Dari selesai tarawih hingga menjelang sahur, mushola pondok pesantren Al-Ikhlas tidak pernah sepi. Ada banyak santri yang sedang beritikaf menyambut malam Lailatul Qadar. Tristan yang baru sembuh dari sakitnya pun ikut berada di sana bersama Asep. Dua orang itu sedang tadarus al-qur'an saat dipanggil untuk sahur.
Reva juga semalam salat tahajud bersama tiga teman sekamarnya. Akhir-akhir ini gadis itu kecanduan salat sunat tahajud dan dhuha, tentu saja itu hal yang baik, bukan?
"Rev!" bisikan dari arah sampingnya membuat Reva terpaksa menelengkan kepala. Ingin rasanya memukul wajah Tristan yang tiba-tiba nongol di sampingnya.
"Apa, sih?"
"Abis ini langsung siap-siap "
"Siap-siap ngapain?"
"Kita pulang ke Jakarta." jawaban Tristan membuat Reva terhenyak.
"Jangan bercanda!"
"Gue serius. Daddy sakit, kita harus balik hari ini juga," jelas Tristan.
Kedua mata Reva terbelalak kaget mendengar tentang keadaan Reynan. "Daddy sakit apa?"
"Nenek gak kasih tau. Katanya semalem Daddy dibawa ke rumah sakit."
"Serius?" tubuh Reva terasa bergetar, matanya berkabut menahan tangis. Tristan langsung memeluk adiknya tersebut ketika air matanya benar-benar menetes.
"Jangan nangis. Abisin makanan lo, abis itu langsung siap-siap," suruh Tristan.
Reva mendongakkan wajah saat teringat sesuatu. "Tan, kita bakal balik ke sini lagi?"
"Nanti lebaran kita balik ke sini."
Mendengar jawaban Tristan membuat Reva kembali terisak. Berat rasanya meninggalkan pesantren namun, tentu saja Reynan jauh lebih penting untuk sekarang.
=BGN=
"Hati-hatinya geulis, kasep. Semoga selamat sampai tujuan. Jangan kebut-kebutan bawa mobilnya, ya. Jangan lupa terus berdoa," pesan Ummi Aisyah pada Tristan dan Reva yang sedang digiring keluar pesantren, lebih tepatnya menuju mobil mereka yang sudah disiapkan Tristan pagi-pagi sekali.
"Teh Reva jangan lupa main-main ke sini lagi, ya. Nanti sebelum berangkat kuliah di luar negeri harus main ke sini dulu pokoknya," timpal Adinda. Reva mengangguk seraya tersenyum, lalu memeluk Adinda dengan erat. Pun sama yang ia lakukan pada Asma dan Tiara.
"Makasih udah mau jadi temen aku selama di pesantren. Makasih udah ngajarin banyak hal. Makasih udah sabar ngadepin aku. Semoga kita bisa ketemu lagi," ujar Reva sedih.
Beralih dari ketiga teman satu kamarnya tersebut, Reva menghampiri Nabila dan juga memeluknya erat. Merafalkan terimakasih berulang kali karena perempuan itu sudah banyak memberinya pelajaran berharga. Mau dengan sebar mengajari dan memberitahukannya tentang banyak hal.
Reva juga pamit pada Abi Maulana, Ustaz Husein, dan terakhir Asep.
"Hati-hati." Reva mengangguk kecil. "Jangan dilepas hijabnya. Jangan ada yang dirubah lagi, kecuali untuk jadi lebih baik," lanjut Asep.
"Iya. Doa'in semoga bisa istiqomah. Oh iya, makasih banyak, ya." sekarang gantian Asep yang menganggukkan kepalanya.
Setelah berpamitan pada semua orang, dengan berat hati Reva dan Tristan memasuki mobil mereka. Mulai melajukan kendaraan beroda empat tersebut menjauh dari area pesantren.
Selagi belum benar-benar hilang dari pandangan, Reva terus melihat ke arah belakang. Memperhatikan wajah-wajah yang beberapa minggu terakhir telah mengajarinya banyak hal. Jikalau saja urusan di Jakarta tidak jauh lebih penting, rasanya Reva masih ingin berada di tempat ini. Tempat di mana ia belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.
Kalau dipikir-pikir, lucu juga, ya? Dulu, Reva sangat enggan mendatangi pondok pesantren tersebut. Mati-matian dia menolak, melontarkan ribuan alasan dan penawaran, meski pada akhirnya tetap harus terdampar di pesantren juga. Namun, yang terjadi sekarang malah sebaliknya. Reva enggan kembali ke Jakarta, ingin tetap tinggal di pesantren dengan segala suasana menenangkannya.
Ada banyak hal yang akan Reva dan Tristan rindukan setelah ini. Entah semuanya akan bisa terulang kembali atau tidak.
"Gak usah sedih gitu muka lo. Nanti lebaran ketemu lagi kok sama si Asep," ledek Tristan, berusaha mencairkan suasana.
Reva melirik sinis saudara kembarnya tersebut. "Lo kali yang bakal kangen Adinda."
"Ngaku gue mah, gak muna."
"Diem deh! Fokus aja nyetir. Mobil gue nih, lecet dikit ganti lamborghini keluaran terbaru, gak mau tau!"
"Nyenyenye."
Plak!
Ringisan lolos dari mulut Tristan saat Reva mendaratkan pukulan di lengannya. Kalau saja bukan sedang berkendara, gadis itu pasti sudah mengeluarkan ilmu silatnya.
Setelahnya, suasana mobil hanya diisi oleh suara musik dari tab. Tristan sibuk nyetir, sedangkan Reva sibuk melamun.
Raganya memang sedang on the way Jakarta, tapi jiwa Reva sepertinya masih tertinggal di pesantren. Pikiran gadis itu sejak tadi terbagi antara pesantren dan Reynan. Berharap waktu berjalan sedikit lambat agar dirinya masih bisa menikmati suasana Bandung namun, di sisi lain ia juga ingin segera bertemu dengan Reynan.
Di antara banyaknya pikiran yang memenuhi otak, ada sat nama yang sejak tadi mengusik sesuatu dalam pikiran dan hati Reva.
Muhammad Arga Septian.
Tidak tahu harus mendeskripsikannya seperti apa namun, sepertinya ia akan merindukan laki-laki itu setelah ini.
=BGN=
HARAP DIBACA KARENA PENTING!!!
Disebabkan aku yang udah gak sanggup buat lanjutin cerita ini, aku memutuskan untuk menyudahinya.
Sebelumnya, aku mau minta maaf sebesar-besarnya. Tapi, aku emang udah bener-bener gak sanggup.
Jadi, ceritanya aku stop dulu sampai di sini. Untuk ending, epilog, dan ekstra chap-nya bakal aku publish di hari lebaran dan sesudahnya. Insyaallah.
Aku gak tau apakah ramadhan tahun depan aku bisa bikin cerita special ramadhan bagian 2 atau tidak. Intinya doakan yang terbaik.
Terimakasih buat kalian yang udah ngikutin ceritanya sampai saat ini. Semoga pelajaran yang aku sampaikan bisa membantu kalian. Jika ada kasalahan aku mohon maaf. Sampai jumpa lagi semuanya🙏
Semangat puasanya, ya.
Dukung aku dengan membaca karya-karyaku yang lain juga.
Terimakasih banyak🙏🖤
Liana
3 mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl, Nyantri?
Roman pour AdolescentsDIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! =Proklisi Series Special Ramadhan 2021= 🕌🕌🕌 Ramadhan tahun ini sepertinya akan terasa berbeda bagi seorang Revalina Alea Gresson. Karena kenakalannya yang ampun-ampunan, daddy-nya berniat mengirimkan ia ke sebuah...