Pernahkah kamu membandingkan diri dengan orang lain? Merasa pencapaianmu masih berada jauh dari mereka, padahal awalnya kalian memulai di titik yang sama atau bahkan kamu lebih duluan pula dari mereka?
Jika pernah, itu lumrah. Manusiawi. Memang benar adanya teruntuk yang mengatakan bahwa timing setiap orang itu berbeda jadi jangan bandingkan dirimu dengan orang lain hingga berujung merasa rendah diri. Tapi, jujur saja bagi Shasa pribadi, she can't resist to not comparing herself with others.
Shasa punya dua orang sahabat baik yang selalu ia syukuri dari semenjak masuk SMA. Karina dan Giselle, namanya. Bersama mereka, segala drama dan kegilaan masa sekolah sudah Shasa lalui. Tidak ada momen yang tidak menyenangkan dalam kesehariannya kala itu.
Sampai kini, tak terasa mereka sudah memasuki tahun kedua perkuliahan. Dan sejauh ini pula Shasa mulai kerap memperhatikan perbedaan dirinya dan kedua sahabatnya. Terutama perkara cinta.
Giselle sudah berpacaran dengan Rion dari jaman putih-abu dan hubungan mereka awet sampai sekarang. Sedang Karina, yang noob soal percintaan pun akhirnya bisa berpacaran dengan Jendra pasca acara prom night angkatan mereka tahun lalu. Shasa mengira hubungan Karina-Jendra tidak akan seawet Giselle-Rion, ternyata dia salah. Mereka bahkan sepakat untuk terus menjalin hubungan meski harus LDR.
Lalu apa kabar dengan kisah asmara Shasa? Rumit. Kelabu. Depresi. Bukan hal aneh lagi melihat Shasa gonta-ganti pasangan dalam sebulan. Ya, durasi pacaran untuk Shasa, tidak pernah lebih dari setahun. Alasannya cuma satu, bosan. Shasa itu tipikal pembosan. Namun masalahnya, Shasa juga tidak bisa menjomblo lama. Fvckgirl? Nope, she better to be called social butterfly instead.
"San, ke Stars nggak? Si Tesa ngajak party ngerayain annive dia sama cowonya."
Suara Kenia terdengar di ujung ponsel Shasa yang sengaja ia loadspeaker. Sementara si empu tampak sibuk melahap burger king di depan meja belajarnya.
"Dia yang annive kenapa party-nya sama kita?"
"Ya biasaaa. Buat pamer haha."
Shasa merotasikan matanya jengah. Kuliah di jurusan Sastra Korea kurang lebih membuat Shasa berteman dengan orang-orang pecinta dunia malam serta hobi 'minum'. Tidak semua, tapi entah mengapa mayoritas temannya begitu.
Sejujurnya Shasa malas mau pergi. Hanya saja sebagai mahasiswi pemburu gratisan, ia lantas bertanya, "Ditraktir kaga nih?"
"Pastilah!"
"Ok. Go!"
"Ett, San," tahan Kenia, "Bawa cowok lo ya biar gak ngerepotin kalo lo tipsy disana!"
"Gampang."
Panggilan berakhir bersambut dengan teriakan kecil Shasa setelahnya karena dia baru teringat, "LAH ANJIR GUE KAN ABIS PUTUS KEMAREN?!"
Shasa memutar otak. Terlanjur berkata ia akan datang ke club maka gengsi rasanya jika tiba-tiba dia batalkan. Toh Shasa tidak punya alasan dan juga Shasa sendiri memang lagi ingin minum, maka dari itu dia tidak punya pilihan lain kecuali menyewa pacar.
Diraihnyalah sang ponsel sembari menggulir layar benda itu. Mencari satu kontak teman yang sekiranya bisa diajak berkoalisi sekarang juga.
"Ya, Halo?"
Kening Shasa mengerut mendengar suara gadis dari ujung sana. Ia tidak salah nomor kan?
"Hm, ini nomor Arjuna?"
"Bener kok ini nomor Juna. Dia lagi sibuk ngitung cuan kafe. Ada apa ya?"
"Well, boleh bilangin ke Juna nggak, Shasa minta temenin ke Stars malem ini. Pura-pura jadi pacar. Nanti soal komisi gampang lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] 365247
FanfictionUntuk Yoga yang terbiasa berpikir dalam lingkup logika, Shasa adalah ibarat bilangan imajiner dari sebuah persamaan aljabar. Sifatnya unik. written on: July 11, 2021 - March 4, 2022. ©RoxyRough