•••
Aroma obat-obatan menusuk indra penciuman wanita yang tengah terbaring lemah. Matanya perlahan terbuka dan disambut oleh langit-langit ruangan yang serba putih. Embusan napas terdengar begitu berat, ruangan itu terasa hampa. Namun, kehampaannya itu hanya sementara, saat derit pintu terdengar dan kini menampakkan sosok wanita paruh baya, senyum di bibir wanita itu mengembang dengan sempurna.
“Alhamdulillah kamu sudah bangun, Nak,” ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah ibunya bernama Rosa. “Gimana? Apa terasa lebih baik?” tanyanya lagi.
Wanita yang kerap dipanggil Celine itu tersenyum, “Iya, rasanya sudah lebih baik, Ma,” balasnya.
Rosa duduk di samping bangkar setelah meletakkan kantong plastik di atas meja. Ia mengusap lembut kening putrinya dengan sayang, terlihat jelas rasa khawatir dari wajah yang masih terlihat muda meski dimakan usia. Namun, ada rasa lega saat melihat Celine telah siuman.
“Kamu itu bikin Mama khawatir aja, untunglah sekarang kamu sudah membaik. Celine ... Mama mohon sekali, perhatikan kesehatanmu, jaga pola makanmu dengan benar, Mama enggak mau kamu—”
“Ma ... Celine baik-baik aja, kok,” ucap Celine yang menghentikan ucapan Rosa.
Rosa hanya bisa mengembuskan napas, putri semata wayangnya itu selalu saja seperti ini. “Lin, Mama mohon ya sama kamu, kurang-kurangin makan cabenya, kamu mau kalau lama-lama jadi radang usus buntu? Ada, loh yang kayak gitu berakhir dengan kematian.”
“Mama doain aku mati?” tanya Celine yang semakin cemberut dan tak terima mendengar ucapan Rosa.
Rosa tersenyum geli, sebenarnya bukan itu niat Rosa. Hanya saja wajah cemberut Celine begitu menggemaskan.
“Enggak gitu, kamu selalu ngeyel kalau dikasih tau,” balas Rosa.
Celine hanya mendesis, ibunya itu selalu ada-ada saja hal yang dikatakan.
“Lin, kali ini Mama mohon, ya, sama kamu. Berhenti makan cabenya.” Rosa masih berusaha membujuk.
“Ma, Celine enggak apa-apa, kok.” Celine masih berusaha meyakinkan Rosa agar tenang dengan keadaannya.
“Kamu bisa enggak, sih. Nurut sama Mama sekali saja? Jangan kayak anak kecil, kamu ini sudah dewasa, sudah dua puluh lima tahun, masa hal kayak gini aja kamu enggak paham-paham, sih. Mana belum nikah pula,” ucap Rosa yang memang sudah tak tahan melihat keadaan putrinya sering seperti ini.
“Ma ....” Celine semakin merengek. Sebenarnya ibunya sedang memberi perhatian atau justru meledeknya.
Rosa tersenyum, dalam hati ia memang selalu mengkhawatirkan Celine. Tak ingin Celine mengalami hal yang sama dengan sang ayah tiga tahun lalu, tepat saat Celine menyelesaikan kuliah S1-nya. Bagi Rosa, rumah sakit adalah tempat terburuk. Ia tak ingin menginjakkan kaki di gedung berbau obat ini. Sebisa mungkin Rosa selalu memperhatikan kesehatan putri semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chili's Heart ✔
Storie d'amore"Lo itu sama kayak cabe. Pedes, tapi bikin nagih." -Celine Camelia Agatha. Siapa yang bisa menebak hati seseorang? Kata Celine, makan tanpa cabai itu ibarat masakan tanpa garam dan penyedap. Sama seperti hidupnya jika tanpa Bihan. Terkadang ucapan p...