❄️ Keras Kepala ❄️

166 15 0
                                    

Happy Reading...

Afifa's prov

Saya hanya diam dengan perkataan Fathan dan Mira yang menyuruh saya untuk pulang, saya tidak mau. Karena saya merasa sudah membaik, tapi mereka terlalu berlebihan dengan saya.

Tiba-tiba pak Bagas datang dengan membawa apa yang Fathan perintahkan tadi, setelah memberikan ke Fathan dan entah apa yang pak Bagas bawa? Saya tidak tahu.

Tapi pak Bagas pergi begitu saja, dan malah Fathan memberikannya ke Mira. Mira menerima dan membuka apa yang tadi pak Bagas bawa, dan saya menghela napas.  Karena yang pak Bagas bawa adalah bubur ayam, minuman dan susu encer.

Saya tidak mau puasa saya batal, hanya karena pingsan. Toh itu sudah biasa, tapi pingsan saya bukan karena sedang puasa. Mungkin saya kelelahan, atau yang lain. Tapi mereka terlalu lebay mengkhawatirkan saya.

Mira menjulurkan sendok yang berisi bubur ayam, saya menutup mulut saya rapat-rapat dan tidak mau membatalkan puasa saya.

"Afifa habiskan makananya."

Fathan ya enak banget merintah orang, tanpa perduli dengan hati orang yang tidak bisa membatalkan puasa. Mana juga ngomongnya ketus dan datar lagi, ngga ada manis-manisnya.

Eh tapi ngga apa-apa lah, karena saya tidak mau dimaniskan sama si cowo kutub kayak dia. Astagfirullah.. stop Afifa jangan ngomongin orang.

"Afifa buka mulut lo."

Saya tidak membuka mulut, bahkan saya tidak menatap Mira yang sedang menjulurkan bubur ayam didepan bibir saya.

"Afifa, kamu itu sakit dan kamu harus makan, puasanya nanti bisa lain kali saja."

Fathan ya kalo ngomong ngga disaring dulu apa ya, orang ngga mau batalin puasa masih aja nyuruh untuk batalin puasa.

Saya menghela napas dan pasrah dengan semua ini, dan cukup tahu aja sama sikap dan sifat mereka yang pemaksa.

"Saya bisa makan sendiri."

Saya mengambil bubur ayam yang ada ditangan Mira dengan perasaan sedih. Sedangkan saya melihat Mira tersenyum ke saya.

"Fathan."


"Hmm."

"Jagaian Afifa sebentar ya, gue mau ke toilet sebentar."

"Mira nanti saja ketoiletnya."

Saya tidak bisa berada disatu ruangan dengan yang bukan mahram. Cukup kemarin aja berdua dengan yang bukan mahram dan sekarang jangan lagi. Tapi Mira malah tertawa dan saya sangat bingung sekali.

"Kenapa malah tertawa?"


"Afifa, gue udah kebelit nih ngga bisa nanti."

Mira langsung pergi keluar, sedangkan Fathan malah natap saya, apa Fathan lupa ya sama yang kemarin saya katakan?

"Habiskan makanannya."

Fathan’s pov

Gue sangat gemas sekali dengan ekspresi kesal Afifa, tapi itu semua demi kebaikkannya. Kalo nanti dia kenapa-kenapa, nanti keluarganya juga sangat khawatir sekali dengan dirinya.

"Fathan, saya tidak mau pulang."

Gue diam dan tidak berminat menjawab perkataannya. Gue juga baru tahu, kalo Afifa itu wanita keras kepala. Tapi gue kagum sih sama dia, karena dia itu berbeda dari yang lain. Bahkan sangat beda sekali dengan mantan gue, yang kurang ajarnya ninggalin gue.

"Fathan."

"Habiskan makanannya."

Gue ngeluarin ponsel gue yang ada disaku celana gue dan mencari kontak bang Rakha, karena bang Rakha harus tahu kalo adiknya sakit. Terdengar suara sambungan telpon, hingga akhirnya bang Rakha menerima telpon gue.

📱

IKHWAN KUTUB [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang