HAPPY READING!
•••
Jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul enam sore. Sedikit telat, karena Celine masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan tadi. Kini ia sudah berada di parkiran, seketika terkejut saat melihat ban motornya kempes. Mungkin karena ia jarang memeriksa kendaraannya atau ada seseorang yang sengaja mengerjainya. Entah, yang Celine inginkan sekarang adalah pulang ke rumah secepat mungkin. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah cukup lelah seharian.
“Sial! Pake kempes segala lagi!”
Celine tak hentinya mengumpat dengan kesal. Tak lama ia berpapasan dengan Bihan yang juga ingin pulang.
“Kenapa, Cel?” tanya Bihan yang langsung menghampiri Celine.
“Ban gue, Bi. Kempes. Udah sore gini lagi, bengkel pada jauh semua dari sini,” keluhnya yang lebih terdengar seperti rengekkan anak kecil.
Bihan memeriksa ban motor Celine, ia menemukan paku yang menancap di sana. Pria itu mengembuskan napas, berpikir sepertinya memang Celine suka ceroboh.
“Tuh, lihat. Ada paku nancep. Mungkin dari lo berangkap tadi pagi udah nancep tuh paku,” ucap Bihan sambil menunjuk paku yang memang tertancap di ban motor Celine.
Celine yang melihat itu pun berdecap. Bisa-bisa ia tak menyadari telah melindas paku di jalan.
“Tuh paku ngapain juga sih, nancepnya di ban motor gue. Di ban orang lain kan bisa,” ceracau Celine yang semakin kesal.
“Ya udah, enggak usah marah-marah. Pulang sama gue aja. Ayo,” ajak Bihan.
“Tapi motor gue gimana? Besok gue pergi pakai apa?”
Bihan mendengkus sedikit kesal. Menghadapi Celine dalam kondisi seperti ini akan terasa ribet dan bikin pusing sendiri kalau diladeni. Bihan pun merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menghubungi seseorang yang entah siapa, Celine pun tak tahu. Hanya terdengar jika Bihan menyuruh orang yang tersebut segera datang untuk mengurus ban motornya yang bermasalah.
Celine tersenyum malu-malu kucing mendengarnya. Menatap Bihan dengan tatapan gemas, membuat Bihan mengerutkan kening melihat tingkah wanita itu.
“Enggak usah bilang makasih, udah ayok ikut pulang.”
Saat itu juga wajah Celine langsung merengut, tetapi dengan masa bodo ia tetap mengikuti Bihan ke mobil sambil tersenyum riang seperti anak-anak yang akan di ajak jalan-jalan.
Selama di perjalanan, mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Celine yang hanya menatap jendela mobil, sedangkan Bihan fokus mengemudi sesekali sambil bersiul. Saat berhenti di lampu merah, Celine merogoh tasnya mencari sesuatu. Tak sengaja ia justru menjatuhkan ponselnya sendiri.
Bihan yang melihat kecerobohan wanita itu pun refleks membantu untuk mengambil ponsel tersebut. Tak disangka mereka bersamaan dan terjadilah benturan di antara kepala mereka. Membuat keduanya mengadu sakit.
“Bihan! Sakit tau!”
Saat mereka sama-sama mendongak, tak sengaja wajah mereka berhadapan dan sangat dekat. Celine terpaku, begitu juga dengan Bihan. Mata cokelat mereka beradu, Celine bahkan bisa merasakan embusan napas Bihan yang begitu hangat. Bukan hanya itu saja, seketika jantungnya kembali berdegup kencang, membuat tubuhnya membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chili's Heart ✔
Romansa"Lo itu sama kayak cabe. Pedes, tapi bikin nagih." -Celine Camelia Agatha. Siapa yang bisa menebak hati seseorang? Kata Celine, makan tanpa cabai itu ibarat masakan tanpa garam dan penyedap. Sama seperti hidupnya jika tanpa Bihan. Terkadang ucapan p...