Nara membuka matanya kala merasakan sesuatu yang lembut menyapa bibirnya, sedikit kaget ketika melihat Seokjin tepat didepannya, menempel padanya dengan bibir yang saling bersentuhan, Nara pada akhirnya kembali memejamkan matanya, mulai membalas ciuman Seokjin dengan gerakan handalnya, Seokjin sempat berhenti sesaat, namun karena Nara yang terus bergerak ia seolah tak bisa mengendalikan dirinya sendiri sehingga tetap melanjutkan.
Seokjin tidak dalam pengaruh alkohol tapi Nara terlalu menggoda untuk tidak ia dapatkan terlebih ada wajah istrinya disana, wajah istri yang sangat ia rindukan.
Tangan Nara menekan tombol yang membuat jok mobil itu berubah, membuat dirinya kini tak lagi dalam posisi duduk melainkan terbaring, dengan Seokjin yang ada diatasnya.
Sekalipun Nara tidak punya mobil, dia sudah sering menekan tombol-tombol semacam itu untuk keperluan pekerjaan, dia handal percayalah.
Merasa kehabisan nafas, keduanya saling melepaskan namun masih tetap berada dalam satu nafsu yang sama sehingga bukannya kembali duduk Seokjin malah menjamah bagian lain di tubuh Nara dengan bibirnya, leher, dan sukses membuat Nara mendesah.
Nara meremas rambut Seokjin kala ia memejamkan mata sambil merasakan sensasi gila yang sebenarnya sudah sering ia rasakan, namun karena ia melakukannya dengan Seokjin, ia pun mendapatkan kenikmatan itu juga, tidak semata-mata karena pekerjaan, tapi memang ingin secara pribadi.
Seokjin semakin dibuat gila oleh desahan Nara yang tak kunjung henti akan ulahnya, membuatnya semakin terus ingin melakukan lebih dan lebih hingga tanpa sadar kancing baju Nara tak lagi tetutup, tapi sudah terbuka sepenuhnya, sama seperti kemejanya juga. Seokjin yang masih dikuasi oleh nafsu yang kuat terus memeta tubuh Nara seolah ialah pemiliknya, tanpa ragu memegang dan meremas salah satu dari milik wanita itu dengan tangannya.
“Eunghh, Seokjinn-ah—ahhh” Tak tahan, Nara mendesah lagi. Kali ini dengan menyebut nama pria itu.
Alih-alih semakin terangsang ketika namanya disebut, Seokjin malah mendadak terdiam, tak lagi meremas, hanya diam sambil memegang.
Matanya yang memandang lekat pada Nara yang ada dibawah tubuhnya, Nara masih memasang wajah seksinya, matanya masih sayu, mulutnya masih sedikit terbuka. pria lain bisa gila jika melihat ekspresi Nara. sumpah, menggoda sekali, seakan meminta untuk dihancurkan dalam kenikmatan dunia yang tiada dua.
Seokjin memperhatikan lekat wajah Nara, namun benar-benar sebagai Nara tanpa ada pembawaan wajah istrinya disana, Seokjin tersadar bahwa saat ini ia bukan bersama istrinya, sehingga perlahan ia mundur dari Nara dan duduk kembali dikursi kemudi sambil terdiam.
Bisa dibilang aneh,
Seokjin menyewa Nara jelas alasannya karena memang Nara mirip dengan istrinya, ia sering melakukan hal semacam ini pada wanita diluar sana, yang sama sekali tak mirip dengan istrinya, tapi ia bisa-bisa saja, kenapa malah dengan Nara rasanya seperti ada sesuatu yang membuatnya tertahan, sesuatu yang seolah menyuruhnya untuk berhenti sambil menyadarkan bahwa itu adalah Jeon Nara, bukan istrinya.
Sangat aneh, sampai Nara tak habis fikir, ia masih terbaring disana sambil mengancingkan kemejanya satu persatu. Nara ingat ketika pertama kali mereka berada dihotel, ketika pertama kali Seokjin memeta tubuhya, saat itu Seokjin tidak seperti sekarang, pria itu melakukannya bebas tanpa kendala. Bahkan sangat liar dan kalau diingat-ingat badannya hampir sakit semua.
Nara menekan tombol dan mengembalikan tempat duduknya seperti semula, lalu duduk diam sambil melihat kearah depan tanpa memikirkan apa-apa.
Hening menyelimuti mereka berdua, Seokjin masih betah dalam diamnya, entah apa yang pria itu pikirkan, tapi Nara sudah tak tahan berada disituasi seperti ini, pertama kalinya ia terlibat kedalam suasana hening bersama pelanggannya. Nara tak betah, ia akhirnya membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Destiny
أدب الهواةKehidupan Jeon Nara sebagai wanita penghibur disebuah club malam berubah total saat CEO muda terkenal bernama Choi Seokjin menyewanya dalam jangka waktu satu tahun. Seokjin menarik Nara masuk jauh kedalam skenario tak beralur, membuat keduanya tersa...