Taeyong tidak bisa menunda waktunya lagi, sepagian ini ia sudah nampak bersiap untuk bertemu kakeknya. Semalam, setelah menjelaskan panjang lebar semua hal yang ia tahu pada Ten, Taeyong menerbangkan burung pelacaknya untuk mengantarkan surat. Burung jenis merpati itu baru kembali subuh tadi dengan gulungan kertas kecil terikat di kakinya. Kakek nyentriknya itu bilang kalau saat ini beliau tengah berada di perbatasan China dan Korea, yang berarti tak jauh dari tempat Taeyong sekarang.
"Ten, dengarkan aku"
Ten menoleh, mengangguk kecil masih sambil berbaring.
"Rumah ini akan aku jaga dengan mantra pelindung. Aku juga membuat titik anti-apparate mulai satu kilo dari sini. Kau hanya perlu tidur, istirahat, tunggu aku sebentar. Kalau memungkinkan, aku akan membawa dokter kesini agar bisa membuatmu sembuh lebih cepat. Jadi tolong, tunggu, jangan ke mana-mana." Ucap Taeyong lamat-lamat, seolah ingin Ten menelan kalimatnya bulat-bulat.
"Kali ini aku tidak berbohong, Ten" Tambah Taeyong lagi, menyadari Ten mungkin saja masih belum bisa mempercayainya.
Tapi lagi, Ten tidak punya pilihan lain selain percaya. Mati sendiri atau mati di tangan orang lain sudah tak jadi masalah baginya. Diam-diam, Ten sudah kehilangan harapan untuk hidup. Menyadari kalau dari awal ia dilahirkan tanpa siapa-siapa, Ten fikir mati pun sebenarnya tidak akan semenyakitkan itu untuknya.
"Taeyong hyung" Panggil Ten saat Taeyong bersiap untuk pergi.
"Ya?"
"Bagaimana dengan Profesor Yixing dan Profesor Hani?"
"Mereka berdua sudah mati, Ten. Di hari yang sama dengan penyergapanmu waktu itu" Jawab Taeyong setelah jeda beberapa detik.
Ten mengulum bibir. Dia sudah benar-benar sendiri.
Tapi Taeyong sepertinya tahu. Taeyong mengerti gurat wajah Ten kali ini. Jadi sebelum pergi, Taeyong mendekat ke arah dipan. Ia memegang tangan Ten, mengelusnya perlahan.
"Kau akan tetap hidup, Ten" Ucap Taeyong akhirnya. "Aku masih membutuhkanmu" tambahnya pelan, lalu ia segera pergi, tanpa menoleh lagi.
C̷̠̳̔́͌̈͐͒́̚͠R̷̨̰̫͎̞̬̦̙̞̀͐͑͘U̴̩̍́͋͝Ć̸̢͙͗͑̽I̷̙͙̗̲̖͔͆̍̂̇́̅́͠O̵͕̊͑̐́̆͑
Kedai minuman itu nampak sepi. Hanya ada satu dua orang di sana, dan Taeyong bisa dengan mudah menemukan kakeknya. Sooman dengan setelan yang selalu perlente dan serasi dari atas sampai bawah membuatnya kadang terlihat mencolok bahkan di keramaian.
"Taeyong" Sapa sang kakek takzim. Taeyong mengangguk. Ia duduk di bangku yang berhadapan dengan kakeknya.
"Maaf kalau ini sangat mendadak, Haraboeji. Tapi aku ingin tahu tentang sesuatu" Ucap Taeyong tanpa basa-basi. Kakeknya pasti tahu soal kabar Ten yang sudah 'mati' karena koneksinya dengan kementrian sihir, ditambah menantunya sendiri yang jadi Mentri kali ini. Tapi Taeyong curiga kenapa kakeknya terlihat biasa-biasa saja. Lelaki tua itu santai menghirup tembakaunya sambil menyilangkan kaki, menyender di sandaran kursi.
YOU ARE READING
[end] Crucio (TAETEN)
Fanfiction[Bahasa] NCT Wizarding Universe. "Misimu harus menghilangkan nuranimu. Tumbuhkan kebencian yang sama, ingat apa-apa yang telah mereka perbuat. Tak ada lagi pembalasan yang tepat selain yang setimpal" ◼️ Boyslove ◼️ Taeyong top, Ten bott ◼️ Cross Uni...