Part 6

86 8 0
                                    

☆Bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi☆

Sebelum memasuki part baru dalam fanfic ini.
Aku cuma mau tegaskan, aku tak berniat untuk menyinggung pihak mana-pun

Jika ada kesamaan baik dari segi nama karakter, latar hingga penggambaran dalam tokoh yang ada.
Semua itu terjadi, tanpa ada unsur kesengajaan.

Cerita ini hanya fiktif belaka.

     🗯~◡̈⋆Happy Reading ◡̈⋆~🗯

Kepulangan Jasmie, disambut dengan tatapan dingin dari Arkie.

"Baguss, cewe pulang di jam selarut ini," sindir Arkie, melirik arloji yang melingkar di-tangan-nya.

"Sorry, tapi kami berdua tadi memang terjebak hujan deras Jadi----"

"Kenapa ga langsung pulang saja, tadi?" Luke tak memberi Jasmie kesempatan, untuk menyelesaikan ucapan-nya.

Shafania menatap sendu Jasmie, yang menunduk ketika Arkie memarahi-nya.

Dia tahu, bagaimana sayang-nya Arkie ke Jasmie. Karena selama ini, suaminya itu sangat mendambakan seorang adik.

"Sudah-lah Mas."

Shafania menenangkan Arkie, dan juga meminta Jasmie masuk ke dalam kamar.

"Belain terus adik mu!" cetus Arkie berlalu meninggalkan Shafania yang terdiam di tempat nya.

÷÷÷÷÷

Kini Newwie tengah berada di unit apartement Tay.
Melihat lihat koleksi Album serta berbagai Marc milik boygrub asal Korea, yakni BTS.

"Kau Army?" tuding Newwie kepada Tay, yang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Gelengan yang Tay berikan, membuat Newwie mengernyit.

"Kalau bukan Army, bagaimana bisa kau memiliki semua barang ini?" tanyanya masih diselimuti rasa penasaran, iapun mengangkat lightstick BTS, yakni Army Bombs.

"Itu milik saudara ku, yang kebetulan seorang Army. Dia terpaksa menyimpan sebagian koleksi-nya disini, karena tak memiliki ruang lagi, untuk menyimpan semua ini." Tay menjawab segala rasa penasaran Newwie.

Newwie lalu mengangguk paham, menyimpan kembali Army Bombs itu ke tempat asal-nya.

"Kita makan yuk, aku udah masakin makanan kesukaanmu."
Tay merangkul dan membawa Newwie ke ruang makan.

Disana, terhidang berbagai masakan yang khusus Tay persiapkan untuk Newwie.

-------------


Luke meremat rambut nya pelan, saat ponsel Zea tak bisa di-hubungi. Ajeng serta Iqbal yang berada disana, berusaha untuk menenang-kan pemuda itu.

"Semua kejadian ini, gara gara gue! Sial!" Entah sudah ke-berapa kali nya, Luke menyalahkan diri sendiri.

Ajeng menyodorkan air mineral pada Luke, yang segera di tenggak hingga tersisa setengah botol.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Luke menarik nafas, mulai menjelaskan dari awal hingga akhir kejadian, kepada mereka berdua.

"Kalau menurut gue, kekhawatiran Arkie mendasar. Kalau gue yang ada di posisi nya, gue juga bakalan marah sama lo, Ke."

Luke mendelik, mendengar pernyataan Iqbal mengenai Arkie.

"Gue setuju. Lo ajak anak orang, sampai pulang larut malam, karena terjebak hujan.
Sekali pun Jasmie teman kita, lo juga harus-nya tahu akan waktu."

Luke mendengus, sejujur-nya ia sadar perbuatan-nya kemarin memang salah.

Tapi jika mengingat Arkie, darah Luke seakan mendidih.
Arkie dengan segala sikap-nya selama ini, membuat Luke merasa jengah.

"Sudahlah, jangan kayak cowo yang nunggu kepastian kabar dari pacar nya deh." Iqbal merangkul bahu Luke, dengan senyum bodohnya.

"Atau jangan jangan, lo beneran naksir ke Jasmie lagi."

Godaan spontan yang Ajeng lontarkan, memberikan ekspresi yang berbeda dari kedua pemuda tersebut.

Terkejut serta menegang.

-----------------------

Newwie membeku, seusai membaca isi dari surat yang Tay berikan, beberapa menit lalu.

"Kamu mau di pindah tugaskan ke rumah sakit cabang, di Jakarta, Indonesia?" tanya Newwie menatap Tay lekat.

Tay menghela nafas panjang, "iya."

"Kapan berangkat nya?"

Tay mengusak rambutnya bingung, ia paham apa yang Newwie pikirkan saat ini.

"Newwie."

"Jawab pertanyaan ku, dan jangan coba untuk mengalihkan pembicaraan, Dokter Tay Suppasit."

"Lusa."

Newwie memejamkan kedua mata nya sesaat, ketika mendengar jawaban atas pertanyaan yang ia aju-kan.

"Ok."

Tay segera mencekal pergelangan tangan Newwie, mencegah kepergian Newwie.

"Stay with me. Aku tau ini salah, tapi aku ingin menghabiskan waktu bersama-mu, sebelum kepergian ku."

Tanpa berkata, Newwie berhambur ke pelukan Tay.

"Aku menyayangimu Tay..."

"Me too."

----------

Shafania merenung, seusai mendengar kalimat tak terduga yang terlontar dari bibir suaminya, Arkie.

"Apakah setelah 2 tahun berlalu, rasa itu belum juga ada?" gumam Shafania, memandang potret pernikahan mereka, yang terbingkai apik dalam figura.

Dan suara decitan pintu terbuka, mengejutkan Shafania.

Dengan segera, ia meletakkan kembali figura tersebut dan kembali memasang senyum di bibir merah nya.


*********

Terima kasih karena sudah menyempatkan waktu, membaca cerita ini.

Di tunggu vote comment nya, ya manis. 🤣🤣🤣

Bantu share ke teman teman Polca kalian, biar makin banyak yang tau Tay-New versi cerita ini.💃

STREAKS OF LOVE TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang