"Itu ada apa sih, rame-rame?" tanya Reva pada Adinda, Tiara dan Asma. Ketiga gadis itu sedang duduk di sebuah bangku, memperhatikan ke arah ruangan milik Pak Kiyai yang banyak dikerumuni para santri dan santriwati.
"Ada yang keciduk lagi pacaran tadi malem. Keciduknya sama Ustaz Husein lagi, kan ngeri," jelas Tiara.
"Tuman! Udah diperingatin masih aja ada yang ngelakuin." kalau dari kalimat Adinda, sepertinya hal ini terjadi bukan untuk pertama kalinya.
Saat sedang sibuk melamun, Reva teringat akan kejadian tadi malam, yang mana ia melihat siluet seseorang melintas dari asrama putra ke asrama putri. Sepertinya memang benar.
"Deketan yuk, Ra. Mau liat, belum pernah lihat loh, aku." Reva memang sekarang sering menggunakan sebutan random. Kadang gue-elo, kadang juga aku-kamu, tergantung kesadaran.
Tiara menuruti kemauan Reva. Mereka berdua mendekat ke ruangan milik Abi Maulana. Di sana kedua pelaku berdiri dengan kepala tertunduk, ada Abi juga dan Ustaz Husein sebagai saksi. Sudah seperti persidangan cerai saja. Eh, sepertinya dua orang itu memang akan bercerai alias putus setelah ini.
"Ini bukanlah hal yang patut untuk kalian contoh. Pihak pesantren sudah berulang-ulang kali memperingati kalian untuk tidak melakukan perbuatan maksiat ini. Selagi kalian masih berada di lingkungan pondok pesantren Al-Ikhlas, tolong patuhi peraturan yang sudah ada." Abi Maula berujar dengan suara tegas. Pancaran kecewa tampak nyata di kedua matanya.
Sesi ceramah masih berlanjut, diakhiri dengan pemberian sanksi untuk kedua pelaku. Katanya, kejadian ini juga dilaporkan kepada orangtua masing-masing.
Reva dan Tiara kembali ke asrama mereka. Karena tidak menemukan Adinda dan Asma, keduanya pun berinisiatif untuk pergi ke dapur pesantren, sebab tadi Adinda bilang hendak membantu para santriwati lain masak untuk acara bazar amal, seperti biasa.
"Assalamua'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Tiara langsung menghampiri Asma setibanya di dapur, sedangkan Reva berjalan menuju Ummi Aisyah dan Teh Nabila yang sedang bergelut di depan kompor.
"Ummi, ada yang bisa Reva bantu?" tanyanya.
Ummi Aisyah menoleh, lalu tersenyum. "Mau bantu Ummi goreng tempe?" tawarnya kemudian.
Reva mengangguk semangat. "Mau, Ummi!"
Ummi Aisyah menyingkir dari depan kompor, membiarkan Reva yang melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan, ia duduk di tepas untuk lalu membantu santriwati lain memotong wortel dan kol.
"Ummi, Reva boleh tanya sesuatu?"
"Boleh. Bade naroskeun naon, geulis?" Reva tersenyum, karena siapapun selalu menyambut dengan baik jika dirinya ingin bertanya. Sejauh ini, tak ada yang risi jika Reva banyak bertanya. Apalagi Adinda dan Teh Nabila, dua orang itu malah paling bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl, Nyantri?
Teen FictionDIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! =Proklisi Series Special Ramadhan 2021= 🕌🕌🕌 Ramadhan tahun ini sepertinya akan terasa berbeda bagi seorang Revalina Alea Gresson. Karena kenakalannya yang ampun-ampunan, daddy-nya berniat mengirimkan ia ke sebuah...