•••
Jam terus berjalan, hingga tak terasa hari sudah mulai petang. Entah mengapa hari ini jadwal Bihan dan Celine begitu padat. Bahkan kejadian tadi pagi terlupakan begitu saja, akibat telepon dadakan dari salah satu klien Bihan yang membatalkan perjanjian kerjasama. Entah apa yang terjadi, yang pasti hal tersebut tidaklah baik untuk mereka. Celine terpaksa mengatur ulang jadwal Bihan dan menemani pria itu ke sana ke mari untuk bertemu klien. Menjadi sekretaris seorang bos memang tak mudah.
Kini Celine baru bisa duduk dengan santai di kursi kebanggaannya sambil bersandar. Sangat melelahkan, padahal pekerjaannya hanya berbicara untuk meyakinkan orang lain. Namun, otaknya terasa seakan ingin meledak. Nyatanya tak mudah meyakinkan seseorang hanya dengan sekali-dua kali penjelasan. Semua hal itu kini terbayar dengan embusan napas yang lebih terasa melegakan.
Asyik memejamkan mata, dering ponsel terdengar tanda sebuah pesan masuk. Segera Celine memeriksa notifikasi whastapp yang ternyata itu dari Rosa. Ibunya mengingatkan perihal pertemuan dengan teman lama. Baru saja hidupnya terasa tenang, tetapi sepertinya ketenangan yang tak berpihak padanya.
“Dah, lah, pasrah aja.”
Hanya itu komentar Celine saat melihat pesan dari Rosa. Ia pun beranjak dari kursi dan merapikan beberapa berkas yang berserakan di meja. Setelah itu Celine bergegas untuk segera pulang. Di depan lift Celine berpapasan dengan Bihan, karena memang ruangan mereka satu lantai dan berdekatan.
“Sampai rumah jangan lupa istirahat. Lo kelihatan capek banget hari ini,” ucap Bihan memulai percakapan saat lift sudah bergerak turun.
Celine tersenyum, “Iya. Lo juga, ya,” balasnya.
“Makasih untuk kerja kerasnya hari ini.”
Celine membalas dengan anggukan. Namun, tiba-tiba suatu hal terjadi pada lift yang mereka tumpangi. Betapa terkejutnya saat lift seketika berhenti diiringi suara bergemuruh, dan sempat membuat keduanya hampir jatuh. Celine melihat pada layar jika mereka masih berada di lantai empat. Kemudian lampu di dalam lift pun padam. Celine mengatur napas berusaha tenang, ia yakin jika sistem sedang rusak atau kantor mereka mengalami pemadaman listrik.
Wanita itu mencoba meminta pertolongan dengan memencet tombol darurat, sambil berteriak. Akan tetapi sepertinya usaha Celine tak membuahkan hasil. Tiba-tiba suara serak memanggil namanya.
“Cel ....”
Terdengar dengan jelas embusan napas yang tak beraturan. Celine yang menjadi panik dan khawatir, ia meraba sekitar dan mendapatkan tangan Bihan. Di keadaan gelap seperti ini, Celine hanya bisa menduga-duga apa yang terjadi. Dapat ia rasakan keringat dingin mengalir dari tangan Bihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chili's Heart ✔
Romance"Lo itu sama kayak cabe. Pedes, tapi bikin nagih." -Celine Camelia Agatha. Siapa yang bisa menebak hati seseorang? Kata Celine, makan tanpa cabai itu ibarat masakan tanpa garam dan penyedap. Sama seperti hidupnya jika tanpa Bihan. Terkadang ucapan p...