"Cinta itu sederhana, jika kamu tidak mampu membuatnya tertawa, cukup tidak membuatnya terluka."
• Unknown •Jeongwoo benar-benar gila, laki-laki itu serius dengan ucapannya yang akan melakukan segala cara sekalipun itu adalah cara kotor.
"Jeongwoo, please."
Yena sudah tidak tahu lagi harus berbuat seperti apa untuk menghentikan aksi Jeongwoo. Laki-laki itu terus saja menarik Yena di koridor apartemen, yang Yena yakini Jeongwoo akan membawa dirinya ke apartemen laki-laki itu.
Nah 'kan bener, mereka masuk ke apartemen dan lebih tepatnya lagi masuk ke dalam kamar.
Yena panik setengah mati. Gila, gila, ini tidak boleh terjadi.
"Jeongwoo, sadar. Yang Lo lakuin ini salah, pasti ada jalan keluarnya."
Jeongwoo melemparkan jas yang ia pakai begitu saja, memegang pundak Yena kuat. "Gue tanya sama Lo, cara apa biar gue gak nikah sama Yuna hah?! Lo juga gak tau 'kan?"
"Kita bicarain ini baik-baik dengan kepala dingin, kalo Lo emosi kayak gini---"
"Gak bisa Yena! Gue kabur dari rumah, ngembaliin semua fasilitas yang gue punya pun gak mempan. Mereka tetep maksa gue buat nikah sama cewek gak tau diri itu!"
Yena mendorong tubuh Jeongwoo yang hendak akan mencium nya, Yena tidak Sudi untuk melakukan nya. "Kalau menurut Lo dengan cara ngehamilin anak orang, jangan gue! Gue gak mau, ada banyak gadis-gadis diluaran sana yang real nyerahin tubuhnya ke Lo!"
"Gue cuma mau Lo!" sentak Jeongwoo membuat Yena semakin takut.
Peduli setan dengan segalanya, Jeongwoo benar-benar akan melakukan nya.
Yena hanya bisa berdoa agar keberuntungan berpihak kepadanya kali ini saja.
"Jeongwoo!" bentaknya mencoba menjauhkan kepala Jeongwoo yang mulai menjelajahi area lehernya.
Yena terpekik saat Jeongwoo dengan gemas mengigit lehernya, kembali beralih kepada bibir. Karena Yena tak membiarkan lidahnya masuk dengan santai Jeongwoo mengigit bibir bawah gadis itu.
Yena berontak, memukul Jeongwoo sekuat tenaga nya dan sialnya, lengan dress yang Jeongwoo belikan untuknya malah sobek. Gimana ini?
"Jeonghmpp---"
Plak'
Dada gadis itu naik turun, menatap laki-laki di depannya dengan tajam. " Lo gila! Lo mau ngerusak gue?! Iya hah?! Seharusnya Lo sadar, gue udah hancur Jeongwoo dan Lo mau ngehancurin gue lagi! Di mana Lo taruh otak Lo hah?!"
Yena mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar, mengusap kedua lengannya yang terasa perih akibat ulah Jeongwoo.
"Kenapa harus Jeongwoo? Gue hidup seorang diri di dunia ini, Lo jadiin gue bahan pelampiasan, dan sekarang Lo mau merenggut hal berharga bagi gue. Gue tau, gue miskin dan gak punya apa-apa, tapi gue masih punya harga diri."
"Lo gak akan semudah itu untuk dapetin gue Jeongwoo," tambahnya lalu berlalu pergi dari sana dengan perasaan kecewa.
Sudah cukup Jeongwoo membuat hatinya sakit dengan setiap hari makan hati dan sekarang laki-laki itu sukses membuat Yena kecewa, sangat kecewa.
Jeongwoo berteriak frustasi bak orang gila, menonjok tembok apartemen nya berkali-kali hingga tangannya mengeluarkan darah.
"Argh! Lo udah gila Jeongwoo, gila!"
•••
Sementara itu, Yena pulang dengan keadaan kacau. Ditambah malam ini hujan datang, dirinya malah semakin kacau.
"Liat, tuh, jam segini anak gadis baru pulang."
"Iya, yah, mana pakaian nya sobek gitu lagi."
"Makin yakin, sih, itu anak gak bener. Mukanya aja sok polos."
"Eh, pernah juga liat dia bawa masuk cowok asing ke dalam rumah nya lho."
"Ihh, jangan biarin anak kita main sama cewek kayak gitu."
Yena hanya bisa menelan ludah nya saja, mendengar bisik-bisik tetangga yang membicarakan keburukan nya. Mereka tidak tahu bahwa yang jadi korban nya di sini adalah dirinya.
Kenapa seseorang yang selalu menilai orang lain dari luarnya? Mengesimpulkan sesuatu yang dengan sekali lihat tanpa tahu cerita yang sebenarnya. Meski mereka sudah dewasa, tetapi mereka belum bisa membedakan mana yang salah dan benar.
Yena masuk ke dalam rumahnya, mengunci pintu rumah lalu langsung kembali terisak. Terduduk di lantai yang dingin sembari memeluk tubuh rapuh nya yang sudah tidak berdaya.
Ia masih bertanya-tanya, kapan kebahagiaan yang sebenarnya datang? Kenapa hanya ada rasa sakit yang ia rasakan? Apakah orang yang tidak mampu tidak berhak untuk merasakan kebahagiaan? Apakah sedosa itu dirinya untuk bahagia?
Siapa yang harus Yena salah kan di sini? Tuhan? Alam semesta? Takdir? Mereka seakan-akan tertawa senang melihat dirinya terluka dan tak berdaya seperti ini.
"Tuhan, jika engkau tidak mengizinkan aku untuk bahagia. Setidaknya, kirimkan malaikat untuk menolong ku ketika terjatuh."
•••
Pagi ini Yena datang ke sekolah dengan menggunakan jaket yang bisa menutupi area lehernya untuk menutupi bekas Jeongwoo tadi malam.
Minju dan Wonyoung yang melihat penampilan Yena pun terheran-heran, tidak biasanya gadis itu menggunakan jaket, kecuali saat musim dingin.
"Ngapa Lo tumbenan pake jaket?" tanya Wonyoung.
"Agak gak enak badan aja," bohong Yena agar teman-teman nya itu tidak curiga kepada nya.
"Bener gak kenapa-kenapa? Bibir Lo bengkak lho," tanya Wonyoung lagi untuk memastikan.
Sial, Yena lupa jika bibirnya bengkak. Jeongwoo benar-benar brengsek!
Yena tersenyum tipis lalu menggeleng.
Yena mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya karena sedari tadi di bus, ponselnya itu terus saja berteriak.
Bodo amat, Yena tidak akan membalas pesan Jeongwoo. Gadis itu sangat marah dan kecewa dengan tindakan Jeongwoo tadi malam, para tetangga nya pun menuduh dan membicarakan Yena yang tidak-tidak.
Kedatangan Jeongwoo ke kehidupan nya membuat Yena semakin hancur. Yena harus mengakhiri semua ini dengan cepat, ia tidak mau meneruskan hubungan ini.
Next||Delete
PELAMPIASAN
Ft.Park Jeongwoo TreasureVote sama komentar nya jangan lupa, biar semangat update nya. Dan doain semoga ujian aku lancar :)
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAMPIASAN ✓ [TERBIT]
Ficção AdolescenteYena Challistha adalah gadis yang hidup sebatang kara yang ditinggalkan oleh Kakaknya sendiri. Gadis ini menyukai Kakak kelas sendiri yang bernama Jeongwoo Aldebara, tapi sayangnya Jeongwoo sudah memiliki kekasih. Hingga suatu hari Jeongwoo datang d...