14. Terima atau Tolak

659 41 0
                                    

Ini adalah hari ke-5 setelah lamaran dadakan Zack pada Safira. Sejak lamaran itu Safira memikirkan matang matang jawaban untuk Zack.

Saat ia menerima Zack, akan ada konsekuensi yang ia terima. Ia harus menjadi ibu sambung dari Fea yang tak lain adalah anak didiknya sendiri.

"Ma, kalau menurut mama gimana soal lamaran pak Zack yang waktu itu?" tanya Safira saat didapur sembari membantu mamanya memasak.

"Ya jawaban kamu gimana dan lagi kamu baru aja pisah sama Reno, jangan sampai kamu sama Zack hanya untuk pelarian saja. Yang dia tawarkan bukan pacaran lho, tapi menikah dan jadi ibu sambung dari anaknya" terang Erina.

"Jawaban adek gimana emang buat pak Zack?" tanya Erina.

"Adek itu mikir banget ma, adek belum pernah rawat anak kecil. Rawat anak didik aja kadang masih kualahan" balas Safira.

"Ya kalo kamu cuma mau sama bapaknya ya mending gak usah" sahut Ergo tiba tiba.

"Belajar dek, semua itu butuh belajar. Sama halnya kamu bisa jalan, bisa lari, bisa pintar, itu juga butuh belajar. Nanti kalo kamu rawat anaknya pak Zack dengan baik,tulus, ikhlas itu sama halnya kamu belajar agar kamu bisa didik dan rawat anak kamu dengan baik nantinya" jelas Erina sembari senyum dan mengusap lembut rambut Safira.

"Apapun jawaban adek nantinya, abang sama mama pasti dukung kok" ucap Ergo dengan senyum lebarnya.

🐇

Setelah Safira pikir matang mantang, ia sudah menemukan jawabannya. Mungkin dengan menerima lamaran ini ia bisa mengambil banyak hikmah.

Dengan selesainya hubungan pacarannya dengan Reno, ia bisa menjadi lebih taat agama. Dengan datangnya Zack dengan niat mulianya, ia belajar bahwa akan ada awan cerah setelah mendung hitam datang.

"Kenapa lu? Ada masalah huh?" tanya Tisa yang tiba tiba masuk kedalam ruangan Safira.

"Gak, orang gua juga biasa aja" balas Safira sembari mengisi jurnal hariannya.

"Bohong terus sampe ini perut gua tambah buncit" balas cepat Tisa sembari duduk.

"Eh iya ngomong ngomong lu hamil berapa bulan? Udah gede aja tuh" tanya Safira sembari duduk disamping Tisa.

"Baru 18 minggu"

"Lah udah gede aja tu perut" bingung Safira.

"Iyalah isinya dua gimana enggak gede coba" sahut Tisa.

"Wah kembar, yang bener lu? Asik nih dapat ponakan kembar" girang Safira.

"Girang amat cin"

"Giranglah, cuma orang iri yang liat temennya seneng gak ikut seneng" balas sengit Safira.

"Btw beneran lu enggak kenapa - napa?" tanya Tisa lagi.

"Bapaknya Fea ngelamar gua" balas Safira lirih.

"Gua bingung sebenernya, tapi udah yakin kalo sekarang" lanjutnya.

"Lu udah tau kan kalo yang ngelamar elu itu duda, yang elu urusin bukan bapaknya aja tapi anaknya juga" terang Tisa.

"Mungkin elu biasa ngehandle Fea disekolah, tapi kalau elu jadi ibu sambungnya, otomatis elu ngehandle Fea seharian yang notabenya jangka watunya lebih panjang dan ditambah ngehandle bapaknya"

"Jadi harus kuat kuatin, sabar sabarin, dan jangan capek buat belajar jadi ibu yang baik"

"Huh anak gua udah mau tiga aja ya gak kerasa" keluh Tisa.

"Ya elu nikahnya kemudaan aih, nikah umur 20 tahun punya anak awal 21 ya wajarlah mbak, jangan bikin emosi kenapa" kesal Safira.

"Ngomong ngomong makasih loh nasehatnya, temen gua paling the best-lah" lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shafea's PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang