-Prolog

4.7K 390 97
                                    

Warning!

Ada kata umpatan karena chap ini dibuat sebelum ramadhan. Boleh skip, atau kalau kebaca langsung istighfar dalam hati, ya.

Baru pulang pukul dua dini hari dan mendapati Daddy-nya berdiri di depan pintu dengan tangan bersidekap, berhasil membuat Revalina Alea Gresson spot jantung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru pulang pukul dua dini hari dan mendapati Daddy-nya berdiri di depan pintu dengan tangan bersidekap, berhasil membuat Revalina Alea Gresson spot jantung.

Setelah mobil sport-nya terparkir di basement, Reva tak langsung keluar. Dia mengetuk-ngetuk stir sambil berpikir akan beralasan apa lagi dia kali ini.

Getaran ponselnya membuat Reva melirik benda pipih tersebut. Panggilan masuk dari Reynan---Daddy-nya.

Reva enggan mengangkatnya namun, ia takut Reynan akan semakin marah.

Menggeser tombol hijau, dengan takut-takut Reva menempelkan ponsel di telinganya.

"Halo?"

"Mau nginep di mobil kamu?"

Ide bagus. Batin Reva kontan menjawab.

"Cepat keluar! Daddy tunggu di ruang tengah!" perintahnya.

Reva nyaris menjatuhkan ponselnya karena nada tinggi Reynan. Perasaannya benar-benar tak enak, semarah-marahnya Reynan, daddy-nya tersebut paling jarang berbicara dengan nada tinggi seperti barusan.

Tidak mau memperburuk keadaan, Reva memutuskan untuk keluar dari mobil dan segera menghampiri laki-laki itu yang sudah duduk di sofa ruang tengah---menunggunya.

Atmosfer di sekitar Reva mendadak terasa mencekam. Tidak ada siapapun di sini yang bisa membantunya jika nanti ia diamuk Reynan. Pelayan dan bodyguard yang biasa berkeliaran pun tak Reva temui batang hidungnya.

"Duduk!" perintah Reynan langsung Reva kerjakan. Gadis berpakaian ala anak tongkrongan itu menatap daddy-nya takut-takut. Kalau anak-anak geng-nya melihat se-cupu apa Reva sekarang, pasti dia akan ditertawakan.

"Dari mana aja kamu baru pulang jam segini? Kenapa mobil lama kamu bisa ringsek dan masuk bengkel?" tanya Reynan penuh intimidasi.

Reva menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Abis nongkrong. Kalau mobil Reva, itu ..., itu dipake Tristan, Dad."

"Wah! Ngaco lu!" seruan dari atas membuat Reynan dan Reva menoleh kompak ke asal suara. "Fitnah itu, Dad. Mobilnya ringsek dipinjem pacarnya. Tristan gak tau apa-apa, sumpah!"

Reva melotot karena perkataan abang-nya tersebut. "Anj*ng ya lo, Tristan!" makinya tanpa filter. Reynan sampai melotot pada putrinya itu.

"Turun kamu!" perintah Reynan pada Tristan.

Cowok jangkung yang memiliki nama lengkap Revano Tristan Gresson itu segera berlari melewati undakan tangga sebelum ia kembali kena semprot Reynan.

Tepat saat bokongnya menyentuh sofa, Tristan mendapat serangan dari Reva. Kembarannya tersebut memukuli punggungnya dengan bantal sofa tanpa ampun.

"Daddy, help me! Aduh!" ruang tengah yang semula mencekam seketika heboh hanya karena ulah dua orang saja.

"Reva, udah!"

"No, Dad! Liat muka Tristan bawaannya pengen jadi kriminal," ujar Reva sambil terus menyerang Tristan sampai cowok itu bangkit dan bersembunyi di belakang daddy-nya.

Reva yang terlanjur kesal melemparkan bantal sofa-nya ke arah kepala Tristan namun, tangan Reynan sudah lebih dulu menangkap benda tersebut.

Suasana kembali hening. Tristan masih sembunyi di belakang Reynan, sedangkan Reva menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan wajah kesal.

"Udah ya, Daddy capek lihat kalian yang kerjaannya ribut tiap hari. Akur kalau lagi kerjasama buat ngibulin Daddy aja." nafas Reynan putus-putus menahan emosi. Reva benar, semarah apapun ia pada kedua anaknya, Reynan tidak pernah sanggup untuk berbicara dengan nada terlampau tinggi, apalagi bertindak lebih dari itu.

Mendengar nada lelah daddy mereka, si kembar itu akhirnya kembali tenang. Mungkin merasa kasihan.

Tristan duduk di pinggiran single sofa yang ditempati Reynan, sedangkan Reva mengunci mulutnya dengan kepala tertunduk.

"Tristan, Reva, Daddy gak pernah marah sama kalian, bukan berarti Daddy suka dengan kenakalan kalian. Setelah dua tahun Daddy berperan sebagai orangtua tunggal, sekarang Daddy sadar kalau Daddy telah gagal mendidik kalian."

Tristan dan Reva sama-sama terhenyak karena penuturan Reynan. Apalagi ketika melihat kedua mata laki-laki itu memerah seperti menahan tangis.

Reynan tidak berkata lelah mengurus anak-anaknya namun, si kembar itu tahu kalau daddy mereka sedang merasakan hal tersebut.

"Sebenarnya, kalian sayang gak sih, sama Daddy?"

"Sayang kok, Dad!" Reva menyahut cepat. Pun sama yang dilakukan Tristan. Keduanya langsung mendekat dan memeluk Reynan.

"Dad, maafin Reva, ya. Reva tahu kalau Reva bandel banget. Tapi, nakal itu seru, Dad." Tristan memukul tangan Reva gemas. Adiknya itu keren tapi dongo.

Reynan menghembuskan nafas berat. Ia menatap Tristan dan Reva secara bergantian. "Kalian sayang Daddy?" si kembar menjawab dengan anggukkan cepat.

"Kalau Daddy minta sesuatu, apa kalian mau ngabulin?" Tristan dan Reva saling melempar tatap, sesaat kemudian mereka mengangguk pelan.

"Setelah ujian sekolah, sebelum kalian melanjutkan kuliah ke luar negeri, Daddy pengen kalian masuk pesantren dulu."

"What the---Daddy yang bener aja?" Reva langsung merubah posisinya jadi berdiri. Sedangkan, Tristan dengan dramatisnya menjatuhkan diri ke lantai.

Reynan diam saja, yang berarti keputusannya sudah mutlak. Tidak akan bisa diganggu gugat sekalipun, Reva dan Tristan menangis seharian.

=RAMADHAN=

Gimana sama prolog-nya?

Chapter 1 bakal aku up tepat di hari pertama ramadhan. Jadwal update-nya insyaallah setiap hari, kalau tidak ada kendala.

Jangan lupa follow ig @lianastories_05 dan @proklisi_

See you👋

Tertanda,

Liana
8 april 2021
27 maret 2022 (re-apload)

Bad Girl, Nyantri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang