilas, "Aku menyayangi kalian berdua, Gaara-kun dan Naruto-kun, lebih baik..lebih baik aku tidak memilih siapapun dari kalian."

"Ja..jadi kalian bisa mencari gadis yang lebih baik daripada diriku, seorang gadis yang bisa menjaga hatimu, dan tidak egois seperti diriku. Su..sudahlah Naruto-kun. Aku..aku sudah tidak bisa menyakiti kalian berdua," lanjutnya.

Gadis itu segera melangkahkan kakinya, melewati Naruto. Tanpa memandang pemuda pirang yang masih terdiam membeku di sana.

"Sampai jumpa di sekolah Naruto-kun," gumamnya pelan, sampai akhirnya benar-benar melangkah pergi dari tempat itu.

.....

"..." Naruto masih terdiam, bahkan saat Hinata pergi pun ia masih setia berdiri di sana. Tangannya perlahan mengepal keras, giginya bergemerutuk.

"Ck, Kusoo! Bisakah sekali saja kau bersikap egois Hinata!" pemuda pirang itu melampiaskan semua kekesalannya sekuat tenaga.

_____________________________________

TO BE CONTINUED

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang