Aku menyukai Naruto

715 53 0
                                    

Di dunia ini perasaan cinta memang tidak bisa di paksakan, sejauh apapun kita mencoba menghindarinya. Kalau yang namanya takdir, kita memang tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menerimanya.

Mungkin itulah yang dirasakan Hinata sekarang, jauh di lubuk hatinya. Ia berusaha keras menepis perasaan suka pada seseorang yang sangat ia kenal dulu, seseorang yang ia kenal sebagai adik kecilnya. Tapi apa daya, gadis itu malah terus terseret tanpa sadar, sampai akhirnya ia tidak bisa berbuat apa-apa,

Menyesal karena sudah bertemu dengan Naruto?

Tidak mungkin kan. Hinata malah senang bisa melihat adik kecilnya itu.

Menghindari Naruto?

Itu lebih tidak mungkin, mengingat betapa keras kepalanya sifat pemuda pirang itu. Membuat Hinata tidak bisa menghindar darinya.

"..."

Jadi apa yang harus dia lakukan sekarang? Setelah mendengar perkataan Naruto tadi padanya, tubuh gadis ini seolah-olah membeku, seolah tersadar dari kenyataannya.

'Naruto-kun..'

_______________________________________

Gaara terus menerus mengamati tingkah laku kekasih indigonya itu, setelah pergi dari pesta tadi. Hinata hanya terdiam, tidak mau berbicara sepatah kata pun, manik Lavendernya malah menatap pemandangan malam di luar mobil. Tentu saja hal itu membuat pemuda merah itu cemas, memang ia tahu permasalahan Hinata dengan Naruto tadi. Tapi sebesar apa permasalahan keduanya?

Tidak tahan melihat sikap pendiam Hinata, tangannya segera menggenggam jemari kekasihnya pelan. Mencoba membuat Hinata kembali sadar,

"Hinata," panggilnya.

"..." masih tidak ada respon.

"Hinata, kau kenapa?" ucap Gaara kembali, sampai..

"Ah, Go..gomen Gaara-kun, tadi aku hanya sedang melamun saja!" merasakan hangatnya tangan Gaara dan panggilan kekasihnya membuat Hinata tersentak kaget, gadis itu cepat-cepat membuat wajah seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Kau melamunkan apa?" tanya Gaara lagi.

"E..eto, ti..tidak ada yang penting, ha..hanya masalah kecil saja.." jawab Hinata, terdengar ragu di telinga Gaara.

Pemuda merah itu menghembuskan napasnya panjang, matanya masih terfokus pada jalanan di depan, "Masalah sekecil apa yang membuatmu berwajah ingin menangis seperti itu?"

Lagi-lagi Hinata terkejut, perkataan Gaara benar-benar telak mengenainya. Maniknya langsung tak fokus, dan menatap ke segala arah, mencoba mencari alasan lain. Hinata tidak ingin Gaara tahu tentang masalahnya tadi. Tidak!

"I..itu.."

"Hinata, Kau tahu aku tidak suka saat kau menyembunyikan sesuatu dariku."

Gadis indigo itu makin terpojok, kepalanya menunduk menahan air mata yang akan jatuh di pelupuknya. 'A..apa yang harus kukatakan?! Aku tidak ingin melihat Gaara kecewa, aku tidak ingin Gaara tahu tentang perasaanku ini! Kami-sama,' dalam hati Hinata terus mencoba menenangkan hatinya, menguatkan agar dirinya terlihat baik-baik saja.

Tapi..

"A..aku.."

"Hn,"

"Ga..Gaara-kun, aku benar-benar.." dirinya tidak sanggup. Tangan Hinata mengepal menahan tangis.

Gaara melihat jelas sikap Hinata, gadis itu terlihat memaksakan dirinya. Ia jadi tidak tega, 'Mungkin membiarkannya sekarang ini lebih baik,' pikirnya seraya menghela napas kembali. Ia menekan rasa penasarannya karena tidak ingin melihat Hinata semakin terpojok.

Can I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang