Chapter 25 - Pilihan -

1.2K 89 6
                                    

"Aku memang sangat mencintaimu, teramat sangat. Tapi apa yang kubisa ? Aku hanya bisa mematung dibalik dinding seolah pengemis yang menunggu tuan rumahnya."

__________

Shafa merapikan buku-bukunya. Bel istirahat pertama berbunyi, teman-teman kelasnya berbondong-bondong keluar kelas menuju ke kantin. Biasa, yang selalu difikirkan oleh siswa-siswi disini apalagi kalo tidak mengisi perutnya bahkan berlomba-lomba untuk menuju ke kantin menghindari ramainya saat berdesakan dengan siswa lainnya.

"Lik, gue pinjem Shafa sebentar ya ?" tanya Andra pada Likha yang sempat mengajak Shafa untuk ke kantin.

"Ada apa emang, An ?" bukannya di jawab Likha ini malah di tanya balik oleh Shafa.

Andra menarik nafasnya "Gue perlu ngomong sama lo sebentar aja Shaf.. Boleh kan Lik ?" ucap Andra memohon.

Likha mendengus sebal "Yaudah sono-sono. Gue tau kok, An" ujar Likha dengan pasrah kemudian mengambil dompet di dalam tasnya "yaudah gue ngantin dulu ya" pamitnya.

Shafa melihat gelagat Andra yang aneh "Emang ada apa sih, An ? kayaknya serius banget" tanya Shafa penuh selidik.

Andra menggandeng tangan Shafa dan mengajaknya melangkah keluar kelas tanpa menjawab pertanyaan Shafa tadi. Shafa dibuat melongo dengan sikap Andra tadi tiba-tiba menyeretnya keluar kelas dan menggandeng tangannya.

Keadaan lorong koridor yang tak sepi membuat Shafa tak enak. Membuat pasang mata melihat Shafa dengan tatapan menyelidik. Karena kalian tahu Andra juga termasuk most-wanted di sekolahnya namun lebih tidak pernah merespon dengan keadaan sekitar. Selain jabatan Sekbid di OSIS, Andra yang terkesan tak peduli membuat siswi disini hanya menggigit kukunya dan menyimpan ketertarikannya diam-diam. Berbanding terbalik dengan Shafa, dimata Shafa, Andra terkesan sangat humoris dan friendly bahkan Shafa tak menyadari bahwa sahabat dekatnya ini juga termasuk most-wanted.

"Mau kemana sih, An ?" tanya Shafa dengan tak sabar.

"Taman belakang" singkat Andra dan mempercepat langkahnya.

Shafa hanya mengikuti langkah Andra yang panjang dengan terbirit-birit. Sejak kapan Andra jadi pemaksa gini ? batinnya. Genggaman tangan yang kuat malah membuat Shafa merintih kesakitan.

Sampailah mereka berdua di taman belakang yang menjadi tempat favoritnya dulu. Saat hubungannya dengan Andra yang sedang hangat-hangatnya walaupun Shafa dengan posisi sebagai temannya. Tak bolehkah perempuan berharap lebih ?...

Ingatan-ingatan saat mereka saling berbagi cerita disini membuat Shafa mau tak mau tersenyum. Walau disini Andra terdiam dan tak membuka suara, namun Shafa dengan setia menunggu sebuah kata terucap dari mulut Andra. Menunggu ? seperti perasaannya dulu. Dulu ? bukannya sekarang masih ya ? koreksinya dalam hati.

Dibalik tembok penghubung taman, Satya memantau keduanya. Memang sejak tadi diam-diam Satya membututi keduanya. Hatinya pun sangat memanas saat Andra menggenggam tangan lembut Shafa dengan paksa, ingin rasanya dia menonjok Andra sampai babak belur akibat perlakuannya yang sangat memaksa. Tapi niat itu diurungkan saat mereka berdua duduk di taman belakang.

Dengan telinga yang ditempelkan di tembok untuk mendengarkan pembicaraan mereka. Hingga suara Andra terdengar..

"Shaf, gue pengen jujur sama lo" ujar Andra tegas lalu menarik nafas.

Shafa menoleh kearah Andra saat Andra membuka suara "Yaudah ngomong aja langsung"

"Shaf, g-gue udah jatuh sama lo" ujar Andra mantap

Namun Shafa malah mengernyit kebingungan. Apa maksud Andra ? Jatuh ? Jatuh dari motor ? Jatuh kepleset ? Jatuh dari genteng ? Jatuh bangun ? atau Jatuh cinta ?...

Why Can't I Tell Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang