•Perkenalan•

517 24 0
                                    

☆Bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi

Sebelum memulai cerita ini, aku tak bermaksud menyinggung pihak manapun.

Karya ini terlahir asli dari pikiran ku, khayalan ku.

Jika ada kesamaan baik dari nama karakter, latar, tempat, waktu, suasana, itu terjadi tanpa ada unsur kesengajaan.

🗯~◡̈⋆HAPPY READING◡̈⋆~🗯


"Bagaimana kita bisa sampai kecolongan seperti ini?" tanya dokter itu, memijat pangkal hidung, pening.

"Saya minta maaf!"

"Udah cek CCTV?" tanyanya kembali, tanpa berniat menatap mata bawahannya itu.

"Sudah! Tapi tak ditemukan bukti apapun! Sepertinya, si pelaku masih orang dalam."

Dokter muda itu mengacak rambut nya frustasi, tak tahu lagi bagaimana cara menemukan pelaku di balik semua ini.

"Anda tak perlu risau, dokter Tay. Kasus ini, biar menjadi tanggung jawab dari kami." Prof. Khai paham betul, dengan perasaam yang melanda bawahan-nya tersebut.

Tay mengangguk, lalu berpamitan pada Prof. Khai.

"Silahkan!

----

Alunan music biola, membawanya ke sebuah bukit yang tak jauh dari rumah sakit.

Seuntas senyum di perlihatkan, kala matanya menangkap sosok yang di carinya.

"Newwie."

Merasa namanya di panggil, orang itu menghentikan permainan biola nya.

"dokter."
Seulas senyum terbit, dari bibir pucat nya, ketika menyambut kehadiran Tay.

"Jangan seformal itu padaku, bisa?" kata Tay seraya melepas jas putih yang dikenakannya.

Hanya kekehan terdengar, ia kembali memainkan biola dan mengeluarkan nada nada indah.

"Kenapa diluar? Ayo masuk kedalam."

Newwie dengan pelan menepis tangan Tay, seraya menggeleng pelan.

"Kamu pasti mau nyuruh aku minum obat. Yak, aku bosan." Newwie mencebikkan bibir, di tengah keluhan nya.

"Tapi ini juga demi kesembuhanmu."

"Bukankah harapan sembuh untukku, sangat tipis?" gumamnya nyaris tak terdengar.

Tay terhenyak, dirinya tak menduga jika Newwie memiliki pemikiran semacam itu.

"Aku tahu. Aku tahu semuanya, Tay."

Newwie menatap Tay, dengan tatapan yang sulit di artikan.


Mendapati Newwie dalam kondisi tidak baik baik saja, membuat dirinya ikut merasa sesak.

Lelaki itu membawa Newwie dalam dekapan, membiarkannya untuk menangis.

"Kamu bisa melewati semua ini. Aku tahu, kamu orang yang kuat."

"Disaat titik terendah ku, tak ada seorang pun yang peduli padaku."

"Jadi selama ini, kehadiran dan juga kepedulian ku, kamu anggap apa?" tanya Tay, menatap lekat kedua netra Newwie


Newwie dengan manja, memeluk erat tubuh dokter muda itu, "pengecualin dokter Tay."

Keduanya tertawa bersama setelah itu.

Newwie mendongak, menangkap basah Tay tengah mengusap rambut hitam miliknya.

"Terima kasih."

Tay mengangguk. "Yuk masuk, kamu harus makan, minum obat kemudian istirahat."


"Tapi--- aku masih ingin bermain biola, disini."

Berada di satu ruangan, mencium aroma obat-obatan setiap hari, tentu membuat Aroon dirundung kebosanan.

Ditambah selang infus yang menancap, membuat pergerakannya kian terbatas.

"Ok, aku yang akan membawakan makan siang beserta obat obatanmu kemari."

Mendengar itu, membuat Newwie tak kuasa untuk menahan tak tersenyum lebar.

▪▪▪▪▪▪▪▪

Gadis bersurai panjang, menutup erat kedua telinganya, ketika kembali di sindir perihal status 'jomblo.' nya.

"Gue yang jomblo kenapa kalian yang ribet sih," keluhnya menatap sinis kearah teman temannya.

"Bilang saja lo sampe sekarang masih belom bisa move on!" sindir Luke terang terangan.

"Gue udah move on!" protes si gadis, membantah sindiran Luke.

"Gimana Jasmie mau move on, orang mantannya----"

Jasmie memilih pergi, tak lagi peduli akan panggilan dari mereka semua.

"Tuhkan anaknya jadi ngambek, lo sih!"

"Lo yang bahas mantannya Jasmie, duluan." Iqbal tak terima, ketika Luke menyalahkan dirinya atas kepergian Jasmie.

"Lo berdua sama saja!" lerai Ajeng, sukses menghentikan adu mulut keduanya.

_○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○_

Terima kasih udah menyempatkan membaca cerita ini.

Salam toleransi🙏

Di tunggu vote dan comment nya, ya kakak manis. 🤣🤣🤣

STREAKS OF LOVE TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang