6. Something

120 12 6
                                    

Butiran air hangat menyapu punggung seluas samudera milik Choi Seokjin, dengan satu tangan menumpu pada dinding dibawah shower, Seokjin menatap nanar dinding abu polos didepannya. Pikirannya bukan sedang menilai seberapa estetik warna pilihannya untuk menghiasi kamar mandi, kali ini serius, ia sedang bergelut dengan pemikirannya sendiri, didalam otaknya seolah ada dua buah sel, Seokjin satu dan Seokjin dua yang sedang berkelahi saling menunjuk menyalahkan.

Sebelumnya tentu ia sudah pernah melakukannya dengan Nara, namun entah kenapa sulit baginya untuk mengulangi hal yang sama, jika ada orang yang tau bukankah orang itu akan berteriak "rugi kau sudah habis ratusan juta, tapi pergi begitu saja hanya setelah menatapnya."

Ya, Seokjin memang menggendong Nara malam itu, membawanya masuk kekamarnya, jelas  dalam diri Seokjin menyatakan ia membutuhkan Nara untuk melampiaskan kerinduannya pada sang istri, kebutuhan biologis. Tapi, yang Seokjin lakukan hanya sampai ditahap meletakkan Nara diatas ranjang, menatapnya lalu pergi kekamar mandi.

Seokjin Mengacak rambutnya yang sudah basah karena frustasi, Nara mungkin saja masih dikamarnya, atau mungkin juga sudah pergi, mengingat ia tidak mengatakan hal lain selain "tidak jadi, aku mau mandi saja." pada Nara yang sudah siap pasang badan tadi.

Tatapan mata Nara membuatnya urung melakukan niatnya, padahal Nara jelas tidak melakukan penolakan, Seokjin melihat mata Nara terlihat sangat berbeda dengan pertama kali mereka bertemu, sebelumnya hanya ada tatapan liar dengan sedikit kerlingan genit yang sangat jelas sedang menggoda. Senyuman tipis dengan tarikan alis keatas terlihat begitu sensual dulunya kini berubah menjadi tatapan kosong, seolah pasrah ingin berusaha menolak tapi tak dilakukan, juga tersirat kesedihan berat didalam sana.

"ayolah, aku bukan psikolog, ia hanya mengantuk, tapi terpaksa melayaniku karena aku meminta, makanya sorot matanya seperti itu." ucap Seokjin
menggerutu sendirian sembari menaikkan satu kecepatan deras air dan segera menyelesaikan mandinya.

-

Pukul delapan pagi Seokjin sudah siap kekantor dengan setelan jasnya, ia sarapan sendirian dimeja makan dengan berbagai makanan yang sudah dihidangkan oleh beberapa asisten rumah tangga nya. Sembari menyeruput teh hijau hangat dering ponselnya mendadak berbunyi, mengacaukan sarapan paginya.

Jiah Teman istriku

nama kontak itu muncul dilayar ponsel Seokjin, tidak biasanya Jiah menelpon sepagi ini, ia sudah bersama Seokjin sejak lama, tentu ia tau benar bahwa saat makan Seokjin tak suka diganggu. Jika sudah berani menelpon seperti ini, sudah pasti ada kabar yang kurang baik menyangkut pekerjaan, dan harus segera diangkat.

"Ada apa?" ucap Seokjin.

"Choi Sajangnim, bisakah anda segera kekantor? ada orang yang ingin bertemu dengan anda secepatnya, ia bilang ia tak punya banyak waktu." ucap Jiah lumayan cepat.

"aku sedang sarapan, Jiah-ssi."

"a-aku tau, tapi ini sangat mendesak."

Seokjin mengaktifkan speaker untuk panggilannya dan meletakkan ponselnya disamping piring, ia melanjutkan makannya. Kali ini ia sedikit kesal, keadaan ini tidak begitu mendesak bagi Seokjin sampai Jiah harus mengganggunya.

"Choi Sajangnim, anda masih disana?" tanya Jiah.

Seokjin enggan merespon.

"Choi Seokjin Sajangnim?" tanya Jiah sekali lagi, sangat pelan, tapi juga berharap untuk dijawab.

Seokjin menghela nafasnya, mengalah. "Semendesak apa memangnya?"

"....."

lebih dari lima detik, Jiah terdiam.

melihat tingkah Jiah, membuat Seokjin geram.

"yak! Kim Ji Ah-ssi!" bentak Seokjin.

"maafkan aku, i-ini tentang istrimu."

Seketika Seokjin terkejut, begitu pula dengan para pembantu yang tak sengaja mendengar percakapan barusan karena tadi Seokjin menyalakan speaker ponselnya. Nara yang baru ingin memasuki ruang makan itu pun ikut terdiam.

Detik berikutnya Seokjin bangkit dari kursi dengan begitu cepat, meninggalkan sarapannya sembari menyambar ponselnya. Ia berlari seperti difilm action melewati Nara begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.

Nara hanya bisa kebingungan, ia hanya mendengar sekilas dibagian akhir pembicaraan kalimat Jiah terucap. Wanita itu melangkah mendekat kearah para maid yang berusaha mengabaikan apa yang baru saja mereka lihat.

Nara bertanya. "bukankah istrinya sudah meninggal."

"itu benar, istri Tuan Choi Seokjin memang sudah meninggal." ucap Maid yang paling tua.

"lalu tadi itu apa? istrinya hidup kembali atau bagaimana? aku mendengar Nona Kim Jiah bilang "tentang istrimu" tadi."

Maid yang berusia lebih muda mendekati Nara lalu bertanya. "mau kubuatkan sarapan nona Jeon Nara?" ucapnya ramah dengan senyuman manis.

"omoo" Nara menutup mulutnya.

ketiga maid tersebut kebingungan dan saling menatap, mereka merasa tidak sedang mengejutkan Nara.

Nara kemudian memeluk maid yang menawarkan kebaikannya tadi. ia mengelus punggung wanita itu dan berkata. "Ahjumma, terima kasih. Selama ini aku tidak pernah dipanggil nona."

***

Anyeong chinguya,
Udah lama bgt ya aku ga update, mngkin beberapa dri kalian udh lupa sama crita ini, monggo dibaca ulang wkwkwk

Sorry bgt ya bru bisa update skrng, klo dulu di eps sblumny aku cut krna buru2 mau brngkt kerja, skrng ak update stelah pulang kerja, tpi lucunya udh bukan dri tmpt kerja yg sama lagi, ak udh ganti kerjaan, sungguh udh lama bgt rasanya ya ga muncul ke dunia perwattpad-an ini

Btw, funfact nya, naskah dri crita ini tuh aku gada catat dibuku fisik, krna udh bertahun2 sekarang aku udh lupa smuanya, yg nyangkut di otak hanya secuil, satu2nya harapan adalah email tmpt aku menyimpan naskah tersebut, namun sayangnya naskahnya ada di email yg passwordnya aku juga udh lupa. Soalnya email lama😭

So sad, tpi gpp ak punya ide yg ga kalah serunya juga.

Jdi kedepannya mngkin aku bakal buat beda dgn naskah awal tpi tetap sesuai dgn sinopsisnya kok, Aku bakal usaha buat menyelesaikan work ini dgn baik, untuk menghibur kalian 💝

Naskah awal atau baru itu tidak akan mengganggu episode2 sblumnya, beruntung dulu aku baru upload dikit, ga kebayang klo udh dibagian konflik, bisa2 karakter yang udh mati tiba2 kutulis idup lagi seolah ga terjadi apa2 krna lupa tadi.

Hufhhh, udah lah ya,

Sekian curhatnya, smpai jumpa di episode berikutnya, tulis ig kalian dong, nnti aku like foto2nya, mayan jasa like gratis wkwkwk

Secret DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang