Aku kirain part ini tuh udah di publish!! Ternyata belom😭 astaga
Dahlah, happy reading..."Dia tidak pingsan karena aku kan tuan? Ah maksudku Seokjin?" Tanya Nara cemas ketika melihat Seokjin datang.
Sebelumnya, Supir dirumah Seokjin langsung dengan cepat membawa Jiah kerumah sakit. Didalam mobil, Nara memangku Jiah dikursi belakang sambil terus menelpon Seokjin untuk kerumah sakit, sekalipun ia tidak mengenal Jiah dan sempat memberikan tatapan tidak suka, ia sangat cemas saat itu, berkali-kali ia meneriaki Jiah untuk bangun.
Seokjin melirik Nara lalu kemudian menarik tangannya untuk diajak keluar dari ruangan, meninggalkan Jiah bersama dokter didalam sana dan membawa Nara pergi.
Nara terus bertanya, ia cemas pada Jiah, juga pada dirinya sendiri. Jiah pingsan setelah bertemu dengannya, dia tidak ingin disalahkan dan disuruh bertanggung jawab atas itu, apalagi harus menjadi pembayar biaya rumah sakit. Dan apalagi sampai harus diseret kekantor polisi mengingat Seokjin adalah orang yang sangat berpengaruh dan punya kuasa yang besar--dan ayo pukul kepala Nara sekarang. Dia berlebihan.
"Masuklah." Seokjin membukakan Nara pintu mobilnya.
Nara menurut, ia masuk kedalam mobil, tapi mulutnya masih tak bisa diam.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Nara tepat setelah Seokjin duduk disisi kemudi.
"Tidak ke kantor polisi kan? Aduh, Percayalah Seokjin-ah. Dia tidak pingsan karena aku-- tapi aku juga tidak tau sih, tapi kurasa tidak." Tambahnya lagi.
"Jeon Nara-ssi." Tegur Seokjin sambil memegang kursi tempat Nara duduk, berniat menenangkan tapi hasilnya nihil. Nara kembali membela diri padahal itu sama sekali tidak perlu.
"Aku tidak melakukan apa-apa, dia jatuh begitu saja setelah melihatku, ini bukan salahku."
"Nara-ssi..."
"Baiklah, aku akui, aku memang sempat mengomelinya, tapi masa habis diomel langsung pingsan."
"Nara-ya..."
"Aku--, n-ne?"
Seokjin menyentuh bahu Nara dan mengelusnya lembut. "Tenanglah, tenang."
Nara mengangguk samar, tiba-tiba jantungnya berdetak dengan kencang, kelemahannya adalah diperlakukan dengan lembut karena selama ini terlalu sering mendapat perlakuan kasar.
"Aku bahkan tidak menyalahkanmu, kenapa kau terus membela diri hmm?" Tanya Seokjin kelewat lembut, ada apa dengan pria ini? Ingin jadi agar-agar? Imagenya selama beberapa tahun terakhir sama seperti goa disebuah hutan, dingin dan menyeramkan.
Nara tak menjawab.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, kau bisa tenang sebentar kan?" Ucap Seokjin agar-agar--lembut
"N-ne" Nara sampai terbata.
"Ingat saat aku mengatakan bahwa kau mirip dengan istriku?"
Nara mengangguk.
"Jiah mungkin kaget karena itu, karena wajahmu, tapi tenang saja, aku tidak akan membawamu kekantor polisi kok, hahahaha."
Dad joke -_-
"Ah-ahaha, haha, ha." Nara tertawa terpaksa. Itu tidak lucu hey!
"Jiah sudah lama menjadi sekretarisku, dia sangat mengenal istriku dengan baik, dia juga terpukul saat istriku meninggal, jadi wajar saja kalau dia sampai pingsan begitu saat melihatmu. Dia pasti sangat terkejut."
"Apa aku memang semirip itu dengan istrimu?" Tanya Nara penasaran.
Seokjin terdiam sesaat, ia memperhatikan wajah Nara dengan begitu lekat, alis, mata, hidung, dan bibir ia perhatian dengan sangat dalam, senyumnya terukir indah. Seokjin mengangguk kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Destiny
Fiksi PenggemarKehidupan Jeon Nara sebagai wanita penghibur disebuah club malam berubah total saat CEO muda terkenal bernama Choi Seokjin menyewanya dalam jangka waktu satu tahun. Seokjin menarik Nara masuk jauh kedalam skenario tak beralur, membuat keduanya tersa...