🎲 Heart Throbs

1.8K 490 62
                                    

Shasa menyusuri lobi apartemennya dengan atensi terarah penuh pada layar ponsel. Sampai sepasang kaki yang membawanya itu tiba di dalam lift. Shasa memencet tombol paling bawah di nomor lift, lalu ia kembali sibuk menggulir gawai elektroniknya lagi.

Baru beberapa lantai terlewati, tiba-tiba lampu lift berkedip. Shasa hanya mengabaikannya. Detik berikut, lift-nya berhenti. Si gadis langsung sadar ada yang tak beres disini.

Dia bergegas menyimpan ponsel ke dalam saku jeans, kemudian menggedor-gedor pintu lift sambil berseru minta tolong. Shasa juga memencet tombol emergensi. Sayang, tidak ada respon yang ia dapat. Sialnya lagi, Shasa kebetulan sedang sendirian di dalam sana.

"Mampus, ini ajal gue apa ya?!"

Refleks gadis itu mengeluarkan ponselnya. Berusaha mencari nomor kontak Yoga, tapi layar ponselnya lebih dulu berubah. Ada panggilan masuk. Shasa kaget, ternyata itu Yoga.

"GAYOOO!"

"Sha, katanya lagi ada konslet di gardu utama apart. Satu gedung jadi kena pemadaman. Lo sekarang dimana?"

"Lift..."

"Lantai?"

Shasa mendongak, menatap layar di atas pintu lift. Namun layar itu kini sudah gelap, "Gatau! Nggak sempet liat tadi sekarang udah mati?!"

"Oke," vokal Yoga terdengar tenang walau entah mengapa helaan nafasnya terdengar cukup jelas, "Tunggu aja di sana ya. Gue udah minta bantuan ke petugasnya."

"Lo sekarang dimana, Ga?"

"Di bawah. Tadi gue turun lewat tangga."

Shasa membelalak, "Ih gila?! Gak semaput apa lo, turun dari lantai lima ke lantai satu pake tangga?"

Di seberang Shasa hanya mendengar tawa Yoga yang menguar. Pantas saja tadi Shasa sempat mendengar suara helaan nafas Yoga. Mungkin lelaki itu sedang terengah-engah, tadi.

"Tunggu bentar lagi ya, Sha. Petugasnya lagi benerin kabel."

"Oke.. Hm... Makasih, Ga."

Shasa menggigit bibir bawahnya, sembari berdoa dalam hati. Entah berapa lama Shasa bisa bertahan disini. Meski memang dia tidak memiliki penyakit traumatis seperti takut pada ruang tertutup atau sebagainya. Tetapi jika sudah perkara terjebak sendirian di dalam lift, siapapun tentu merasa takut.

"Jangan dimatiin telponnya," kata Yoga. Menyadarkan Shasa jika sambungan suara mereka masih terhubung, "Biar lo gak ngerasa sendirian banget."

Senyuman Shasa mengulas kecil, "Jujur, gue takut..."

"Mind control, remember? Apa yang lo pikirin bisa aja kejadian. Jadi, biasakan mikir yang baik-baik aja sama perbanyak doa."

"Gue udah doa dari tadi tapi tetep aja kepikiran yang buruk-buruk mulu, ugh..!"

"Hm, lo tau gak Alice In The Borderland katanya mau rilis season dua, desember ini."

"SUMPAAHH?! IH SENENG BANGETT! AKHIRNYAA!" Shasa menyeru heboh, "Asli yaa gue tuh suka banget ceritanya, mana castnya cowok guee yaampun Yamaken, terus—"

Yoga hanya mendengarkan sambil mengulum senyum. Membiarkan Shasa bercerita dengan semangat. Seolah melupakan perihal situasinya saat ini. Di lain sisi, Yoga juga tetap memperhatikan beberapa petugas berseragam yang mengerjakan perbaikan gardu listrik untuk apartemen mereka.

"Gue kan baca manganya juga ya, nah di manga tuh masa—eh? Ah! GAYO! LIFTNYA UDAH NYALAA!!"

"Udah ya? Alhamdulillah."

[✔️] 365247Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang