Proxime

380 92 54
                                    

Bagian selatan bangunan Hallyu adalah tempat asrama Silla dan aula praktik mantra untuk pertahanan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian selatan bangunan Hallyu adalah tempat asrama Silla dan aula praktik mantra untuk pertahanan diri. Selain koridor utama yang menghubungkan asrama silla dengan bangunan sekolah yang lain, ada satu koridor yang jarang digunakan oleh penghuninya karena jalannya yang memutar. Ditambah lagi suasananya yang selalu gelap gulita, dengan pendar-pendar hijau dari dinding bangunan menambah kesan misterius yang sedikit menakutkan.

Ten hafal betul dengan koridor itu sedetik setelah ia mengerjapkan matanya. Tapi bagaimana dan kapan ia berpindah dari bangunan Perpustakaan di Utara? Apa yang terjadi sesaat setelah ia mengacungkan tongkatnya? Ten sama sekali tak ingat.

Tubuhnya pun seperti melayang. Ia menahan nafasnya saat menyadari seseorang menggendongnya. Orang itu nampaknya tidak menyadari kalau Ten sudah bangun. Jadi Ten memutuskan untuk kembali memejamkan mata dan mengingat mantra yang mungkin bisa menyelamatkannya dari situasi ini. Tapi kemudian sekujur tubuhnya terasa nyeri, ditambah kepalanya yang tiba-tiba berdenyut kencang. Membuat Ten tak sengaja menggeram rendah.

"Arghhh ..." 

Sosok yang menggendong Ten nampak menghentikan langkah kakinya.

"Kau sudah bangun?" Tanya sosok itu.

Ten membuka matanya sekaligus saat mendengar suara tadi.

Tidak mungkin ...

"Taeyong hyung? Ken—arghh" Ten yang bingung kembali mengerang. Tubuh yang tadinya sakit berubah jadi panas. Sangat panas sampai rasanya ia sedang dibakar dari dalam.

Ten meringkuk ke samping, refleks memeluk tengkuk sosok yang ia sebut Taeyong. Keringat membasahi tubuh Ten, juga tangan dan wajahnya.

"Kau sangat dingin, Ten" ucap sosok itu lagi.

Ten terengah, ia memandang wajah Taeyong yang kini rambutnya sudah kembali berubah menjadi warna hitam. Bola matanya juga sama hitamnya.

"Tae h-hyung ... hh"

Sosok itu berjongkok, menidurkan Ten pada lantai marmer koridor. Itu wajah Taeyong. Sosoknya mengelus kening Ten, menyapu rambutnya ke belakang.

"Pan-as, hyungh" keluh Ten kemudian. Tangannya putus asa menyapu lantai marmer yang dingin.

"Panas?"

Ten mengangguk. Tangan yang tadinya bergerak secara beringas kini mulai terkulai lemah. Ten panik saat tiba-tiba ia tak bisa menggerakkan tubuhnya.

"Jangan takut, Ten"

Ten memandang sosok Taeyong yang duduk di sampingnya sambil melipat kaki ke belakang. Ia bahkan tak bisa mengerjap saat tiba-tiba Taeyong mendekatkan wajahnya. Mereka bertatapan tanpa menyisakan jarak. Ujung hidung yang bersentuhan menghantarkan deru nafas. Bibir keduanya hampir menempel, membuat detak jantung Ten berdebar tak karuan.

"Jangan takut" ulang sosok Taeyong sekali lagi. Tangan lelaki itu lalu bergerak melepas kancing jubah Ten. Menarik kainnya, membuangnya sembarang. Begitu juga kancing kemeja Ten yang satu persatu dilepas. Tapi wajah Taeyong tak juga berpindah, tetap memandang Ten lekat-lekat.

[end] Crucio (TAETEN)Where stories live. Discover now