❄️ Masalah ❄️

134 9 0
                                    

Happy Reading...

Pagi yang begitu sangat cerah, burung-burung bekicauan di pohon dan terbang diudara. Di lain tempat yang sangat terlihat mewah dan elegant, Kini Fathan sedang sarapan pagi bersama Balqis. Fathan hanya makan dengan diam sembari mendengarkan apa yang Balqis bicarakan.

"Fathan, Kamu dengar ngga apa kata tante?" Tanya Balqis kesal menatap Fathan yang hanya diam dan fokus dengan sarapannya. Sedangkan Balqis merasa sangat kesal sekali dengan Fathan yang tidak merespon perkataannya.

"Hmm."

"Gitu aja jawabnya, kenapa sih? Bibir kamu sariawan ya?"

"Ngga." Jawab Fathan singkat dan datar.

Membuat Balqis sangat-sangat kesal dengan tingkah keponakannya. Sedangkan Fathan hanya diam sembari menahan tawanya. Fathan menatap Bagas yang baru datang dengan tergesa-gesa.

"Maaf tuan, ada nona Hanna datang kesini dengan  membawa tas koper dan ia juga menangis."

Sontak Fathan menghentikan makannya dan langsung berlari menemui Hanna. Ya Hanna Raika Althaf adalah anaknya Rais dan Hanna adalah adik sepupunya Fathan. Yang mana Fathan sangat akrab sekali dengan Hanna. Walaupun hubungan keluarga mereka hancur.

"Hanna." Gumam Fathan berdiri didepan Hanna yang jaraknya tiga meter. Fathan mendekati Hanna, lalu memeluk Hanna.

"Kak Fathan hiks.. hiks.."

Fathan menangkupkan kedua tangannya dipipi gembul Hanna. Fathan merasa sangat sesak sekali melihat orang yang dia sayang menangis. Walaupun Hanna bukan adik kandungnya.

Tapi Fathan merasa Hanna adalah adik kandungnya seperti Rasya adik kandung Fathan yang sudah meninggal. Terus itu juga Fathan sangat khawatir sekali dengan Hanna, apa lagi sampai bawa tas koper.

Fathan sebenarnya sangat bersyukur sekali, karena sifat dan sikap Hanna tidak jauh berbeda dengan adik kandungnya Rasya. Hanya yang membedakannya adalah, kalo Rasya adiknya Fathan itu tidak cerewet seperti Hanna dan tidak manja seperti Hanna.

"Lo kenapa nangis? Bawa tas koper lagi, ada masalah apa?"

"Kak, gue diusir mama sama kak Andre." Jawab Hanna menundukkan kepala dan marasa malu, karena di saat dirinya ada masalah ia selalu pergi ke Fathan. sedangkan Fathan hanya diam dengan masalahnya.

"Kenapa lo diusir? Apa karena lo ngembela gue?" Tanya Fathan, Hanna menggelengkan kepala. Fathan menghela napas, karena Hanna tidak membuka suara.

"Gue ngga ngembela lo kak, gue hanya membicarakan kebenaran aja kak. Mama dan kakak ngga setuju dan kata mama gue ngembela lo kak. Padahal gue sama sekali ngga ngembela lo, kak. Gue hanya ingin menyelesaikan semuanya dengan cara baik-baik. Tapi mama dan kakak ngga terima, lalu mama ngusir gue dengan paksa." Jawab Hanna terbata-bata, karena ia bicara sembari menangis dan juga nangisnya tersedak-sedak.

Fathan menghela napas panjang, tidak pernah ia melihat Hanna menangis tersedak-sedak seperti ini.
"Kan gue udah bilang sama lo, jangan bicarakan masalah gue dengan keluarga lo. Mereka ngga terima, dan akibatnya lo jugakan jadi di usir."

"Tapi kak, g_"

"Sudah sana lo masuk. Gue mau sekolah, sepulang sekolah aja lanjutin ceritanya dan lo sama tante Balqis aja dirumah."

Sambar Fathan dan Hanna menganggukkan kepala. Karena bentar lagi akan masuk, sebenarnya Fathan tidak apa-apa datangnya terlambat. Tapi ia tidak bisa seenak jidatnya seperti itu, karena dia juga siswa di sekolah itu.

"Semangat kak belajarnya." Ucap Hanna dan Fathan mengacak puncak kepala Hanna yang tertutup jilbab.

Lucu melihat Hanna yang langsung berhenti menangis dan langsung memberikan semangat. Seperti ia cepat sekali melupakan masalahnya yang baru saja terjadi.

IKHWAN KUTUB [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang