[12. Tristan anak pungut!]

1.1K 229 29
                                    

Karena hari ini Reynan akan berkunjung ke pesantren, jadi sore harinya Reva dan Tristan tidak ikut ke bazar amal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena hari ini Reynan akan berkunjung ke pesantren, jadi sore harinya Reva dan Tristan tidak ikut ke bazar amal. Si kembar itu sedang duduk manis di teras rumah Abi Maulana, bercengkrama dengan Ummi Aisyah dan Teh Nabila. Lalu, Asep datang bersama Adinda. Dua orang itu tampaknya baru selesai bersih-bersih. Ummi Aisyah yang melarang Adinda ikut ke bazar amal sebab, ia ingin gadis itu ikut berbuka puasa dengan keluarga Reva.

Selagi yang lain berbincang, Reva mengintip laptop yang dibawa Asep ke teras. Sepertinya hendak sekalian mengerjakan tugas. Quotes di wallpaper laptop cowok itu adalah hal yang menarik perhatian Reva.

'Jika anda dapat minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa anda harus bersedih atas air asin yang anda minum kemarin, atau mengkhawatirkan air hambar dan panas esok hari yang belum tentu terjadi?'

"Keren qoutes-nya," komentar Reva tanpa sadar.

Asep yang tadinya fokus pada ponsel, kini mendongakkan wajah. "Buat lo tuh," katanya.

"Buat gue?"

"Iya. Lo kan masih sering nginget masalalu. Masih sering ngerasa rendah karena dulu pernah bandel banget. Dan gue juga yakin, lo sering mikirin masa depan lo bakal gimana, karena lo pernah seburuk itu 'kan?" Asep mengedikkan dagu ke layar laptop-nya. "Masa depan itu masih berada dalam kegaiban. Maka dari itu, jangan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Jangan terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu ada. Esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan."

"Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Tau 'kan maksudnya?" Reva menyimak sambil sesekali menganggukkan kepalanya. Tumben sekali cowok ini, pikirnya.

"Hiduplah seolah kamu terlahir dan mati hari ini. Perbanyak beribadah, berbuat baik, menjaga tutur kata, tunjukkanlah versi terbaik dari dirimu. Anggap saja hari ini adalah hari pertama dan terakhir kamu hidup di dunia." Teh Nabila menimpali.

Reva tercenung, sesaat kemudian gadis itu tersenyum. Benar, tidak ada gunanya mengenang masa lalu, dan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Apa yang telah terjadi di masa lalu, itu adalah sebuah proses untuk ia berada di tahap lebih baik. Dan masa sekarang, adalah proses untuk kehidupan lebih baik di masa depan. Jadi, yang harus dipikirkan adalah hari ini. Karena hari ini adalah versi terbaiknya, sedangkan hari esok belum tentu masih bisa ia dapati.

"Tuh, dengerin!" seloroh Tristan. Reva memelototi cowok itu.

"Lo juga!"

Perbincangan berakhir sebab, mobil Reynan sudah memasuki halaman pesantren. Laki-laki itu datang bersama Gina---ibunya.

Hampir dua minggu lamanya tak bertemu, Reva benar-benar merindukan Reynan. Hingga tanpa menunggu sampai, dia sudah berlari memeluk daddy-nya tersebut. Reva menangis ketika Reynan menggendongnya menuju teras. Kalau sudah dengan daddy-nya, Reva akan berubah jadi anak kecil.

Bad Girl, Nyantri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang