prologue

97 55 128
                                    

P r o l o g

P r o l o g

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas 7 SMP

"lo gendut, gue nggak suka sama lo ..."

"Gue lebih suka Tasya, cantik, baik, kurus. Nggak kek lo jelek!"

Gadis yang bernama Ale itu menangis ketika mendengar ucapan cowok yang berada di depan dengan wajah datar. Apakah sebegitu Jelek-nya dia? Dan apakah gendut menjadi pengahalang cinta-nya? Haruskah?

"Tapi aku cinta kamu dra,"

Cowok itu menghentakkan kakinya kesal dengan gadis yang kekeh menyatakan cintanya. "Tapi gue nggak!!" Bentak si cowok tersebut.

"Ngerti bahasa manusia nggak sih Lo?!" Lanjut si cowok yang disebut dra.

Ale menghapus butir butir air mata yang mengalir di kedua pipinya. "Kok kamu jahat banget sih dra?" Ucap-nya lirih.

"Kenapa aku harus mencintai kamu, cowok nggak punya perasaan."

Cowok di panggil dra itu berdecih. "Yaudah lupain perasaan lo sama gue, beres kan?"

Ale menunduk dalam-dalam. "Nggak semudah itu dra!"

"Dasar cewek ribet!" Ujar-nya sembari mendorong tubuh gadis gendut itu, hingga tersungkur di lapangan.

Semua orang yang menyaksikan ikut prihatin, dan ada juga yang tertawa terbahak-bahak.

Jangan lupakan si primadona ganteng itu, dia tidak mungkin menerima cinta sang cewek cupu dan jelek. Nggak level.

"Lupain perasaan lo, Lo jelek bukan tipe gue .. !" Ujar si cowok itu lagi dan berjalan keluar dari kerumunan yang melihat mereka.

Ale yang masih terduduk ditengah-tengah kerumunan itu menangis kala semua orang menertawakan-nya. Tidak ada yang mengulurkan tangannya ketika ia membutuhkan uluran tangan, tidak ada yang menguatkan hatinya ketika patah hati. Karena dia sendiri, iya dia sendiri walaupun banyak yang sekolah disini tapi ia tidak mempunyai teman.

Bagaimana rasanya, jika di tertawaan oleh banyak orang. malu? Tentu saja. Itu yang dirasakan Sekarang oleh Ale.

Dan sejak itulah, Ale bertekat untuk berolahraga, makan sedikit untuk mengurangi berat badan-nya, melakukan aktivitas yang berat-berat, dia pun ikut fitnes. Bahkan nama panggilan saja, dia rubah menjadi Saphire.

****

3 tahun kemudian ..

"Dek bangun!" Suara paruh baya yang tak lain adalah sang mamah menggoyangkan bahu sang anak.

"Em ..iya mah," gumam-nya dengan mata terpejam.

"Ayo bangun dong sayang, papah tunggu kamu di meja makan tuh."

Dan akhirnya Saphire terbangun. Setelah menyesuaikan retina-nya, dia mengecup pipi sang mamah. Itulah ritual paginya.

"Iya nih aku udah bangun. Beneran ada papah?" Tanya gadis itu pada sang mamah--aulia.

Sang mamah mengangguk. "Iya, katanya kangen sama papah ..cepet maka-nya kamu turun, mamah turun duluan ya."

Saphire mengangguk, setelah itu Aulia turun meninggalkan sang anak yang akan mandi.

15 menit kemudian ..

"Papah!!" Teriak Saphire ketika mendapati sang papah sedang memainkan handphone dimeja makan, dan sang mamah yang sedang membereskan makanan untuk Saphire dan Kevin--sang papah.

Kevin yang mendengar suara yang sangat asing pun menoleh ke sumber suara, dan benar anaknya sedang berlari untuk berhambur ke pelukan-nya.

"Kangen!" Air mata sang gadis turun menyeluruh.

"Papah juga kangen," Kevin membelai Surai Saphire.

"Papah nggak akan pergi lagi kan?" Tanya Saphire mendongak.

Kevin mengangguk lalu menyium pipi Saphire. "Iya, papah seminggu disini."

Senyuman yang tadinya lebar, sekarang tergantikan dengan senyuman kecut. "yah, kok seminggu doang sih pah?"

"Iya sayang, gapapa ya?"

Akhirnya Saphire mengangguk, dari pada papahnya tidak pulang sama sekali?

"Yaudah gapapa deh,"

Kevin mengangguk setelah melepas pelukannya yang semalam ini ia rindukan. "Yuk makan," ajak Aulia kala makanan yang ia hidangkan sudah ditaruh di meja makan.

"Ayo pah makan,"

"Iya-iya,"

TO BE CONTINUED

Gimana prolog yang kalian nantikan? Semoga aja suka ya!

See next part>3

Jangan suka negur authornya, orangnya gampang marah.

Tangerang, 20 Oktober 2020



Tentang Rasa[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang