—guysss barangkali ada yang gak tau jadii aku merekomendasikan kalian baca work Arjuna di sebelah berjudul Labyrinthine sub part Truth and Pain sebelumnya yaa kalo mau tau konflik antara juna dan yoga dengan lebih detail, karena masih satu universe 🙏
Yoga sedang menghindari Shasa. Shasa tahu itu. Karena setelah tak sengaja mampir ke apartemen Shasa saat Yoga mabuk berat malam itu, sikap Yoga berubah sembilan puluh derajat pada Shasa.
Tidak ada lagi Yoga yang ramah. Tidak ada lagi Yoga yang senang mengumbar senyum hangat. Dan tidak ada lagi Yoga si penyelamat Shasa.
Shasa merasa ia harus memperbaiki ini. Rasa tak nyaman setelah penolakannya, menurut Shasa mengapa mereka tidak bisa kembali berteman seperti dulu? Toh Yoga sudah pernah ditolak juga kan, dan biasanya mereka masih bisa berteman akrab, dulu. Lantas mengapa sekarang lelaki itu memilih menjauh?
"Gayo!"
Intonasi Shasa naik satu oktaf. Terlampau kesal lantaran Yoga mengabaikan sapaannya sejak dari lift sampai ke depan pintu unit lelaki itu.
Shasa dengan sengaja berdiri di depan pintu. Merentangkan tangan agar Yoga tidak bisa masuk ke dalam sana.
Helaan napas Yoga menguar, "Ada yang mau lo omongin?"
"Yaa nggak ada sih. Tapi lo nggak bales sapaan gue dari tadi tau! Sebel."
"Hai," Yoga berkata datar, "udah kan?"
Lalu dalam satu gerakan lelaki itu lantas menggeser tubuh Shasa dari depan pintu kamarnya. Masuk ke dalam kemudian menutup pintu tanpa tunggu lama. Shasa terpaku di tempatnya.
"Is he hate me now?"
Pertanyaan itu terus mengudara dari bawah alam sadar Shasa. Bahkan Karina sampai muak mendengarnya. Dengan asal gadis itu pun membalas.
"Ya. He hate you," telak. Shasa mencebik tak yakin.
Pena ditangannya berputar secara acak di awang-awang. Berhadapan dengan langit-langit rumah Giselle. Yang punya kamar sendiri hanya sibuk melahap pizza di atas sofa.
"Yoga nggak mungkin benci gue sih. Dia sebaik itu, mana mungkin dia benci sama orang lain."
"Walaupun udah dijahatin, gitu maksud lo?" sambung Giselle sarkas.
Shasa menyipitkan pandangan sangsi, "Emang gue abis jahatin dia?"
"Lo nolak dia, Shasaaa. Ya itu termasuk jahat. Gimanapun dia pasti patah hati, kata Jendra dia sampe fucked up gitu. Ya jelas, dia punya alasan buat ngejauh dulu dari lo. Demi kesembuhan hatinya. Okay?"
Terus terang Karina gregetan sendiri mendengar kisah kasih Shasa. Giselle juga sama. Dari dulu mereka selalu ingin Shasa berubah. Tidak menganggap perasaan seseorang sebercanda itu.
"Monmaap tapi Na lo sendiri dulu juga sering nolak orang kan. Berarti lo udah ngejahatin berapa orang tuh," bela Shasa tak terima.
Karina menggelengkan kepalanya absurd, "Malah nge up cerita lama. Lagian mah gue tau diri abis nolak cowok nggak akan maksa mereka buat temenan lagi nggak kayak lu nih. Rata-rata mereka malah langsung menjauh dan gue sangat memaklumi itu."
"Intinyaa ya, Shasa," sela Giselle tak sabar, "jangan paksa Yoga buat akrab ke lo lagi. Ntar dia nggak bisa move on, egooo!"
Shasa mengulum bibirnya rapat. Perkataan Karina maupun Giselle mungkin ada benarnya. Namun entah mengapa sebagian sisi hati Shasa enggan menerima perubahan sikap Yoga itu.
Di saat yang sama ponsel Shasa bergetar. Ada notifikasi pesan dari Kenia.
Kenia
San temen lo yang punya hoca itu
beneran masih jomblo kan yaa?
Jadi barusan gue iseng ngedm ig dia
trus di bales dong!!
Liat nih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] 365247
FanfictionUntuk Yoga yang terbiasa berpikir dalam lingkup logika, Shasa adalah ibarat bilangan imajiner dari sebuah persamaan aljabar. Sifatnya unik. written on: July 11, 2021 - March 4, 2022. ©RoxyRough