"Itu namanya istidraj, Teh."
Saat Adinda mengatakan hal itu, Reva hanya bisa mengekerutkan dahinya bingung. Sungguh tidak tahu apa itu istidraj yang dimaksud.
"Istidraj?"
Adinda mengangguk. "Umumnya, Istidraj terjadi pada umat Islam yang lalai dalam beribadah. Namun, mereka selalu dapat merasakan banyak kenikmatan di dunia. Seperti apa yang Teh Reva bilang tadi."
"Seorang umat yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan lain, tetapi dilimpahkan rezeki begitu banyak. Sebenarnya kenikmatan yang membuat mereka terlena itu adalah sebuah jebakan atau azab dari Allah," timpal Asma.
Kedua mata Reva terbelalak kaget. Mendadak perasaan takut menyerangnya. "Beneran? Itu berarti, Allah udah gak sayang lagi dong sama gue?"
Adinda memberikan senyum lembut untuk menenangkan. "Belum terlambat, Teh. Allah itu sayang sama hamba-Nya yang mau bertaubat. Jadi, selagi Allah ngasih kita kesempatan, pergunakan itu dengan baik," katanya sambil mengelus pundak Reva.
"Eh, udah mau ashar. Kita siap-siap solat yuk! Kan nanti mau bantuin Ummi persiapan buat buka puasa." ajakan Tiara disambut dengan baik oleh yang lain. Kompak mereka beranjak ke mushola, tidak lupa membawa mukena.
=BGN=
Pulang dari mushola, Reva dengan amat berbaik hatinya mau dititipkan mukena milik tiga teman satu kamarnya. Sedangkan tiga gadis itu sudah lebih dulu menghampiri Ummi Aisyah ke dapur pesantren.
Mendapati Tristan membawa parang entah dari mana asalnya, Reva langsung menarik kaos kembarannya tersebut. "Dari mana lo?"
"Abis bantuin bikin tenda."
"Tenda apa?"
"Tenda buat bazar amal."
"Di mana?"
Tristan menatap kesal adiknya yang terus-terusan bertanya. "Banyak nanya lu, kayak Dora. Tinggal bilang kangen gue aja susah amat." cibiran tersebut dihadiahi Reva dengan tamparan di lengannya.
"Ge-Er banget jadi orang." setelah berkata demikian, Reva membalikkan tubuh dan mengayunkan tungkainya untuk menjauh dari radar Tristan.
"Wa'alaikumsalam!" seru cowok itu, menyindir. "Dateng gak salam, pulang gak salam. Jailangkung apa manusia sih lo?" serunya lagi.
Reva hanya menoleh sebentar untuk memeletkan lidahnya, lalu mengambil langkah cepat. Teringat kalau tadi Adinda sempat menawarkannya untuk ikut ke warung membeli keperluan bulanan gadis SMA tersebut.
Belum menyusul ke dapur pesantren, rupanya Adinda sudah lebih dulu menghampirinya. "Ayo, Teh! Jadi temenin Adinda 'kan?"
Reva mengangguk. Lalu, keduanya berjalan beriringan keluar dari pesantren. Sepanjang perjalanan mereka saling bertukar cerita dan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl, Nyantri?
Novela JuvenilDIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! =Proklisi Series Special Ramadhan 2021= 🕌🕌🕌 Ramadhan tahun ini sepertinya akan terasa berbeda bagi seorang Revalina Alea Gresson. Karena kenakalannya yang ampun-ampunan, daddy-nya berniat mengirimkan ia ke sebuah...