41

867 171 90
                                    

Di kantor polisi,

"Eita!"

Semuanya melihat kedua laki-laki dan wanita paruh baya yang sepertinya adalah orang tua Semi, terbukti dari warna rambut aneh Semi yang mirip dengan ibunya.

"Ibu! Ayah!", ucap Semi yang sedang duduk di kursi depan meja polisi. Sementara teman-temannya yang lain termasuk Ushijima sedang duduk di kursi tunggu di belakang kursi Semi.

"Eita, berdirilah. Aku yang akan berbicara dengan polisi", ucap ayah Semi. Gadis itu hanya mengangguk. Dia berdiri dan dibawa ibunya ke bangku belakang bersama teman-temannya.

Ayah Semi terlihat sulit berkompromi dengan polisi itu dan akhirnya mereka tampaknya telah sampai pada sebuah kesepakatan.

"Eita, Wakatoshi, kalian ikut aku pulang. Untuk yang lain, terima kasih banyak ya. Maaf aku tidak bisa menjemput kalian semua", ucap ayah Semi dengan ramah. Mereka semua berpamitan dan akhirnya pulang.


Di dalam mobil, Semi terlihat diam sambil memandang pemandangan luar lewat jendela mobil. Sementara Ushijima terlihat khawatir, terbukti dari dia mencuri-curi pandang ke Semi dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

"Eita, sampai rumah, kita harus berbicara", ucap ayah Semi dengan suara yang sangat rendah.

"Ayah, sudahlah. Eita tidak bersalah di sini", ucap ibu Semi sambil menenangkan suaminya. Sementara Semi hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Ushijima tidak bergeming, dia berusaha tidak memperkeruh suasana yang tidak mengenakkan dalam mobil.


Semi berjalan dengan cepat menuju kamarnya ketika

"EITA! KE SINI!", teriak ayah Semi ketika melihat anak gadisnya berusaha lari darinya. Semi pun terkejut mendengar ayahnya yang berteriak ke dirinya. Begitupula dengan yang lain. Ayah Semi adalah tipikal yang tegas, sama seperti anak gadisnya. Mau tak mau, yang dipanggil pun berjalan menuju ayahnya.

"Eita, jelaskan kepadaku kenapa kau berkelahi dengan anak laki-laki dari sekolah lain? Aku ingin mendengar versimu", ucap ayah Semi sembari menahan amarahnya. Semi bisa merasakan aura kemarahan dari ayahnya.

"Itu salah mereka, ayah. Mereka ingin memerkosa gadis SMA itu dan ketika aku melihatnya, aku langsung memukul mereka", ucap Semi dengan suara yang sedikit bergetar. Dia tidak pernah sekalipun dimarah oleh ayahnya.

"Dan kenapa kau harus memukul mereka? Kenapa kau tidak memanggil orang lain untuk membantu menghentikan mereka?"

Semi menggeretakkan giginya dan mengepal tangannya dengan erat.

"Mereka pantas dihajar, ayah. Manusia menjijikkan seperti mereka pantas dihukum seperti itu", ucap Semi dengan suara yang rendah.

Suasana semakin tegang. Ayah Semi terdiam sebentar dan

"Siapa kau yang beraninya main hakim seperti itu?", ucap ayah Semi. Ushijima dan ibu Semi, bahkan gadis itu terkejut mendengar perkataan yang sangat dingin dari ayahnya sendiri. Semi benar-benar marah. Dia tidak salah. Kenapa seolah-olah ayahnya menyalahkan dirinya.

"AYAH, MEREKA HAMPIR MERENGGUT HARGA DIRI SEORANG PEREMPUAN. APA YANG SALAH DENGAN MAIN HAKIM? MEREKA YANG SALAH. KENAPA AYAH MENYALAHKANKU?!", teriak Semi di depan ayahnya sendiri.

"Sudahlah, Eita, ayah. Sudah, anggap saja ini telah berlalu", ucap ibu Semi. Wajahnya terlihat panik melihat pertengkaran suami dan anaknya yang separah ini.

"Tidak bisa, sayang. Gadis ini harus diberikan pelajaran supaya dia tahu bahwa apa yang dilakukannya salah"

"AKU TIDAK BERSALAH, AYAH. MEREKA BRENGSEK, AYAH. MEREKA PIKIR WANITA ITU BONEKA PEMUAS NAFSU. PANTASKAH MEREKA DISEBUT MANUSIA?"

BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang