Cinta tak pernah gagal panen. Karena bahagia dan sedih itulah hasil permanen.
• Moamar Emka •Jeongwoo jatuh tersungkur saat dengan tiba-tiba Haruto melayangkan bogeman mentah kepadanya secara mendadak. Tentu hal itu memicu tanda tanya besar bagi dirinya sendiri. Ada apa dengan teman karibnya yang satu ini?
"Brengsek lo! Gak guna lo hidup di dunia ini, mau lo apa hah?!" bentak Haruto dengan suara keras.
Jeongwoo masih duduk di lantai dengan kaku lalu mulai perlahan bangun dengan meringis merasakan pipinya yang berdenyut.
"Maksud lo apa? Tiba-tiba narik gue ke belakang sekolah dan lo main pukul wajah gue," balas Jeongwoo ketika kesadarannya sudah kembali penuh.
Dengan tangan terkepal, dada yang baik turun, Haruto melangkah mendekati temannya. Menatap Jeongwoo dengan tatapan tajamnya yang sudah lama tak Jeongwoo lihat.
"Seharusnya gue yang tanya, mau lo apa? Udah gue bilangin kalo lo masih anggap Yena hanya pelampiasan lebih baik jangan dia, cari cewek lain. Dia terlalu sempurna buat cowok brengsek kayak lo."
Jeongwoo mengerutkan keningnya bingung, jujur dia sangat tidak paham dengan apa yang Haruto katakan. "Apa? Gak usah bertele-tele, bilang langsung sama gue."
"Cewek lo nangis pas udah liat lo pelukan sama cewek lain! Seharusnya lo mikir, selama ini lo udah buat Yena menderita. Masih untung cuma gue sama Wonyoung yang tau, gimana kalau Minju yang tau? Habis lo ditangan Jihoon!"
"Ma-maksud lo, Ye-yena tau gue pelukan sama Yuna di rofftop?"
"Miksid li, Yini tii gii pilikin simi Yini di rifftip?" ledek Haruto. "Tolol banget lo jadi cowok! Ngapain juga pelukan sama mantan, udah tau dia yang mutusin lo masih aja mau berhubungan sama dia."
"Engga, bukan kayak gitu. Gue--"
Haruto mengibaskan tangannya di depan wajah Jeongwoo, mengisyaratkan agar laki-laki itu diam. "Buat apa lo jelasin ke gue? Gue emang kecewa sama lo, tapi seharusnya lo jelasin hal ini ke Yena sebelum Yena makin kecewa sama lo. Tapi gue harap Yena gak kasih kesempatan lagi buat lo."
Jeongwoo berlari begitu saja meninggalkan Haruto, ia harus segera menemui gadis itu ke kelasnya. Betapa bodohnya dia melakukan hal ini, meskipun ia tidak mau tapi apa yang bisa ia lakukan selain pasrah. Seharusnya dia lebih tegas untuk menolak Yuna tadi, sekarang kekasihnya yang menjadi korban lagi.
Haruto benar, dia tidak pantas untuk gadis sebaik Yena.
"Ck, bisa-bisanya dia nyakitin Yena."
•••
Gadis dengan surai hitam legam berponi itu duduk dengan tatapan kosong di sudut perpustakaan. Ia sengaja membolos pelajaran kali ini, karena percuma dia masuk kelas jika pikirannya melanglang buana ke sana kemari. Memikirkan betapa mirisnya kisah percintaannya, haruskah Yena mengorbankan hatinya menjadi korban lagi? Berapa kali lagi Yena harus tersakiti? Tidak sadarkan bahwa Yena lelah.
Yena menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan, matanya kembali mengeluarkan cairan itu kembali. Meski sudah ditahan sekuat apapun tetap saja air mata itu turun dengan sendirinya.
"I'm so tired."
Punggung Yena mulai bergetar menandakan bahwa tangisannya kian deras, Yena mengigit bibir bawahnya berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ia takut ada orang yang mendengarnya.
"Yena."
Mata Yena yang awalnya terpejam kini terbuka sempurna, mendengar suara seseorang yang kini mulai Yena benci. Ia sangat berharap untuk tidak mendengar suara sialan itu lagi. Yena masih diam di tempat, tak bergerak sedikit pun.
Sementara Jeongwoo, merasakan hatinya teriris harus melihat gadisnya yang menangis ulah dirinya sendiri. Dirinya memang sebrengsek itu!
Perlahan ia mendekati Yena, duduk di samping gadis itu yang masih menenggelamkan wajahnya diantara tangan yang terlipat. Peduli setan jika ada yang melihat mereka berduaan di perpustakaan sepi ini, Jeongwoo hanya ingin memeluk Yena dan mengatakan sejuta maaf yang Jeongwoo harap ada satu kata maaf yang Yena terima darinya.
"Maafin aku," ujarnya pelan sembari mendekap tubuh mungil yang tengah rapuh itu.
Yena memejamkan matanya, tidak tahu harus berbuat dan berkata seperti apa. Sial sekali, ia merasakan nyaman saat Jeongwoo mendekap tubuhnya seperti ini ditambah lagi dengan aroma tubuh Jeongwoo yang Yena sukai.
"Yena, kamu mau 'kan dengerin penjelasan aku dulu? Aku gak janji untuk bisa bahagiain kamu, tapi aku akan berusaha untuk ada buat kamu. Tolong, kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya."
Yena mengepalkan kedua tangannya diam-diam, mendengar suara lirih Jeongwoo membuatnya semakin tak tenang. Ia ingin sekali untuk egois saat ini, dengan membiarkannya laki-laki itu dan merasakan betapa hancurnya sekarang dirinya.
Gadis itu semakin terisak kala mendengar suara isakan pelan dari Jeongwoo, bahkan ia merasakan sesuatu yang basah jatuh lalu mengalir di pipinya. Itu air mata Jeongwoo, untuk pertama Jeongwoo menangis di depan Yena. Jujur, ada begitu banyak beban yang tengah bersarang di pikirannya saat ini.
"Yena, kalau kamu mau hubungan kita berakhir...aku bakal lakuin hal itu."
Ucapan Jeongwoo barusan bagaikan sebuah petir yang menyambar di siang bolong, seperti batu kerikil dari neraka yang dilemparkan menembus jantungnya. Kenapa?
Yena terbangun, menatap Jeongwoo dengan mata sembab dan juga terbesit tatapan kekecewaan yang bisa Jeongwoo tangkap di balik mata jernih itu.
"Jeongwoo, kenapa kamu kayak gini? Aku kecewa sama kamu!"
"Mari kita selesaikan masalah ini dulu, aku gak mau ninggalin kamu dengan rasa bersalah."
Yena mengerutkan keningnya bingung, maksudnya apa? Ninggalin? Apakah Jeongwoo akan meninggalkannya?
"Kamu bohong 'kan? Kamu gak mungkin ninggalin aku."
Jeongwoo menunduk, mempersiapkan untuk merangkai kata-kata agar Yena mengerti. "Pertama, yang aku peluk itu Yuna. Dia cuma minta maaf dengan yang dulu dia mutusin hubungan...aku sama dia dulu. Dia minta peluk untuk terakhir kalinya, gak ada pilihan lain selain aku mengiyakan."
"Dan yang kedua...jujur aku sayang banget sama kamu. Kalau kamu mau buat nunggu aku kembali, aku gak apa-apa malahan aku seneng. Tapi kalau kamu gak bisa nunggu aku, kita akhiri hubungan kita."
Yena membuang napasnya kasar, mengusap wajahnya dengan gusar lalu memijat kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut. Harus sampai kapan rintangan dan ujian kehidupannya berakhir? Alam semesta seakan senang melihat dirinya tersiksa dengan takdir yang begitu kejam. Baik, Yena baru saja menyalahkan takdirnya.
"Yena," panggil Jeongwoo. Ia menunggu keputusan dari gadis ini, jujur ini juga sangat berat untuk ia jalani.
Gadis itu tak menjawab, dia malah menarik tengkuk Jeongwoo dan mencium bibir kekasihnya. Jeongwoo tentu terkejut dengan Yena yang tiba-tiba menciumnya, namun detik selanjutnya dia memejamkan matanya seperti Yena mulai mengambil alih ciuman itu.
Dan Yena harap, Jeongwoo tahu jawabannya melalui tindakannya.
Next|| Delete
PELAMPIASAN
Ft.Park Jeongwoo TreasureJangan lupa follow akun aku dan baca cerita lainnya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAMPIASAN ✓ [TERBIT]
Fiksi RemajaYena Challistha adalah gadis yang hidup sebatang kara yang ditinggalkan oleh Kakaknya sendiri. Gadis ini menyukai Kakak kelas sendiri yang bernama Jeongwoo Aldebara, tapi sayangnya Jeongwoo sudah memiliki kekasih. Hingga suatu hari Jeongwoo datang d...