HAPPY READING!
•••
Dua hari sudah Bihan dan Celine berada di kota orang untuk mengurus pekerjaan. Semua berjalan lancar, tentu saja berkat kerja keras keduanya yang sama-sama lihai dalam dunia pembisnisan. Bakat Celine dalam meyakinkan para klien memang patut diacungi jempol.
Kini mereka baru saja kembali dari gedung pertemuan, dan sudah berada di parkiran hotel tempat mereka menginap.
“Makasih kerja kerasnya hari ini, lo hebat banget, sih,” ucap Bihan sambil mengusap kepala Celine sebelum mereka ke luar dari mobil.
“Ck! Jangan gitu, ini semua juga berkat lo, Bi. Lo bos yang hebat, gue mana bisa kayak gini kalau bukan karena lo,” balas Celine.
Keduanya tersenyum, meski rasa lelah menghampiri, tetapi saat semua harapan berjalan lancar rasanya semua rasa lelah itu hilang.
“Ah, akhirnya bisa pulang juga. Besok kita pulang, ‘kan, Bi?” tanya Celine.
Pria itu tampak berpikir sejenak, ucapan Ares beberapa hari lalu kembali teringat. Sudut bibirnya terangkat, ia memiliki suatu rencana sebelum meninggalkan kota tersebut esok hari. Rasanya sangat disayangkan jika melewatkan hal itu.
“Oke kita pulang besok. Tapi, malam ini gimana kalau kita merayakannya lebih dulu, sebelum meninggalkan kota ini?”
“Boleh, deh,” jawab Celine tanpa berpikir. “Oh, ya, Bi. Katanya pantai di sini bagus. Bawa gue ke sana, dong.” Celine mulai merengek seperti anak kecil. Tatapan memohonnya membuat Bihan tak bisa menolak, wanita itu terlalu menggemaskan.
“Iya, iya, kita ke sana.”
Celine bersorak dengan senang, benar-benar seperti anak kecil yang keinginannya harus dituruti. Bihan tersenyum melihat tingkahnya.
“Ya udah, sekarang masuk, istirahat dulu setelah itu siap-siap. Masih ada waktu, kok,” bujuk Bihan.
Celine menurut, mereka pun keluar dari mobil dan masuk ke hotel menuju kamar masing-masing.
Sesampainya di dalam kamar, Celine melepaskan sepatu haknya dan langsung membaringkan tubuh di atas tempat tidur. Ia senyum-senyum sendiri tak karuan. Menantikan momen jalan berdua dengan Bihan sambil menikmati indahnya pantai kota tersebut. Inilah yang selalu dinantikannya setiap ke luar kota bersama Bihan, seakan sudah menjadi ritual sebelum meninggalkan kota yang mereka kunjungi.
“Mending telpon Mama dulu, deh, kasih kabar,” ucapnya yang langsung menghubungi nomor Rosa.
***
Di kamar Bihan, pria itu tampak tak karuan karena sedari tadi justru mondar-mandir. Sesekali mengusap wajahnya dan mengatur napas. Entah mengapa kali ini rasanya begitu deg-degan, padahal biasanya mereka memang sering demikian, menghabiskan sisa waktu yang ada berdua sebelum pergi meninggalkan kota yang mereka kunjungi.“Apa yang harus gue lakuin nanti, ya?” gumamnya.
Bihan pun duduk di sofa. Ia membuka ponsel dan berpikir akan mencari ide dengan bertanya pada Tuan Google. Pria itu mencari beberapa artikel rekomendasi mengenai hal romantis apa yang cocok saat bepergian ke pantai.
Masih mengenakan kemeja yang sama, bahkan tatapannya tak lepas sedikit pun dari layar ponsel. Keningnya berkerut saat membaca sebuah artikel yang memberikan beberapa saran. Salah satu kalimatnya yaitu, ‘Berciuman dengan pasangan sambil menikmati sunset di pantai, akan menambah keromantisan dan gairah tersendiri.’

KAMU SEDANG MEMBACA
Chili's Heart ✔
Romance"Lo itu sama kayak cabe. Pedes, tapi bikin nagih." -Celine Camelia Agatha. Siapa yang bisa menebak hati seseorang? Kata Celine, makan tanpa cabai itu ibarat masakan tanpa garam dan penyedap. Sama seperti hidupnya jika tanpa Bihan. Terkadang ucapan p...