7. Why?

110 11 3
                                    

"Aku menemukan orang yang anda cari Tuan Choi, dia terlihat sangat mirip." ucap seseorang berjaket kulit berwarna coklat kegelapan, menunjukkan beberapa foto-foto seorang wanita yang sedang memberi makan kucing dikomplek menuju tempat tinggalnya.

Seokjin melihat foto-foto itu dengan wajah datar, "siapa namamu? tanyanya.

"hah?" Pria itu tampak lambat merespon. "ah, iya, namaku Jung Jimin." ucapnya.

Seokjin mengangguk. "Terima kasih atas informasinya." ia pun memanggil Jiah sekretarisnya untuk mendekat. "Jiah, catat nomor rekeningnya, berikan ia hadiah."

"baik Sajangnim."

Jimin tampak tersenyum, ia merupakan beberapa dari orang terpecaya Seokjin yang ditugaskan dalam sebuah misi rahasia yang hanya ia dan Jiah ketahui.

Setelah selesai, Jimin pun pulang kerumah mengantongi jutaan uang dari Seokjin atas kerja kerasnya. Pria itu tersenyum sepanjang jalan, sejak mulai dari ruangan Seokjin.

Sementara Seokjin, duduk menghela nafasnya menatap kearah luar jendela. Jiah yang paham akan situasi segera membereskan foto-foto tersebut dari meja. Saat tangannya ingin bergerak memungut satu persatu foto tersebut hingga sisa terakhir, Seokjin meraih tangannya.

"Jangan semua, aku ingin menyimpannya satu."

Jiah berkedip berkali-kali mendapati tangannya disentuh oleh Seokjin, terkesan berlebihan tapi itu faktanya, ada perasaan senang terlintas disana.

"baik sajangnim."

Jiah melirik foto-foto itu sekilas, lalu memperdalam penglihatannya, ia mengenali sosok difoto tersebut.

"Choi Sajangnim." panggil Jiah

Seokjin menoleh.

"kurasa ini bukan dia... ini nona Jeon Nara."

"memang Nara."

Jiah semakin tidak mengerti, pasalnya Misi rahasia ini sebenarnya juga dari awal cukup membingungkan, namun karena terlalu takut untuk bertanya, ia hanya melakukan apa yang diperintahkan tanpa berkata apa-apa.

Panggilan telepon berbunyi, berasal dari ponsel Jiah yang ia letakkan disakunya. Segera Jiah menyelesaikan foto-foto itu sembari mengangkat panggilan yang masuk.

"Nee, Choi Hwejangnim. Ada yang ingin bicarakan?" ucapnya ramah, dan hati-hati mengingat yang menelpon adalah ayah dari Bos didepannya. Ayah Choi Seokjin, Choi Han Tae.

"aku sudah kembali ke korea, katakan pada Seokjin aku akan berkunjung nanti malam." ucap Choi Han Tae, singkat padat jelas lalu menutup ponselnya sepihak sebelum sempat Jiah menjawab.

"Gawat!"

"kenapa?"

"Choi Han Tae hwejangnim akan berkunjung kerumahmu malam ini."

Seokjin langsung berdiri. "Sembunyikan Nara."

"anda bisa menyembunyikannya dirumahku."

"tidak, ibuku biasanya senang mengunjungimu dipagi hari, aku yakin besok dia sudah ada disana untuk minum teh denganmu."

Jiah terdiam, ia memang kompeten tapi jika mengenai hal mendadak begini, otaknya sulit encer.

"carikan aku apartemen baru disekitaran rumahku, biarkan Nara pindah kesana dulu." ucap Seokjin.

"baik sajangnim." ucap Jiah yang entah sudah keberapa mengatakan dua kata itu, ia cukup cekatan dalam menerima arahan dan perintah, tapi kadang sulit memecahkan masalah karena ia sedikit lambat.

Secret DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang