❄️ Persiapan Sekolah ❄️

162 17 0
                                    

Happy reading..

Fatah duduk jongkok disamping makam kakeknya, air mata Fathan tak kunjung berhenti. Afifa, Mira dan Rafan hanya bisa diam melihat Fathan, memang sakit saat orang satu-satunya yang selalu berada disamping kita, kini pergi meninggalkan kita sendiri.

Rafan memegang bahu Fathan yang bergetar. Sudah dua kali Rafan melihat Fathan menangis seperti ini, tangis pertamanya saat kedua orang tua, nenek dan adiknya pergi meninggalkan Fathan dan yang kedua adalah kakeknya.

"Than, lo harus ikhlas merelakan kepergian kakek. Kalo lo begini terus, nanti kakek sedih ngelihat lo kayak gini. Disana kakek udah tenang, jangan hancurkan ketenangannya hanya karena lo tangisin kakek, yang kakek mau lo itu tabah dan sabar atas kepergian kakek."

Seketika kedua mata Mira membulat mendengarkan kata-kata mutiara yang dikeluarkan oleh kekasihnya. Fathan mengusap air matanya, karena apa yang Rafan katakan itu memang benar.

"Sorry." Ucap Fathan berdiri, Afifa, Mira dan Rafan ikut berdiri juga.

Mereka melangkah pergi meninggalkan pemakaman. seketika langkah mereka terhenti melihat laki-laki berbadan tinggi, tampan dengan ekspresi datarnya berdiri didepan mereka berempat.

"Pulang dek." Ajaknya menatap Afifa, Afifa tersenyum melihat kakaknya yang datang.

Rakha berjalan beberapa langkah mendekati Fathan.
"Selalu sabar dan kuat Than, gue tahu kalo lo itu kuat menghadapi masalah seperti ini." Rakha tersenyum tipis sembari memegang bahu kanan Fathan.

"ya bang." Fathan langsung memeluk Rakha dan Rakha membalasnya sembari menepuk-nepuk punggung Fathan dengan pelan. Sedangkan ketiga orang yang berada didekat Fathan dan Rakha ternganga melihat dua laki-laki kutub ini berpelukan.

Fathan merasa nyaman saat memeluk dan dipeluk oleh Rakha, karena Rakha dan Fathan memang sangat akrab sekali walaupun mereka hanya melakukan kerjasama perusahaan.

"Kalo gitu gue dan adek gue pulang dulu, assalamu'alaikum." Pamit Rakha dan di ikuti oleh Afifa. Sedangkan ketiga remaja tersebut masih diam di tempatnya masing-masing.

"Wa'alaikumussalam." Jawab mereka serentak.

❄️❄️❄️

Fathan duduk disofa yang ada di kamarnya sembari memegang foto yang bergambar dirinya dengan kakeknya.

"Kakek, Fathan akan menuruti apa yang kakek katakan kemarin." Gumam Fathan tak terasa air matanya keluar. Beberapa menit dirinya sadar, lalu dia mengusap air mata yang menempel di wajahnya.

Fathan mengambil ponsel yang ada diatas nakas, Fathan mencari kontak Bagas diponselnya, lalu menelponnya.

📱
"Iya tuan Fathan ada apa?"

"Siapkan semua peralatan sekolah saya."

"Siap tuan, tapi kapan tuan Fathan akan sekolah?"

"Besok."

"Oke tuan, saya siapkan sekarang juga."

"Satu lagi, siapkan mobil, saya mau pergi sekarang juga."

"Siap tuan, tapi tuan Fathan mau pergi kemana?"

"Siapkan saja."
📱

Fathan memutuskan sambungan telponnya, lalu Fathan melangkah keluar menuju ke parkiran.

"Aden Fathan." Panggil bik Sri, Fathan menghentikan langkahnya dan membalikkan badan menghadap bik Sri.

"Aden, pakaiannya mau diganti tidak? Sepatu, tas dan yang lainnya mau diganti tidak?"

IKHWAN KUTUB [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang