After Odette & Odile (Akaashi's POV)

275 23 1
                                    

"Keiji!", panggil seorang gadis berambut pendek berwarna hitam. Dia memanggil Akaashi dengan nada cerianya. Gadis yang merupakan satu-satunya sahabat Akaashi waktu SMP. Dia itu seperti golden retriever, di kala Akaashi seperti black cat. Yang dipanggil pun menoleh dengan pipi menggembung akibat onigiri yang dimakannya dengan cepat.

"Keiji, kau makan seperti hamster. Bukan berarti kau imut, tapi kau makan seperti ada yang akan merebut makananmu", oceh sahabatnya melihat kelakuan gadis bermata gunmetal blue. Yang katanya gadis yang pendiam, tetapi menjadi idaman para lelaki karena alasan yang simpel.

Dia cantik.

"Aku lapar", jawab Akaashi dengan nada yang amat sangat biasa saja. Intinya gak malu sih. Hehe. Sahabatnya sudah terlihat biasa juga mendengar nada datar Akaashi. Nadanya cuma bakal terdengar excited kalau membicarakan musik atau novel klasik.

"Aku mau membicarakan sesuatu. Tapi janji ya gak boleh kasih tahu siapa-siapa", ucap sahabatnya dengan nada berbisik.
"Oke. Aku janji"

Sebenarnya hanyalah hal biasa. Sahabatnya menyukai salah satu laki-laki di kelasnya. Tapi sayangnya dia itu termasuk berandalan.
"Aku rasa kau perlu menjauhinya deh. Soalnya dia itu kurang baik untuk dirimu. Maksudku, kau tahu kan dia itu berandalan", Akaashi mencoba memperingatinya.
"Ayolah, Keijiiiii. Aku tahu dia red flag, tapi itu menggoda"
"Erm, tapi-"
"Iya iya deh, Keiji. Aku bakal pelan-pelan lupain dia. Lagipula ini cinta monyet aja. Habisnya dia cool banget waktu ngerokok"
Akaashi kehabisan kata-kata.

Suatu hari,
"CIEEE. ADA YANG SUKA SAMA BERANDALAN KITA INI DONG"
"JADIAN DONGGG. KATANYA SUKA"
"APAAN SIH?!"
Teman-teman sekelas dengan Akaashi, sahabat, dan berandalan itu berteriak seperti orang gila.
Lebih tepatnya menyoraki sahabat Akaashi. Gadis berambut pendek itu hanya bisa tertunduk malu dan blushing hingga telinganya memerah. Sementara berandalan itu memandang dengan tatapan jijik. Akaashi hanya bisa diam, dia harus membela sahabatnya. Tapi sebelum itu, tangannya dipegang oleh sahabatnya.
"Diam", nada marah yang mengancam gadis itu. Akaashi belum pernah mendengar nada itu keluar dari mulut sahabatnya.
"Aku-"
"DIAM KAU PENGKHIANAT", sahabatnya berteriak frustasi dan berlari keluar dari kelas. Akaashi terkejut dan terdiam.

Selama 4 hari, sahabatnya tidak masuk sekolah karena demam. Bahkan pesan dan telfon dari Akaashi tidak dibalas.

Kemudian suatu hari dia masuk. Akaashi senang dengan hal itu, tapi seketika dia berhenti mendekati sahabatnya.

Karena gadis itu sudah tidak berbicara dengan nada ceria seperti biasa ke dirinya.

"Ini semua karena dirimu, Akaashi Keiji. KAU MEMBOCORKANNYA"

"Aku tidak mengatakan apa-apa"

"BOHONG. AKU HANYA BERCERITA PADA DIRIMU"

"AKU BERSUMPAH TIDAK PERNAH MEMBUKA MULUTKU"

"AKU MUAK DENGAN DIRIMU. KAU PENGKHIANAT. SIAPAPUN TIDAK ADA YANG MAU BERTEMAN DENGAN BONEKA LILIN SEPERTIMU. TANYA SAJA DENGAN YANG LAIN"


"AAAAHHHHHHHHHHH"
Gadis itu sontak terbangun dan berteriak. Nafasnya terengah-engah. Dadanya sesak, matanya rasanya panas.
Air mata deras pun meleleh.
"Aku tidak pernah berkata apa-apa. A-aku bersumpah. Aku tetap diam", tangis Akaashi sembari mengingat mimpinya.

Selama semalam itu, Akaashi meringkuk menangis di tempat tidurnya karena mimpi buruk itu.
Hal yang suatu hari akan dirutuki oleh Girl's Squad.
Tapi itu suatu hari nanti.

Meskipun dia telah dikhianati, dia tahu bahwa yang bersalah bukan dirinya. Dia tetap melakukan hal yang benar untuk dirinya dan orang di sekitarnya. Termasuk ikut bersama Suna, Kita, dan Kenma untuk menyelesaikan masalah Ushijima dan Semi. Terlebih dengan trauma sahabatnya yang memilukan hati.

Mungkin efek untuk Kenma, Suna, ataupun Kita, tidak akan besar. Kenma masih punya Kuroo. Suna dan Kita akan tetap bersama.
Tapi dirinya tidak punya siapa-siapa....


Meskipun dia tahu konsekuensinya.

Dia akan ditinggal sekali lagi.



"Tidak apa. Bila benang persahabatan ini putus, aku siap.  Karena aku sudah biasa sendiri dengan benang yang putus"



End.

Nb : mimpi ini terjadi setelah malam Semi menceritakan traumanya.

BenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang