Chapter 15

1.7K 158 1
                                    

Haii readers,... lama update nya nih..
Masih cari - cari feel buat nerusin nih cerita..
Lagi nyari - nyari cast yang cocok dan akhirnya nemuin cast nya Shafa pake Cassandra Sheryl.....
Jangan bosen - bosen ngikutin jalan ceritanya.. thanks banget yang udah baca
Jangan lupa vommentsnya guys :*

AUTHOR'S POV

Sudah 2 hari shafa tidak mengikuti pelajaran di sekolahnya. Dia sangat kangen sama sahabatnya yang pemalu nan cerewet siapa lagi kalo bukan si Likha. Dia juga harus menyusul ketertinggalannya waktu pelajaran, karena bulan depan shafa harus mengikuti UKK ( Ujian Kenaikan Kelas ). Memang tak terasa sudah pergantian kelas, sebentar lagi ia akan menjadi murid kelas 11.

Sampai di depan kelas pun ia melihat Likha yang asyik dengan gadgetnya. Ia pun juga melirik ke arah bangku belakang Likha. Ternyata masih sama acuh dan dingin, sampai - sampai dia tak merasakan kalo shafa sudah duduk dibangkunya. Shafa menghela nafas panjang untuk menetralkan kejadian kemarin. Ia tak mau lagi terlibat dalam masalah ataupun kehidupan pribadi Andra. Cukup dengan hari kemarin ia menangisi nya dan membuatnya jatuh sakit.

" Eheemm..." shafa berdeham di samping Likha

Likha spontan menoleh, dan melihat terkejut " Shafa !! Akhirnya lo masuk juga.. gue kangen sama lo "

Likha yang masih memeluk shafa pun tak lama melepaskanya " Kalo kangen, kenapa lo gak jenguk gue ?" tanyanya sakartis

Likha menggaruk - garuk kepalanya dan terlihat bingung atas pertanyaan Shafa

" Oh,.anu..-- apa itu,.. gue sibuk. Maaf ye.." ucapnya kikuk

Shafa memasang wajah yang cemberut " Sibuk pacaran sama Kak Rava " sungutnya

" bisa di bilang begitu. Tapi maaf shaf.." cengiran dan tampang melas Likha di hadapan shafa

" Okelah, tapi ada syaratnya "

Likha mengerutkan dahinya tampak kebingungan " Apa ?"

" Lo harus bantu gue nyelesain tugas selama gue gak masuk. Oke ?" ujar shafa

Likha pun tersenyum dan hormat " Oke, boss "

Tak lama kemudian bel pun berbunyi. Tanda bahwa siswa siswi harus masuk ke kelas masing - masing untuk mengikuti pelajaran. Kelas yang tadinya sepi pun mendadak penuh karena mungkin hari ini adalah jam pertama pelajaran matematika yang di ajar oleh pak Barun yang notabenenya itu guru terkiller se antera jagad raya.

Pak Barun memasuki kelas dan anak anak pun tertunduk sopan kemudian Pak Barun mengabsen muridnya satu persatu setelah itu ia mulai menerangkan pelajaran matematikanya.

Saat pelajaran berlangsung di sela - sela pelajaran Pak Barun. Shafa di lempari gulungan kertas yang kusut tepat di mejanya.

Shafa mengernyitkan dahi " Lo sakit apa ? Udah baikkan ? " tulisan tertera di kertas itu dan Shafa terbelalak dengan nama pengirimnya.

Andra ?

Secepatnya shafa menulis di kertas itu dan melemparnya ke belakang. Andra pun menerima balasan dari shafa.

" APA PEDULI LO ?" Andra terhenyak melihat balasan dari shafa. Ia tahu kalo dia salah, tak seharusnya mengambil sikap acuh kepada shafa selama ini. Kejadian itu membungkam kepeduliannya pada Shafa namun tak bisa di pungkiri kalo dirinya tak bisa lama - lama bersikap acuh padanya.

Segera Andra menulis di kertas itu dan melemparkannya kembali di bangku shafa.

Shafa membuka kertas itu, rasanya ia ingin menangis. Tak boleh ia tak boleh luluh hanya kalimat itu " GUE KHAWATIR SAMA LO ". Ada perasaan sedih, marah, dan bahagia melihat kalimat itu namun shafa masih teguh pada prinsipnya dia melempar kertas itu kebelakang.

Why Can't I Tell Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang