B a g i a n d u a b e l a s
warning! Chapter ini mengandung unsur kekerasan.
Happy reading guys . . .
-mungkin memang benar, perkara melupakan cinta pertama itu sangat sulit-
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Lelaki dengan kemeja asal sekolah nya itu menarik kerah baju lelaki sekolah tetangganya dan lalu.
Bugh!
"lo di suruh apa ha sama bos lo anjing?!" Audra, lelaki itu tampak menatap tajam bak elang pada cowok yang sudah memukuli Sadewa tadi malam. Malam tadi merupakan hari kesialan menurut Audra, karena musuhnya dari geng savor menyerang Sadewa.
Tak hanya itu, mereka juga masuk kedalam gedung tua yang suka di tempat Audra dkk untuk nongkrong lalu mengacak acak isinya hingga berantakan tak tersisa.
"kalau orang tanya tuh jawab anjing!" lalu dia menonjok, membabi buta mulai dari perut hingga kepala.
Lelaki yang sedang di pukuli hanya menatap Audra dengan tatapan memohon agar lelaki itu segera berhenti. Namun sayangnya tidak, Audra tidak lulur dengan tatapan itu.
Bugh!
Bugh!
Bahkan ketika mulut sang anak buah musuhnya itu mengeluarkan darah segar dia tetap tidak perduli, malah semakin bruntal. "jawab anjing!" makinya.
Lio dan Sam yang dari tadi diam kini maju kedapan mencekal lengan Audra kuat, tentu hal itu Audra meronta dengan tangan yang ingin sekali merobek permukaan wajah orang tersebut. Kemudian setelah sudah dirasa tidak ada pergerakan lagi dari lelaki itu dia melepasnya.
"lo ngapain hah misahin gue sama ni orang? dia udah nyerang Sadewa sampe masuk rumah sakit dan sekarang kata dokter dia koma." ungkapnya diakhiri dengan lirihan suara.
Lio menganguk. "gue tau, faham banget! Tapi bukan gini caranya"
"Lio bener Dra, kita engga boleh gegabah. Kita harus ngumpulin bukti yang kuat buat dia dan temannya itu masuk ke sel penjara." kata Sam sembari menunjuk suruhan musuhnya itu.
"t-tolong jangan!"
Audra menoleh. Berjalan mendekat lalu berjongkok, "kenapa ga boleh ha?"
Lio menoleh ke arah Sam, berharap cowok itu peka.
"jangan Dra, dengan lu matiin itu orang, masalah ini engga bakal selesai."
Audra tersenyum miring, memegang dagu lelaki itu kencang hingga ringis an pilih begitu terdengar. "nyawa harus di balas dengan nyawa, maka jika sahabat gue koma, lo pun harus koma." detik selanjutkan dia menendang pergelangan tangan orang tersebut dan berdiri menatap ke arah kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa[ON-GOING]
Jugendliteratur[update secepatnya] ketika masa lalu menjadi penghalang cinta kami. Iya kami, antara aku-saphire dengan Audra orang yang aku cinta. ... "kenapa harus orang tua kamu dra?" tanya Saphire. aku menghapus air mata yang turun di kedua kataku dengan kasar...