🌶 Chivers Chapter 12 🌶

161 25 1
                                    

HAPPY READING!

•••

Celine baru saja menginjakkan kakinya di lobi kantor, berpapasan dengan Bihan yang juga baru datang. Tak lupa dengan formalnya wanita itu menyapa, sebagaimana bawahan menyapa atasannya. Bihan hanya tersenyum dan mengangguk. Karyawan lain pun bergantian menyapa mereka. Menjadi sekretaris Bihan yang dipercaya, membuat Celine cukup disegani juga di kantor.

“Udah sarapan?” tanya Bihan ketika mereka sudah berada di dalam lift berdua saja.

“Udah.” Celine membalas singkat sambil tersenyum.

Mereka pun sama-sama keluar dari lift dan menuju ruangan masing-masing. Tak ada percakapan apa pun sepanjang koridor. Celine hanya diam dan tersenyum tipis, ia tak tahu harus apa jika berhadapan dengan Bihan setelah apa yang ia tahu selama ini. Celine terkadang berpikir apakah ia berhak kecewa dengan Bihan? Namun, alasan apa yang membuatnya harus demikian. Sedangkan, sejak awal Bihan memang tak pernah tahu apa pun.

Saat Celine memasuki ruangannya, ada buket bunga Camelia merah yang terletak di atas meja. Ia langsung mengambil dan mengecek siapa yang sudah mengirimkannya bunga sepagi ini. Terdapat kartu ucapan di sana.


“Morning, My Sunshine. Have a nice day, semangat kerjanya!” by Ares, calon pacar atau suamimu kelak.


Celine menahan senyuman, kalimat yang Ares tulis cukup bisa menggelitik hatinya pagi ini. Membaca kalimat ‘calon pacar atau suami’ membuat Celine geli sendiri. Ternyata pria itu terlalu percaya diri. Namun, tetap saja bibir tipisnya tak bisa berbohong, karena terselip senyuman samar di sana.

Celine pun meletakkan buket bunga itu di samping meja kerjanya, sesekali ia menghirup aroma bunga tersebut. Camelia merah, melambangkan cinta, gairah, dan keinginan mendalam. Bunga Camelia sendiri melambangkan cinta yang abadi.

“Manis juga nih orang,” gumamnya yang tak berhenti menahan senyum.

Tak lama ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Namun, saat dilihat, terdapat nomor tak dikenal yang menghubunginya. Celine paling malas jika nanti itu adalah telepon salah sambung atau seseorang yang mengaku kerabat dan meminta uang. Akan tetapi, tetap saja tabiatnya yang penasaran tetap membuatnya menerima panggilan tersebut.

“Halo!” sapa Celine sedikit ketus.

“Sudah terima bunganya? Gimana? Suka, enggak?” sahut seseorang di seberang telepon yang membuat Celine langsung mengenalinya.

“Suka, makasih, ya. Btw, tau dari mana kalau gue suka bunga ini?” balas Celine.

“Apa sih, yang enggak bisa gue tau dari lo, Celine Camelia Agatha.”

Celine menggeleng sambil tersenyum. Rasanya akhir-akhir ini ada-ada saja yang terjadi padanya. Pertama kalinya seseorang selain Bihan menyebutkan namanya dengan lengkap. Ada sesuatu yang menggoyahkan isi hatinya secara perlahan.

“Apaan, sih. Gue serius nanya.” Celine menjadi gemas sendiri mendengarnya.

“Ya gue nebak aja dari nama lo, pasti lo suka bunga Camelia, karena nama kalian sama.”

Celine tertawa kecil. “Oke, oke. Sekali lagi makasih bunganya,” ucap Celine.

“Makasih aja, nih?”

Chili's Heart ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang