AUTHOR'S POV
Kejadian waktu itu membuat Shafa naik darah, hatinya berkecamuk, emosinya pun tak dapat ditahan lagi dan hampir meledak. Bagaimana ia tak emosi jika orang yang selama ini dekat dengannya, yang mengisi hatinya, yang dia percayakan lagi menyimpan sebuah rahasia yang tak terduga. Oke fix gue akan mundur, ngelupain semuanya, dan bakalan ngikutin kebohongan alur permainan lo, An..batin Shafa.
Bel pulang sekolah tiba, Shafa kini seolah ingin menghindari semuanya baik Andra maupun si Kloset tutup Wc itu. Dia hanya mengikuti alur permainannya saja, tapi tak mesti harus terlibat langsung kan ?..
Shafa merapikan buku-bukunya dan langsung memasukkannya kedalam tas, tak menghiraukan panggilan namanya dari belakang. Likha tampak bingung dengan sikap keduanya. Perasaan tadi waktu istirahat mereka fine fine aja kok sekarang malah ngejauh sih, pikir Likha."Lik, gue duluan ada urusan yang mesti gue selesaiin" seraya menepuk bahu kanan Likha dan meninggalkannya.
" Oh ya Shaf, hati-hati" sahut Likha yang nampak melihat Shafa masih di ambang pintu kelas. Shafa pun tersenyum tipis dan melambaikan tangan kepadanya.
Tumben Shafa buru-buru gak kayak biasanya, pikir Likha yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Disisi lain Andra yang masih dibelakang bangku Likha juga heran dengan sikap Shafa yang mendadak aneh, ia pun beranjak dari kursinya dan berhenti di sebelah Likha. Karena sadar akan keberadaan Andra, Likha pun menatapnya dan menyorotkan dengan -apa ?-
" Shafa kenapa, lik ? kok dia aneh ?" tanya Andra seolah mengerti ada keanehan. Likha hanya mengedikan bahu sebagai tanda jawaban. Dia emang nggak bohong, karena dia juga gatau Shafa kenapa.
Terdengar helaaan nafas ringan Andra "yaudah gue balik dulu lik" Likha hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
---
Andra menyusuri lorong koridor sekolah siapa tahu Shafa belum pulang dan dia akan menanyainya kenapa dia aneh hari ini ? Andra juga berniat untuk mengajaknya pulang bersamanya. Dia menyusuri semua koridor sekolah, lantai 1, 2, dan 3 tetap tak menemukannya. Dengan semangat tanpa juang akhirnya Andra pasrah dan menuju pelataran parkir untuk mengambil motor dan pulang.
Ketika hendak akan berbelok ia menahan langkahnya. Disana. Disana ia melihatnya. Tiba-tiba tangan Andra terkepal kuat emosinya mendadak naik melihat orang dicarinya di sekolah ini sedang dengan Satya. Mata Andra memerah menahan amarah melihat Satya kini menggenggam erat tangan Shafa menuju mobilnya.
Andai dia ada di posisi sebelah Satya dia akan meonjoknya karena Satya akan benar-benar melakukan permainannya. Tapi 1 hal yang membuat Andra tersadar, Shafa bukan siapa-siapanya.
Mobil Satya kini meninggalkan parkiran sekolah dan Andra membeku diam di tempat. Tangannya yang terkepal kuat kini meninju tembok di sebelahnya.
"Sh*tt..!!" umpatnya yang tak menghiraukan sakit dan darah di tangannya.
---
Shafa yang hendak pulang dikejutkan dengan sebuah tangan yang memegang pergelangan tangannya. Ia pun menoleh, melihat siapa pemilik tangan tersebut. Ck, dia lagi seneng ya gangguin hidup orang, batinnya.
"Apasih ini pake pegang-pegang segala" Shafa menepis tangan yang menggenggam pergelangannya.
Dia hanya cengar-cengir " Waduh galak amat sih,.." Shafa tak memperdulikan ocehannya makhluk gajelas di depannya dan berbalik untuk meninggalkannya.
" Eits, mau kemana ? buru-buru amat lo" kini kembali mencekal pergelangan tangan Shafa. Shafa menepisnya sekali lagi.
" Gausah pegang-pegang, gue buru-buru dan gamau ngeluangin waktu gue buat ngurusin makhluk hidup gajelas kayak Kak Satya !" ujar Shafa dengan dingin dan menatap Satya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Can't I Tell Him?
Teen Fiction[ DALAM PROSES REVISI ] [ADA BEBERAPA PART YANG DI PRIVATE GUNA MENGHINDARI PLAGIATOR] Shafa dijatuhkan pada 2 pilihan. Antara orang yang selalu ada atau orang yang membuatmu nyaman. Andra seperti seekor kucing yang takut pada tikus. Ia tak berani m...