A Message

321 65 13
                                    

Sebulan setelah kepergian Dongwook dan Inna, Lee Sooman—kakek Taeyong—akhirnya datang ke Lee Manor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebulan setelah kepergian Dongwook dan Inna, Lee Sooman—kakek Taeyong—akhirnya datang ke Lee Manor. Di usianya yang memasuki 80 tahunan, lelaki itu masih terlihat begitu gesit dan bugar. Selain wajah, tak tampak jejak usia di pergerakan tubuhnya. Berbeda dengan anak-anaknya seperti Dongwook dan Sunny (Lee Soonkyu) yang memiliki kepribadian dingin, Sooman termasuk pribadi goofy dan ramah cenderung banyak bicara seperti Inna. Itulah kenapa mungkin Sooman sangat bahagia saat Dongwook memilih Inna sebagai pasangan hidupnya.

Tapi Sooman yang datang kali ini sungguhan berbeda. Sorot matanya tak lagi teduh dan jenaka. Pandangannya menggelap, bahunya yang biasa tegap kini terlihat turun seolah dihinggapi kesedihan yang teramat. Beberapa kali ia terdengar menghela nafas berat, alisnya sesekali menaut saat mendengar penjelasan Taeyong soal rincian kejadian. Beberapa auror telah ditugaskan untuk memburu para penyamun yang Taeyong deskripsikan. Tapi sampai saat ini belum juga ada kemajuan—tentu saja mereka tidak akan pernah ditemukan karena itu hanya karangan. Taeyong sedikit banyaknya bersyukur karena alat pembunuhan hanya teridentifikasi sebagai benda runcing yang kemungkinan besar pedang. Mantra revelio tidak bisa menggambarkan bentuk spesifiknya, mungkin karena alat yang digunakan tidak familiar di dunia sihir Korea. Atau ada sihir lain yang melingkupinya—karena keris itu menghilang tanpa jejak saat Taeyong mencoba untuk mengamankannya.

"Kalau kakek mau menginap, kamar tamu sudah siap untuk ditempati" Jelas Taeyong menutup cerita cepat-cepat. Ten duduk di sebelah kakek mereka, berusaha menjaga eksresi wajahnya sedemikian rupa. Sedangkan Taeyong duduk di pinggir jendela ruang keluarga. Sesekali pandangannya menyapu ke luar, langit terlihat gelap meskipun sedang tengah hari. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Sooman berdiri, ia menepuk bahu Ten, mengusapnya perlahan sambil mendehem kecil. Tangannya bertumpu pada meja, lalu bergerak merapikan lipatan bajunya yang selalu terlihat perlente.

"Tidak usah, Taeyong. Orang tua ini hanya ingin membayar penghormatan terakhir pada penyihir-penyihir luar biasa seperti ayah dan ibumu. Kakek tidak bisa berlama-lama."

Sooman nampak menatap Taeyong mantap, "kakek harap kalian mau tetap tinggal disini, merawat Lee Manor, sekalipun nantinya kalian memiliki keluarga masing-masing, Lee Manor tetaplah rumah kalian berdua. Ramaikan lagi bangunan megah ini" Ucapnya. Kalimat yang mengandung banyak pesan tersirat, menikah dan membawa pasangan mereka tinggal disini. Taeyong mendecih dalam hati.

"Kalau begitu, biarkan Yongheum yang mengantar kakek sampai ke rumah" Ucap Ten ikut berdiri. Lelaki tua itu memang punya rumah peristirahatan sendiri. Sudah tradisi di keluarga Lee saat memasuki usia senja, mereka akan keluar dari Lee Manor dan mencari tempat peristirahatan yang sepi dan biasanya jauh dari kota—meskipun untuk orang seperti Sooman, kata istirahat seolah tidak ada di kamus hidupnya. lelaki itu lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkeliling dunia mengurus ini dan itu.

"Tidak usah, Yongheum. Baik-baiklah disini bersama Taeyong. Aku harap kalian berdua selalu sehat dan bahagia" Jawab sang kakek sambil memegangi lengan Ten.

[end] Crucio (TAETEN)Where stories live. Discover now