Kami-sama Help me? 2

924 63 6
                                    

Sekarang Hinata sudah berdiri tepat di depan kaca miliknya, menatap pantulan dirinya itu lesu. Yah, karena permintaan Kaasannya itu, sekarang dia harus pergi lagi dari rumah dan liburannya hari ini hancur sudah.

"Aku masih belum siap ke sana" desahnya pelan, tangan gadis itu bergerak dan menguncir rambut indigo panjangnya seperti pony tail.

'Andai saja ada Neji-nii, aku pasti akan meminta tolong untuk menggantikanku mengantar kue' batin Hinata penuh harap, meski semuanya mustahil. Mengingat kalau kakak sepupunya itu jarang datang ke rumahnya, kalau pun datang mungkin hanya menumpang sarapan seperti pertama kali ia bekerja di Konoha Gakuen.

"Hinata, jangan berlama-lama di kamar!" seruan Mizuki menyentakkan pikiran Hinata, membuat gadis itu mempercepat gerakannya.

"I..iya, sebentar Kaasan!" seru Hinata kecil. Sepertinya tidak ada pilihan lain lagi, selain pergi ke rumah Naruto.

'Aku tinggal mengantar kue itu, memberikannya pada Kushina-basan, pulang dan semuanya selesai' batinnya, seraya mengangguk mantap.

Tapi sepertinya pikiran gadis indigo ini terlalu simple

______________________________________

Mizuki tersenyum penuh arti saat melihat putrinya turun dari lantai dua. Dengan pakaiannya yang sudah berganti dan penampilan gadis itu.

"Ara, ara, seperti biasa putri Kaasan cantik sekali" ucapnya senang, seraya mendekati Hinata. Tentu saja ikut membawa kue di tangannya.

Sedangkan Hinata hanya bisa merengut kecil, kalau ada maunya pasti Kaasannya ini suka sekali melebih-lebihkan sesuatu. "Ha'i, ha'i mana kuenya Kaasan?"

"Ini dia, tolong antarkan ya. Sampaikan salam Kaasanpada Naruto-kun, Kushina, Minato, dan Tsunade-basan"

"Ya," tangan Hinata dengan cekatan mengambil kotak kue di tangan Kaasannya, dan segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah. "Kalau begitu aku berangkat dulu Kaasan, Tousan." Ucapnya.

"Hati-hati di jalan sayang"

.

.

.

.

Jantung Hinata tak henti-hentinya berdetak, tangannya meremas kuat kotak kue di pangkuannya sekarang. Gadis itu memilih menaiki bus yang tak berjarak jauh dari rumahnya, selain menghemat biaya. Entah kenapa keadaan yang sedikit ramai di dalam kendaraan ini membuatnya merasa tenang, jarak rumah Naruto juga tidak terlalu jauh. Ia benar-benar berharap kalau pemuda pirang itu belum bangun dari tidurnya karena kelelahan, atau mungkin berharap Naruto tengah pergi bersama teman-temannya. Hinata tidak tahu apa yang bisa ia lakukan kalau bertemu dengan Naruto nanti, tidak tahan melihat wajah kecewa pemuda pirang itu lagi,

"..."

'Semoga saja' batinnya penuh harap.

....

Dan setelah beberapa menit menempuh perjalanan, disinilah dia berada sekarang. Berdiri di depan gerbang besar yang semalam sempat ia lihat, maniknya masih bisa melihat jelas, banyak petugas-petugas kebersihan merapikan peralatan-peralatan pesta kemarin, ini membuat ia sedikit senang. Kalau suasana seramai ini, bisa saja ia menitipkan kue buatan Kaasannya pada pelayan atau mungkin pekerja di dalam.

"A..aku harus cepat," gumam gadis itu seraya mempercepat langkahnya memasuki gerbang besar itu, serta masuk ke dalam rumah. Lagi

.....

Krek, pintu besar di depannya segera ia buka, dengan gugup kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Memastikan kalau maniknya tidak menangkap seorang pemuda berambut pirang di dalam sana.

Can I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang