Part 20

57 8 0
                                    

Hari ketiga di Indonesia. Nuansa nya benar benar berbeda, menurut Newwie, yang memang baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia.

"Sudah 3 hari di Jakarta, tapi aku belum ada kesempatan buat keliling kota Jakarta."

Tharn yang mendengar keluhan anak asuh-nya, segera menghampiri, seusai ia mencuci tangan, tentu saja.

"Jakarta itu luas banget, Newwie. Kau akan butuh waktu sangat lama, untuk mengelilingi semua sudut kota Jakarta." Tharn memberi penjelasan, setelah duduk disebelah Newwie yang dengan seksama memperhatikan Tharn.

"Phi, apakah scedul ku tak bisa sedikit dikurangi?"

Tharn mengernyit, "dikurangi?"

Newwie mengangguk, "aku ingin bertemu dengan dia, mumpung kami berada di negara yang sama."

Tharn menghela nafas panjang, dia mengerti siapa yang Newwie maksud.

"Kau sudah tahu, dimana lokasi pasti-nya dia berada?"

"Aku akan mencari-tahunya, Phi."

Setelahnya, tak ada pembicaraan lagi. Mereka berdua di-sibukkan, dengan kegiatan masing masing.

.

______________^^^^^^^^^_______________
Pandangan negatif Tay mengenai Jasmie perlahan memudar. Karena Setiap hari, pria itu di perlihatkan sisi lain dari seorang Jasmie, yang membuatnya dapat berdecak kagum.

"Dia siapa, mama?" celetuk Via, ketika melihat kehadiran seorang pria di dekat wanita yang dipanggil-nya mama itu.

"Dia namanya dokter Tay Suppasit, ayo beri salam sama pak dokter," pinta Jasmie, sambil menurunkan Via dari gendongannya.

Anak anak itu-pun mulai menyalami tangan Tay, sambil memperkenalkan diri.

"Mereka?"

"Campur.....Dan yang terakhir, dia muslim."

Penjelasan singkat Jasmie, sekiranya membuat Tay memahaminya.

"Dokter punya hadiah buat kalian...hayoo, siapa yang mau?" ujar Tay, yang dibalas sorakan senang dari anak anak.

"Baris yang rapi, semua pasti akan kebagian." Perintah dari Tay, segera dilaksanakan oleh mereka.

Dengan antusiasme, anak anak itu berbaris untuk mendapatkan hadiah yang dokter Tay berikan.

Dan setelah pembagian hadiah, Jasmie mengajak mereka masuk ke-dalam, karena sudah waktunya untuk makan siang.

"Dokter ikutan saja, yuk. Dokter pasti jarang, punya moment seperti ini?" ajak Jasmie, ketika melihat Tay masih terdiam di tempat-nya.

Tay melenguh, menatap Jasmie sendu.

"Kau tahu Jas, ini rasanya dejavu buat saya," ujar Tay beranjak, dari tempat nya tadi.

Jasmie yang tak terlalu ingin tahu, hanya diam. Berjalan berdampingan, memasuki panti asuhan.

____________

Luke menarik lembut tangan Ajeng, ke ujung tiang trotoar.

"Mau apa sih lo, narik gue ke pinggir jalan kaya gini!" protes Ajeng, ketika Luke memojokkannya seperti ini.

Sekarang Ajeng merasa, Luke seperti cowo yang tengah posesif terhadap kekasihnya.... Eh (?).

"Dimana Jasmie?"

Ajeng merotasikan mata, karena sejak awal gadis itu sudah mencurigainya. Karena hanya Jasmie, yang bisa membuat Luke bertindak diluar nalar seperti sekarang ini.

"Gue ga tau! Lo pikir, gue siapa-nya yang harus tahu keberadaan anak itu 24 jam? Hah!" sungut Ajeng, menepis tangan Luke dari lengannya.

"Jeng."

"Gue ga tau, Luke! Gue bahkan sudah ga mau tau, Jasmie ada dimana dan sama siapa! Karena setiap kali dia ga ada kabar, semua orang mencemaskan keberadaannya!" sulut Ajeng, dengan mata berkilatan emosi.

Luke berjalan mundur, tak menduga Ajeng akan bereaksi seperti ini.

"Jasmie teman kita, Jeng! Lo kenapa sih?" ucap Luke kebingungan dengan perubahan sikap Ajeng.

"Lo yakin masih nganggep Jasmie sebatas teman? Jika lo nya bersikap posesif seperti ini. Lo seolah tak rela, ada cowo lain yang jadi prioritas Jasmie," sarkas Ajeng tersenyum miring setelah itu.

Luke diam tak bergeming. Apa yang di katakan oleh Ajeng, tak sepenuhnya salah. Tapi, ia hanya ingin melindungi Jasmie, tidak lebih.

Salahnya dimana?

........

Jangan lupa vote dan comment nya.
.
Ditunggu...
Dan jangan lupa, saksikan tingkah absurd om Tawan di acara Safehouse... Bye byee.

STREAKS OF LOVE TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang