15. Kill?

96 11 2
                                    

Seokjin pulang tanpa kepuasan apapun, ia sama sekali tak mendapatkan jawaban dari Jimin, pria itu jelas ingin memutar segalanya dari berbagai arah sampai menjadi kusut tak bisa dilerai.

Jimin punya tujuan, dan Seokjin punya pertanyaan. Keduanya terlibat dalam sebuah keterkaitan satu nama, yaitu Arin. Seokjin sampai saat ini masih belum menemukan jawaban mengapa Jimin memata-matai Arin selama ini.

Entah Arin mana yang Seokjin maksud, mengingat Arin sudah meninggal, semua itu pun masih dalam sebuah pertanyaan. Antara benar Arin memang sudah meninggal atau malah seperti yang Jimin tuduhkan pada Nara, sebuah pemalsuan kematian.

Penjaga membuka gerbang pagar Seokjin dengan tergesa, bukan tanpa alasan karena terdengar dari jauh bunyi suara mobil Seokjin yang halus mengebut ingin segera sampai.

Setelah menghentikan mobil tepat di pintu utama rumahnya, Seokjin tak langsung turun. Ia malah berdiam diri didalam sembari menatap kearah kemudi bulat didepannya.

Sesekali Seokjin melirik pintu, seperti menimbang keputusan ingin masuk atau tidak, karena sungguh suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Biasanya dalam saat seperti ini ia akan menghabiskan malamnya dengan meneguk alkohol sampai seluruh wajahnya memerah dan menyewa wanita untuk diajak tidur bersama.
Beruntung Nara tiba-tiba muncul dari dalam rumah, keluar melalui pintu utama, dan terhenti kala melihat mobil Seokjin sudah terparkir tepat didepannya.

Seokjin segera turun dari mobilnya, namun yang dilakukan Nara selanjutnya, cukup membuatnya terkejut karena wanita itu kini berlari menghindarinya.

Butuh beberapa detik untuk Seokjin mencerna semua ini, Nara berlari kearah gerbang, seperti orang yang sedang ingin melarikan diri.

Seokjin mengejarnya.

Disaat-saat seperti ini ia beruntung memiliki kakinya yang lumayan panjang sehingga bisa segera menyusul Nara. Ia menggapai tangan gadis itu lalu berdiri didepannya.

Belum sempat ia menuturkan pertanyataan seperti ada apa Nara? Atau kenapa kau lari? Seokjin sudah lebih dulu terkejut melihat mata Nara yang berurai air mata ditambah wajah ketakutannya yang terpampang nyata.

Nara berusaha melepas tangan Seokjin.

Namun Seokjin jelas menahannya.

"Lepaskan aku!" Teriak gadis itu.

Seokjin masih kebingungan. "Ada apa Nara? Apa yang terjadi padamu?" Pertanyaan itu akhirnya terlontar juga.

"Tolong!" Nara berteriak histeris.

Bak penjahat yang sedang mengejar mangsa dan takut ketahuan kala mangsa tersebut berteriak meminta bantuan, Seokjin panik setengah mati. Pasalnya ia sama sekali tak mengerti apa yang terjadi.

Nara sekuat tenaga menarik tangannya dari Seokjin saat pria itu sedikit lengah.

Pun ia kembali berlari menuju pagar yang tertutup dengan dua penjaga yang sama bingingnya melihat mereka berdua.

Seokjin kembali meraih Nara, ia memegang bahu gadis itu dengan kuat. "Nara, ada apa? Kenapa kau seperti takut padaku?"

Tubuh Nara bergetar hebat. Ia berontak sekuat tenaga, namun masih kalah telak karena tubuh dan tenaga Seokjin jauh lebih besar darinya.

"Ahjussi, kumohon tolong aku!" Teriak Nara, berharap penjaga digerbang itu membantunya bukannya malah diam saja seperti menyaksikan dua orang sedang syuting adegan drama.

"Kunci gerbangnya, jangan sampai dia keluar!" Titah Seokjin pada dua orang itu agar lebih berguna.

Seokjin menarik Nara dalam pelukannya, ia mendekapnya erat. "Nara, tenanglah, katakan padaku, kau kenapa?"

Secret DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang