Deringan ponsel adalah awal dari pagi untuk Shasa. Gadis itu melenguh kecil, menelungkupkan kepalanya ke atas bantal lalu sebelah tangannya merayap di permukaan kasur. Mencari benda persegi panjang yang telah menganggu tidur lelapnya.
Begitu dapat Shasa langsung saja mengangkat panggilan itu. Tanpa membuka matanya dan tanpa repot-repot mengatur kondisi vokalnya.
"Mmmm" gumaman Shasa menguar samar khas suara baru bangun tidur.
"Loh? Y-yoga..?"
"Gak ada Yoga."
"Yoga-nya di mana ya?"
"Ya enggak tau emang gua nyokapnya?"
Shasa menguap sekilas. Merasa cukup sebal karena mendapat panggilan iseng pagi-pagi.
"Ehm, saya ibunya Yoga."
"Nah, situ ibunya kalau gitu kenapa nanya ke gua Yoga di mana?? Aneh."
Panggilan pun lalu di putus sepihak. Shasa melemparkan ponselnya asal. Berniat kembali ke alam mimpi lagi tapi seketika kesadarannya pulih. Shasa membelalakkan mata usai tak sengaja memutar ulang konversasinya barusan di kepala. Lantas bergegas mengangkat badannya.
Masih dengan tampang panik, Shasa meraih lagi ponsel itu. Memeriksa lockscreen-nya dan sontak menutup mulut syok.
"Anjrit! Ini hape Yoga beneran?! Kok bisa ada di sini?!"
Oh, tentu saja. Agaknya karena kejadian malam tadi. Di mana Shasa pulang dalam kondisi mabuk berat, memaksa Yoga untuk mau tak mau mengantarnya pulang.
"Si bego. Malah ninggalin hape gimane ceritanyee," dumel sang gadis frustrasi.
Masalahnya bagaimana Shasa harus memperbaiki ucapannya dengan Ibunda Yoga beberapa menit yang lalu?
Setelah berpikir cukup lama, Shasa memutuskan untuk menelepon kembali nomor Ibunya Yoga. Meminta maaf sepatutnya. Jadi, sang gadis menarik napas dalam sebentar sebelum memegang ponsel di daun telinganya dengan dua tangan.
"Halo, assalamu'alaikum Ibu..." sapa Shasa. Sebisa mungkin terdengar santun.
"Wa'alaikumsalam."
"Saya Shasa, temennya Yoga, mohon maaf atas ucapan saya sebelumnya ya Bu, tadi itu saya baru bangun tidur jadi ngomongnya suka gak jelas gitu. Maaf ya, Ibu."
"Oh iya, gapapa. Yoga-nya ada?"
"Ehm, nggak ada. Yoga lagi di kafe kayaknya, saya masih di apartemen hehe."
"Kok hapenya Yoga bisa sama kamu? Yoga... Tinggal di apartemen kamu?"
"Hah? Enggak!" Shasa memutar otak. Tidak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya tentang club dan insiden mabuknya kepada orang tua Yoga. Maka Shasa pun memilih mengarang bebas.
"Jadi begini Bu, kemarin kami nugas bareng gitu di apartemen saya dan sepertinya Yoga gak sengaja ketinggalan hape di sini. Nah saya juga baru tau. Makanya ini saya mau ketemu Yoga, ngembaliin hape dia hehe."
"Oohh...."
Lenguhan lega terdengar dari seberang. Shasa juga turut merasa lega karena itu.
"Ya udah kalau gitu. Nanti suruh Yoga chat Ibu ya kalau hapenya udah sama dia."
"Siap, Ibu."
"Makasih, Shasa."
Usai saling pamit dengan salam. Barulah helaan napas Shasa menguar panjang, "Edan. Lancar bener gua ngibulnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] 365247
FanficUntuk Yoga yang terbiasa berpikir dalam lingkup logika, Shasa adalah ibarat bilangan imajiner dari sebuah persamaan aljabar. Sifatnya unik. written on: July 11, 2021 - March 4, 2022. ©RoxyRough