Meet His Mother

666 49 3
                                    

Oke, Sekarang Hinata benar-benar tidak bisa menahan semburat merah di pipinya, bagaimana tidak. Kalau sekarang salah satu murid aka adik kecilnya kini berada di depannya, menatapnya lekat-lekat di tambah tubuh mereka berhimpitan, membuat tangan Hinata tanpa sadar langsung mencoba menahan dada bidang Naruto yang entah kenapa malah semakin mendekatinya.

Situasi sekarang super duper gawat baginya, hembusan napas pemuda pirang di depannya ini menerpa poninya dan tak lupa tangan tannya yang memegang dagunya agar ia tidak memalingkan wajah,

'Kami-sama! Tolong aku!' batin Hinata kecil, gadis itu menutup matanya menahan rasa gugup yang makin menjalar di tubuhnya, badannya yang sedikit gemetar..

Naruto yang melihat perubahan sikap Nee-channya, "..." kenapa Hinata menutup matanya, terlihat gemetar, dan terlihat seperti...

Ketakutan...

'Sial! Apa yang kulakukan!' pikir Naruto kembali, pemuda itu baru saja tersadar dari perbuatannya, tangannya yang tadi menyentuh dagu Hinata kini menjauh dengan cepat. Hinata yang merasakan tidak ada lagi tangan yang menyangga wajahnya membuka mata perlahan-lahan,

"..."

Dan begitu manik itu terbuka sepenuhnya, yang Hinata lihat sekarang, "Na..Naruto...ada apa?" sudah tahu ketakutan kenapa bibirnya bisa bicara seperti itu!

Wajah memerah Naruto, pemuda pirang itu menutup kembali sebagian wajahnya dengan tangan, tapi Hinata masih bisa melihat jelas kalau mata Saphire muridnya itu kini mengarah pada tempat lain, seolah-olah tidak ingin menatapnya. Hinata jadi makin bingung.

Kenapa sikap Naruto berubah lagi?

"Soal yang barusan kukatakan tadi..." ucap pemuda itu tiba-tiba.

"O..oh ma..masalah itu...Gomen..Sensei sempat lupa.." jawab Hinata kecil, menahan gugup.

"Itu..mungkin akan kuberitahu nanti ketika pesta.." lanjut Naruto kembali, membuat Hinata membelalakkan matanya tanpa sadar,

"Eh? Ma..maksudmu apa Naruto.." tanyanya tak percaya.

"..."

Pemuda pirang itu sepertinya sudah percaya diri lagi, buktinya dia sudah bisa mengeluarkan cengiran khasnya pada Hinata, "Hehehe kan pesta sabtu nanti diadakan di rumahku Nee-chan jadi tunggu saja ya" ucap Naruto seraya menjawil hidung Senseinya itu pelan.

"Eh..Na..Naruto!" Hinata terpekik kaget,

"Kalau begitu aku pergi dulu, tidak baik untukku berada disini lama-lama" Hinata yang mendengar itu sontak saja memerah, adik kecilnya ini benar-benar sudah berubah total...

"..."

Sebelum Naruto menyibak tirai ruangan itu, Manik Saphirenya memandang Hinata sekilas, sampai, "Gomen membuatmu ketakutan seperti tadi Hinata Nee-chan, aku janji tidak akan membuatmu gemetar seperti itu lagi." ucap Naruto cepat, dan barulah ia pergi dari ruangan. Meninggalkan Hinata yang masih berdiri terpaku di sana.

"Hmmph" gadis indigo itu sontak tertawa kecil, semburat merah di pipinya kembali muncul.

"Ternyata belum berubah total" gumamnya pelan.

.

.

.

"Hinata!" suara panggilan Shion menyentakkan pikiran Hinata, gadis indigo itu segera keluar dari ruangan ganti dan buru-buru mencari teman pirangnya itu.

"Shi..Shion-chan, aku ada disini." Ujarnya cepat, Shion yang mendengar suara Hinata berjalan cepat mendekati gadis indigo yang kini sudah terbalut dengan gaun berwarna merah lembutnya, matanya sedikit terpukau melihat Hinata.

Can I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang