Mustahil lolos tanpa luka saat menghadapi musuh secara nyata. Ini bukan gim, melainkan kesalahan program yang harus mereka lawan. Jika saat bermain saja bisa terluka, terlebih ketika menghadapi musuh dengan mengorbankan nyawa sungguhan.
Kali ini Miky dan Mahen harus berjuang keras. Meskipun musuh bergerak secara terbagi hingga memecah menjadi bagian-bagian terkecil, tetapi melawan lima manusia virtual tetap terasa berat sekali pun bekerja sama.
Mahen menggeram frustrasi. Keringat bercucuran di pelipis menandakan betapa rumitnya situasi kali ini.
"Apa kabar sama Vichi, dia sendirian," lirihnya, tetapi masih dapat terdengar jelas oleh Miky.
Miky melirik keadaan di luar melalui jendela setelah berhasil masuk ke dalam rumah. Embusan napas berat menjawab kekhawatiran Mahen.
"Gue yakin dia baik-baik aja." Meski tak sepenuhnya percaya, mengingat Vichi mempunyai luka yang belum sembuh, bahkan mengering.
Cowok berseragam hitam di sebelah kanan pintu tersenyum miring. "Gue jadi percaya lo gak bakalan suka sama dia ... dan gue harap kayak gitu."
Miky menoleh, alisnya bertaut. Selama ini apa yang diucapkannya tentang Vichi memang menjurus kepada ketidaktertarikan. Namun, sesuatu dari dalam seakan meronta saat mengucapkan itu semua. Dia sadar telah mengelak selama ini, tetapi dia juga susah payah membangun benteng sejak pertemuan pertama.
Hubungan persahabatan dengan Mahen sudah lama tergulung bersama kenangan tempo dulu. Ketika cowok berlesung pipit itu mengibarkan bendera permusuhan dia sudah tidak mengenali Mahendra Artha. Jadi, tidak ada salahnya membuat cowok itu cemburu mati-matian sebagai balas dendam akan sakit hatinya selama ini.
"Jangan-jangan rasa suka gue buat Vichi lagi loading. Kita tunggu aja waktu play-nya," ujar Miky sambil tersenyum miring.
Tidak meleset. Dugaannya benar, Mahen sigap meraih kerah baju Miky dan membuatnya terpojok. Tatapan tajam berselaput amarah menghantam netra kelam sipit itu.
"Sampai kapan lo cari gara-gara sama gue? Sampai kapan?!"
Miky tertawa hambar, melempar pandang ke luar jendela. Sorot meremehkan kini berganti menjadi kekhawatiran ketika melihat Vichi dikepung dua samurai dan tiga penembak mendekati gadis itu.
"Vichi!" Dia mendorong Mahen kuat-kuat, membuat cowok itu hampir terjatuh.
Sadar ada yang tak beres, Mahen mengikuti langkah Miky. Ketika melihat Vichi terjatuh dan setengah mati mempertahankan diri menggunakan pedang di depan wajah, dia semakin berlari kesetanan, bahkan merusak fokus Miky yang tengah membidik musuh di atas Vichi.
"Lo kayaknya emang niat banget suka sama Vichi," gumam Miky. "Tapi apa gue salah kalau sewaktu-waktu gue beneran suka juga sama cewek yang sama?" lanjutnya.
Miky seketika tersadar dari lamunan. Tidak seharusnya dia memikirkan hal seperti itu sekarang. Masih ada beberapa musuh di hadapan sana yang siap diberi tembakan gratis dengan rasa perih tiada tara. Namun, makhluk virtual tidak akan merasa, berbeda jika dia yang terkena peluru.
Cowok berseragam tentara cokelat itu tidak mendekat ke arah dua orang yang tengah berjuang melawan samurai. Miky memilih bermain dari jauh, menembakkan peluru ke arah musuh jika ada yang mendekat ke arah Mahen dan Vichi. Begini jauh lebih baik.
***
Pergolakan berakhir, kelima manusia itu berhasil berkumpul setelah melumpuhkan puluhan musuh. Mereka beruntung karena tidak ada sniper pada kesalahan teknis kali ini. Hanya saja mereka harus menyumbang bekas luka di tubuh masing-masing meski tidak terlalu parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game (L)over✓
FantasiaMiky dan Mahen adalah sepasang sahabat yang rela bermusuhan untuk mendapatkan gelar Gamers Sejati di angkatan prodi mereka, Game Application and Technology. Nasib baik maupun nahas selalu membersamai, termasuk terjebak ke dalam dunia gim, bertemu se...