"Sejauh-jauhnya jarak, pasti cinta akan kembali pulang ke tempat dimana hatinya berlabuh"
________
2 tahun kemudian
Langit senja terpampang indah dilangit. Sang mentari perlahan-lahan akan terbenam menampakkan sedikit sinar orangenya. Semilir angin berhembus pelan menerpa wajah. Gadis itu terduduk dibawah pohon rindang yang ada di tepi hamparan ilalang. Memejamkan matanya dalam-dalam, merasakan setiap kenangan indah yang ia rasakan di masa lalu.
Digenggamnya liontin berinisial P yang berwarna biru laut itu. Setetes air mata lolos membasahi pipinya tanpa isakan tangis. Rasa itu kembali hadir membuat sesak di dalam dadanya semakin terasa. Tubuhnya bergetar menahan perasaan yang kini merayap di dadanya.
"Aku kangen kamu..." gumamnya begitu lirih
Lalu ia meletakkan kepalanya diatas lutut dengan kaki ditekuk. Walau sudah 2 tahun lamanya pria itu pergi, namun tak satupun kenangan yang bisa terlupakan olehnya.
"Lagi kangen dia ?" seseorang tiba-tiba sudah berdiri bersandar di belakang pohon rindang itu. Dengan cepat gadis itu mengusap pipinya yang basah akibat tangisnya.
"Aku rasa tak perlu menjawab pertanyaanmu itu, jika kau sudah mengetahuinya." Gadis itu menyandarkan punggungnya di pohon menatap hamparan ilalang yang berlenggak-lenggok tertiup angin sepoi-sepoi.
Kekehan keluar dari mulut orang tersebut "Shafa, bagaimana aku tidak tahu, kalo kamu sendiri hampir tiap minggu kesini."
"Karena kamu nggak akan bisa ngerti, gimana rasanya merindukan seseorang yang sudah pergi meninggalkanmu 2 tahun lamanya." Helaan nafas berat terdengar dari mulut Shafa.
"Kenapa kau tidak mengunjunginya saja ?" tawarnya
Shafa menggeleng lemah "Tidak, aku tidak akan bisa.., Dalv"
Dalvenza Sagure, seorang pria yang tampan dan kaya dan saat ini menjadi teman dekat Shafa semenjak ia kuliah di salah satu Universitas Negeri di Surabaya. Dalven sudah tahu semua cerita dan apa yang sudah dialami oleh Shafa.
Jika Dalven melihat Shafa sedang disini berarti saat ini sedang merindukan orang yang dicintainya. Dia seakan tahu jika Shafa sangatlah rapuh namun itu tak pernah Shafa perlihatkan secara gambalng. Dalven melepaskan jaketnya dan menyampirkannya di bahu Shafa.
"Sudah hampir larut, kamu nggak lupa sama acaranya kan ?" Tanya Dalven
Kemudian Shafa mengangguk "Masih ada waktu 2 jam lagi, aku pasti datang ke acara itu"
"Mau sampai kapan kamu terus-terusan hanyut dalam kesedihanmu, Shaf ?" Dalven melirik Shafa ketika mendapati Shafa sedang menatap kosong hamparan ilalang didepannya.
"Sampai rindu ini bisa hilang" ujar Shafa cepat
Selalu jawaban itu yang tiap hari Shafa lontarkan. Selalu terhanyut dalam rasa sedihnya, tak pernah lelah merindukan orang itu. Seakan itu sudah menjadi jadwal rutinitasnya tiap hari. "Ayo pulang, kau perlu persiapan untuk menghadiri acara Motivasion of Love..," ajak Dalven
"Tunggu sebentar..," Shafa membuka tas selempang kecil di sampingnya, mengambil sebuah memo beserta bulpoin lalu menggerakkan jemarinya menuliskan sebuah kalimat di memo tersebut.
-Kau tahu aku merindukanmu di hari ke 736 ini... Apa kau merindukanku juga ?
Semoga kau selalu bahagia disana –
Posted to My Prince :*
Shafa mengambil sebuah pines lalu menempelkan post memo itu di pohon. Tidak hanya sekali atau dua kali saja Shafa melakukan ini. Tapi setiap dia singgah kesini pasti Shafa akan menempelkan post itu untuk mengurangi rasa rindunya. Terlebih lagi, ia akan menghitung hari demi hari setelah kepergian Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Can't I Tell Him?
Ficção Adolescente[ DALAM PROSES REVISI ] [ADA BEBERAPA PART YANG DI PRIVATE GUNA MENGHINDARI PLAGIATOR] Shafa dijatuhkan pada 2 pilihan. Antara orang yang selalu ada atau orang yang membuatmu nyaman. Andra seperti seekor kucing yang takut pada tikus. Ia tak berani m...